Thursday, December 29, 2016

Dinamika Kebudayaan Indonesia



Ditinjau dari sudut etimologi istilah kebudayaan antar budaya berasal dari kata sansakerta: Budhayah, bentuk dasar nya Budhi, artinya akal, yang hanya dimiliki oleh makhluk Tuhan yang berwujud manusia. Sementara karena memiliki akal maka dalam arti diri manusia terdapat unsure-unsur potensi budaya, yaitu : cipta, rasa, dan karsa. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut dengan istilah culture yang sebenarnya dari kata latin: colore, yang artinya mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Dari arti berkembang arti culture sebagai msegala daya dan upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah atau mengubah alam dalam memenuhi kebbutuhan hidupnya.
1.      Wujud kebudayaan
Berdasarkan definisi dan intisari kebudayaan yang di kemukakan oleh C. Kluckhon (1953) koentjaraningrat dalam bukunya “ pengantar ilmu antapologi” mengemukakan adanya 7 unsur kebudayaan universal (cultural universal), yakni :
a.       Bahasa
b.      Sistem pengetahuan
c.       Organnisasi pengetahuan
d.      Organisasi sosial
e.       Sistem peralatan hidup dan teknologi
f.       Sistem ekonomi dan mata pencaharian
g.      Sistem religi
h.      Kesenian

