Filsafat adalah sebuah sistem pemikiran, atau cara berpikir
yang terbuka untuk dipertanyakan dan dipersoalkan kembali. Filsafat
adalah sebuah tanda tanya dan bukan sebuah tanda seru. Filsafat adalah
pertanyaan dan bukan pernyataan (Keraf, 2001). Dilihat dari arti praktisnya,
filsafat adalah alam berpikir atau alam pikiran. Berfilsafat adalah berpikir
(Wiramihardja, 2007). Menurut Langeveld (dalam Wiramihardja, 2007), filsafat
adalah suatu perbincangan mengenai segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis
sampai ke akar-akarnya. Jika dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana
atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekuensi
terakhir dengan tujuan menemukan hakikatnya. Hakikat adalah pemahaman
atau hal yang paling mendasar.
Berikut pandangan beberapa ahli filsafat. Menurut Plato,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni.
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,
seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan
estetika. Descartes mengatakan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu
pengetahuan termasuk di dalamnya Tuhan , alam, dan manusia menjadi pokok
penyelidikan . Immanuel Kant menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang di dalamnya mencakup 4
persoalan, yaitu apa yang diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui
(etika), sampai di mana harapan kita (agama) dan apa yang dinamakan dengan
manusia (antropologi). Hasbullah Bakri merumuskan definisi ilmu filsafat
sebagai ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikat ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan
bagaiman seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu
(Wiramihardja, 2007).
Lorens Bagus (dalam Sudrajat, 2008) menjelaskan bahwa dalam
teori skolastik terdapat pembedaan antara objek material dan objek formal.
Objek material merupakan objek konkrit yang disimak ilmu sedangkan objek formal
merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan setiap
ilmu adalah objek formalnya. Sementara objek material yang sama dapat dikaji
oleh banyak ilmu lain.
1. Objek material adalah objek yang dijadikan sasaran
menyelidiki suatu ilmu, atau objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat ilmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang
telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Auguste Comte (dalam Sudrajat,
2008) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Ia membuat deretan ilmu
pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:
a. Ilmu pasti/matematika
b. Ilmu falak/astronomi
c. Ilmu fisika
d. Ilmu kimia
e. Ilmu hayat/biologi, dan
f. Sosiologi.
Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang
paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah
yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan
tertentu. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti meskipun
matematika paling bersahaja. Matematika juga merupakan alat bagi segenap
ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu palak menambahkan unsur gerak terhadap matematika,
misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu palak atau matematika ditambah
dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika
ditambah dengan perubahan zat. Unsur gelaja kehidupan dimasukkan pada objek
ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelajari gejala kehidupan manusia berkelompok
sebagai makhluk sosial.
2. Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang
subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
(esensi) ilmu pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, misalnya apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah, dan apa fungsi ilmu
itu bagi manusia. Problem inilah yang dibicarakan dalam landasan pengembangan
ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Aristoteles (dalam Sudrajat, 2008) memberikan suatu
klasifikasi berdasarkan objek formal. Ia membedakan antara ilmu teoritis
(spekulatif), praktis, dan poietis (produktif). Perbedaanya terletak
pada tujuannya masing-masing. Ilmu teoritis bertujuan bagi pengetahuan itu
sendiri, ialah untuk keperluan perkembangan ilmu, misalnya dalam hal preposisi
atau asumsi-asumsinya. Ilmu teoritis mencakup fisika, matematika, dan
metafisika. Ilmu praktis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan mencari norma
atau ukuran bagi perbuatan kita, termasuk di dalamnya adalah etika, ekonomia,
dan politika. Poietis, ialah ilmu pengetahuan yang bertujuan
menghasilkan suatu hasil karya, alat dan teknologi. Ada perbedaan esensial di
antaranya, yaitu ilmu praktis bersangkutan dengan penggunaan dan
pemanfaatannya, sedangkan poietis bersangkutan dengan menghasilkan sesuatu,
termasuk alat yang akan digunakan untuk penerapan.
Berdasarkan taraf abstraksinya ilmu teoritis dibagi menjadi
tiga jenis. Taraf pertama, abstraksi dilakukan terhadap individualitas gejala
atau kenyataan sehingga ketika berbicara tentang rumah dan manusia, yang
tinggal hanya rumah atau manusia pada umumnya. Abstraksi pada taraf kedua
meninggalkan kuantitas serta menimbulkan matematika yang mencakup geometri
(ilmu ukur), serta aritmatika (ilmu hitung). Abstraksi pada taraf ketiga
menghasilkan sesuatu yang tidak bermateri (immaterialitas) yang dipelajari
dalam metafisika. Kenyataan itu ditinjau dari sudut universalitas, kuantitas,
dan immaterialitas yang berarti berdasarkan objek formal.
Contoh objek material
dalam ilmu matematika yaitu tentang bilangan, sedangkan objek formal yaitu
penggunaan dari lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran. Filsafat membahas
bilangan sebagai objek studi material artinya filsafat menjadikan bilangan
sebagai objek sasaran untuk menyelidiki ilmu tentang bilangan itu sendiri.
Objek material filsafat ilmu bilangan adalah bilangan itu sendiri. Bilangan itu
sendiri dimulai dari yang paling sederhana, yakni bilangan asli, bilangan
cacah, kemudian bilangan bulat, dan seterusnya hingga bilangan kompleks.
Sebagai objek formal filsafat, bilangan dikaji hakikat atau
esensinya. Pengkajian filsafat tentang bilangan misalnya mengenai apa hakikat
dari bilangan itu, bagaimana merealisasikan konsep bilangan yang abstrak
menjadi riil atau nyata, bagaimana penggunaan bilangan untuk penghitungan dan
atau pengukuran.
Daftar
Pustaka:
Keraf,
A. Sonny dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Yoyakarta: Penertbit Kanisius.
Wiramihardja,
Sutardjo A. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika Aditama.
Referensi:
No comments:
Post a Comment