2.      Isi utama kebudayaan:
a.       Pengetahuan
Unsur pengetahuan bukan saja merupakan maniupulasi dari Negara-negara atau masyarakat yang maju dan modern sekalipun masyarakat yang sederhana dan primitif unsur pengetahuan sangat diperlukan untuk memahami segala sesuatu yang dibutuhkan.
b.      Nilai
Berdasarkan kajian tentang kebudayaan maka suatu corak nilai kebudayaan merupakan kombinasi antara unsur-unsur kebudayaan yang berupa nilai-nilai, norma-norma, tujuan-tujuan, dan harapan-harapan yang kesemuanya diperuntukan bagi suatu kelompok.
c.       Pandangan hidup.
Pandangan hidup adalah merupakan nilai budaya yang di anut oleh suatu kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai system pedoman dalam pergaulan antaranggota dalam kelompok masyarakat tersebut ataupun dalam pergaulan dengan kelompok masyarakat lain.
d.      Kepercayaan
Bagian dari sistem nilai budaya yang lebih terbatas dan lebih khusus dan juga merupakan pedoman hidup dari suatu masyarakat adalah kepercayaan atau keyakinan. System ini berhubungan dengan sistem religi yang meliputi agama dan kebudayaan.
e.       Persepsi
Persepsi adalah suatu anggapan dari setiap manusia pada saat ia menjumpai atau menerima suatu nilai kehidupan yang di dsarkan atas hasil pengamatan dan perasaan-perasaan yang telah dialami sebelumnya. Suatu persepsi yang bertemu dengan apresiasi sebelum nya akan membentuk pengalaman-pengalaman perasaan baru yang dapat bersifat positif ataupun  negatif.
f.       Etos
Merupakan suatu unsure utama kebudayaan yang berfungsi mengintegrasikan unsure-unsur yang ada dalam kebudayaan hingga merupakan kesatuan yang bulat dan menyeluruh. suatu kebudayaan akan memancarkan suatu watak yang khas yang dapat dilihat, ditangkap, dan dirasakan oleh orang luar dari kelompoknya. Watak yang khas dari kebudayaan itu dinamakan etos kebudayaan yang meliputi: sifat, nilai, dan adat istiadat.
            Indonesia memiliki budaya yang unik dan berbeda-beda. Namun tanpa alat pemersatu bangsa yaitu Pancasila, maka perbedaan tersebut akan membuat bangsa Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu Pancasila dijadikan sebagai paradigma pengembangan kebudayaan Indonesia. Artinya, Pancasila dijadikan asumsi-asumsi dasar dalam pengembangan kebudayaan Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan inti kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai-nilai budaya Indonesia.
Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia
            Dalam artinya yang lengkap kebudayaan adalah keseluruhan pikiran, karya dan hasil karya manusia sebagai anggota masyarakatnya yang tidak berakar pada nalurinya dan hanya dapat dikuasai atau dihasilkannya dalam suatu proses belajar. Dalam arti ini kebudayaan adalah ungkapan kehidupan manusia dan masyarakatnya yang mengolah alam lingkungannya untuk mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya dan mencakup segala perbuatan manusia. Dengan demikian kebudayaan bukanlah semata-mata sekumpulan barang dan karya kesenian, buku, bangunan dan lain sebagainya, melainkan juga dan pertama-tama kegiatan manusian membuat alat-alat dan benda-benda tersebut, adat-istiadat, tata cara, cara mengasuh anak, sistem-sistem sosial, pranata-pranata sosial dan lain sebagainya. Termasuk pula kegiatan manusia mengadakan pembaruan-pembaruan di segala bidang guna meningkatkan mutu hidupnya. Ciri khasnya ialah kemampuan manusia untuk belajar dan menemukan sesuatu baru demi perbaikan hidupnya.
       Oleh sebab itu kebudayaan dapat dibatasi sebagai keseluruhan penemuan manusia demi perbaikan hidup manusiawi. Kebudayan harus selalu mempunyai nilai hidup, artinya harus selalu mengabdi kepada kehidupan manusiawi. Dalam rangka meningkatkan mutu hidup itu, manusia menciptakan teknik-teknik dan organisasi-organisasi termasuk negara untuk meningkatkan efisiensi kerja guna mencapai hasil sebanyak mungkin dengan tenaga yang tersedia. Manusia selalu berusaha memperbaiki keduanya itu dalam pembaruan-pembaruan dan penemuan-penemuan baru.
       Setiap kebudayaan terdiri atas banyak unsur yang biasa dibagi dalam tujuh kelompok yang disebut universalia budaya (cultural universals) karena bersifat universal, yaitu peralatan dan perlengkapan hidup manusia atau teknologi, mata pencarian dan sistem-sistem ekonomi,sistem-sistem sosial, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi termasuk moralnya. Berkat semuanya itu manusia dapat hidup aman dan mengembangkan dirinya serta mewujudkan kesejahteraan lahir batinnya.
       Dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 ditandaskan bahwa “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budinya rakyat Indonesia seluruhnya.” Dengan perkataan lain, subyek kebudayaan nasional Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia, bukan suku bangsa ini atau suku bangsa itu. Secara tersirat itu berarta bahwa kebudayaan nasional Indonesia baru muncul dengan terbentuknya bangsa Indonesia. Sebelumnya yang ada ialah kebudayaan-kebudayaan daerah. Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia masih muda dan sedang pada tahap penyusunan dan pengembangan, biarpun unsur-unsurnya sudah tua. “Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa,” demikian penjelasan pasal 32 UUD 1945 tersebut lebih lanjut. Artinya, kebudayaan nasional Indonesia terdiri atas unsur-unsur kebudayaan daerah yang dapat dinilai sebagai puncak-puncaknya. Unsur-unsur yang baik diambil alih dan dikembangkan, sedangkan unsur-unsur yang kurang baik secara berangsur-angsur disingkirkan. Dalam GBHN 1978 ditetapkan sehubungan dengan Wawasan Nusantara : “ Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah satu; sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya.” Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia adalah bhineka tunggal ika, satu tetapi beraneka ragam.
       Nilai-nilai moral yang tekandung dalam Pancasila adalah bagian inti kebudayan nasional Indonesia itu. Moral Pancasila bukanlah semata-mata satu bagian di samping bagian-bagian lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan jiwanya. Moral Pancasila mengarahkan kebudayaan kita pada tujuannya dan memberikan dimensi manusiawi kepadanya. “Bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan Pribadi Manusia Indonesia harus benar-benar menunjukkan nilai hidup dan makna kesusilaan yang dijiwai Pancasila,” demikian ditetapkan dalam GBHN 1978 tersebut. Berkat peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia akan dapat memegang peranan yang diharapkan, yaitu sebagai panglima kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila Dasar Pengembangan Kebudayaan
            Oleh sebab itu Moral Pancasila adalah juga dasar atau landasan ideal pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Sesuai dengan itu dalam GBHN 1978 “Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma – norma Pancasila dan diarahkan pada penerapan nilai – nilai yang tetap mencerminkan kepribadian bangsa dan meningkatkan nilai – nilai luhur”.
       Pertama – tama hal itu berarti bahwa Moral Pancasila merupakan pedoman evaluasi dan seleksi atau penyaringan unsur- unsur budaya yang digunakan untuk menyusun dan mengembangkan kebudayaan kita. Unsur – unsur dari kebudayaan daerah yang bertentangan dengan Pancasila harus ditolak dan disingkirkan secara berangsur – angsur, sedangkan unsur – unsurnya yang sesuai dengan sila – silanya dipelihara dan dikembangkan. Oleh sebab itu ditandaskan dalam GBHN bahwa “perlu ditiadakan dan dicegah nilai – nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan yang sempit”. Hal itu juga berlaku bagi unsur – unsur kebudayaan – kebudayaan asing. Dalam pembentukan kebudayaan nasional Indonesia kita harus terbuka. Dalam penjelasan pasa 32 UUD1945 ditandaskan bahwa usaha kebudayaan kita “tidak menolak bahan – bahan baru  dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Dengan perkataan lain, kita harus menolak unsur – unsur yang bertentangan dengan Pancasila tetapi bersedia menyerap unsur – unsur positif yang sesuai dengan sila – silanya. Sehubungan dengan itu dalam GBHN 1978 ditandaskan “Dengan tumbuhnya kebudayaan nasional yang berkeribadian dan berkesadaran maka sekaligus dapat ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, sedang di lain pihak ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai dari luar yang positif  dan yang memang diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.
       Semuanya itu berarti bahwa kita harus terbuka untuk akulturasi. Dari sejarah kita tahu bahwa kebudayaan yang menutup dirinya dan menolak pertukaran dengan kebudayaan – kebudayaan lain biasanya macet dan ketinggalan jaman. Akulturasi adalah perlu bagi setiap kebudayaan, tidak hanya untuk berkembang tetapi juga untuk bertahan. Pancasila adalah hasil akulturasi serupa itu seperti ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun ke-24 Parkindo di Surabaya tanggal 15 Nopember 1969: “Pancasila sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan Bangsa kita sendiri, melihat pengalaman bangsa – bangsa lain, diilhami oleh ide – ide besar dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian Bangsa kita sendiri dan ide besar Bangsa kita sendiri”. Dengan perkataan lain, Pancasila adalah pusaka lama yang tumbuh dari jiwa dan kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi telah berkembang di bawah ilham ide – ide besar dunia sehingga dapat menjadi dasar falsafat negara modern, lagi pula berfungsi sebagai pangkal pembaruan lebih lanjut untuk membangun masadepan bangsa yang lebih baik.
       Pancasila menolak pendirian sempit yang enggan mengambil unsur – unsur asing, tetapi juga menolak pendirian ekstrem lainnya, yang terlalu bersemangat untuk meniru segala sesuatu yang dating dari dunia Barat dan mengacaukan modernisasi dengan westernisasi. Hal ini ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-25 Univesitas Gajah Mada tanggal 19 Desember 1974 sebagai berikut: “Dan jika dikatakan bahwa pembangunan memerlukan pembaharuan, maka pembaharuan”
Pengaruh Budaya Luar Terhadap Budaya Indonesia
            Kebudayaan Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan Kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk dari penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk.
       Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap dengan mudah oleh masyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah tidak, namun nampaknya masyarakat kita lebih suka menghadapi budaya-budaya luar itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa proses penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya Indonesia akan hilang lenyap tinggal nama.
       Permasalahan ini timbul bukan karena faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat yang seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing yang sangat negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex, pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun dari golongan remajalah yang sekarang ini marak diberikan misalnya saja kasus Itenas. Pengkonsomsian narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran mereka dari berbagai macam kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat, dan kreatifitas saat bekerja itupun dengan dosis aman bagi mereka. Namun di Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-coba dan cara menghilangkan stres tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dalamnya. Sehingga tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang disebabkan benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu jauh hubungannya dengan kasus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di luar nikah dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi. Selain dibenci oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu sendiri. Namun, selain mempunyai sisi negatif budaya barat juga memnpunyai pengaruh positif pada budaya Indonesia, misalnya dalam bidang IPTEK, pembangunan, dsb, yang tentunya kesemuanya itu tidak terlepas dari pengawasan Pancasila sebagai paradigma kehidupan di Indonesia.
       Dalam penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat berpengaruh pada kebudayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi budaya-budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribadian bangsa dapat diterapkan guna memperkaya budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar yang tidak sesuai hendaknya kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buruk di masyarakat.
Macam-macam Budaya Indonesia
Indonesia ialah negara nan sangat kaya kebudayaan. Setiap pulau nan terdiri atas beberapa provinsi mempunyai kebudayaan nan berbeda. Tiap suku bangsa memiliki bahasa, rumah adat, tarian, lagu daerah, baju adat, upacara adat, makanan tradisional, dll. Seperti nan tertulis di bawah ini, kita akan coba bahas macam-macam budaya Indonesia.
1.       Macam-macam Budaya di Pulau Sumatera
Pulau nan mendapat julukan Suwarnadwipa (pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas), keunikan macam-macam budayanya dapat kita lihat di bawah ini.

a.       Rumah Adat

a)      Aceh: Rumah Aceh

b)      Sumatera Utara: Jabo Balon

c)      Sumatera Barat: Rumah Gadang

d)     Sumatera Selatan: Rumah Limas

e)      Riau: Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar, Lontiok

f)       Jambi: Rumah Panggung

g)      Lampung: Nuwo Sesaat

b.      Tarian

a)      Aceh: Tari Bines, Didong, Tari Guel, Tari Mesekat, Tari Rateb Meuseukat, Tari Saman, Tari Seudati, Tari Laweut, Tari Likok Pulo, Tari Pho, Tari Rapa'i Geleng, Tari Ula-ula Lembing, dan Tari Pukat.

b)      Sumatera Utara: Tortor, Tari Sapu Tangan, Tari Adok, Tari Anak, Tari Pahlawan, Tari Lagu Duo, Tari Perak, dan Famaena.

c)      Sumatera Barat: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Pasambahan, dan Tari Lilin.

d)     Riau:Zapin, Rentak Bulian dan Serampang Dua Belas.Kepulauan Riau: Madah Gurindam'

e)      Jambi: Sekapur Sirih, Selampit Delapan, dan Rangguk.

f)       Bengkulu: Tari Andun, Bidadei Teminang, dan Tari Kejei.

g)      Sumatera Selatan: Gending Sriwijaya, Bekhusek, Tanggai.

h)      Kepulauan Bangka Belitung: Tari Campak.

i)        Lampung: Bandana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, dan Labu Kayu.

c.        Lagu

a)      Aceh: Bungong Jeumpa dan Lembah Alas.

b)      Sumatera Utara: Piso Surit, Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, dan Tapian Nauli.

c)      Riau: Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo Cempako, Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan Tak Ondak Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri Tujuh, Dedap Durhaka, dan Kutang Barendo.

d)     Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang yang Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, dan Rang Talu.

e)      Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, dan Tari Tanggai.

f)       Jambi: Batanghari, Soleram, Injit-Injit Semut, Pinang Muda, dan Selendang Mayang.

g)      Bengkulu: Lalan Belak.Lampung: Lipang Lepangdang.

 

2.      Macam-macam Budaya di Pulau Jawa dan Bali

Pulau Jawa mendapat julukan Jawadwipa (pulau padi). Terdapat beberapa provinsi di pulau tersebut dan banyak keanegaraman budayanya. Macam-macam budaya Indonesia di Pulau Jawa dan Bali ialah sebagai berikut.
a.       Rumah Adat
a)      Jawa Tengah: Joglo
b)      Jawa Timur: Joglo
c)      DI Yogyakarta: Joglo
d)     Jawa Barat: Kasepuhan
e)      Bali: Natar
b.      Tarian
a)      DKI Jakarta: Topeng dan Yapong.
b)      Jawa Barat: Bangbarongan, Bengberokan, Jaipongan, Tari Cikeruhan, Tari Topeng Cirebon, Tari Topeng Priangan, Kuda lumping, dan Reog (Sunda).
c)      Jawa Tengah: Ebeg, Topeng Ireng, Kuda lumping, Tari Topeng Sinok, Tari Topeng Brebes, dan Reog (Banjarharjo).
d)     Jawa Timur: Tari Remo, Kuda lumping, Reog (Ponorogo)
e)      Yogyakarta: Tari Golek Menak dan Kuda lumping.
f)       Bali: Joged Bumbung, Gambuh, Kecak, Legong, Sanghyang, Tari Bali, Tari Jangger, Tari Pendet, dan Tari Rejang.

c.       Lagu

a)      Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, dan Terang Bulan .

b)      Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, danTokecang.

c)      Banten: Dayung Sampan.

d)     Jawa Timur: Keraban Sape dan Tanduk Majeng.

e)      Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan.

f)       Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah.

g)      Bali: Mejangeran dan Ratu Anom.



DAFTAR PUSTAKA

Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Malang:
Lab. Pancasila IKIP Malang.
GO 2013. Revolusi Belajar Genesha Operation. Bandung: Bimbingan Belajar
Genesha Operation Mei 2013
Jamal, D. 1984.Pokok- Pokok Bahasa Pancasila.Bandung : Remaja Karya CV
Bandung.
Diposkan oleh Farah di 07.23 WIB
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma Yogyakarta
Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1972. Pokok-Pokok Pembahasan Pancasila
Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia. Malang : Lembaga Penerbitan
IKIP Malang.

No comments:

Post a Comment