Ditinjau dari sudut etimologi istilah kebudayaan antar
budaya berasal dari kata sansakerta: Budhayah, bentuk dasar nya Budhi, artinya
akal, yang hanya dimiliki oleh makhluk Tuhan yang berwujud manusia. Sementara
karena memiliki akal maka dalam arti diri manusia terdapat unsure-unsur potensi
budaya, yaitu : cipta, rasa, dan karsa. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut
dengan istilah culture yang
sebenarnya dari kata latin: colore,
yang artinya mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Dari arti berkembang
arti culture sebagai msegala daya dan upaya serta tindakan manusia untuk
mengolah tanah atau mengubah alam dalam memenuhi kebbutuhan hidupnya.
1.
Wujud kebudayaan
Berdasarkan definisi dan intisari kebudayaan yang di
kemukakan oleh C. Kluckhon
(1953) koentjaraningrat dalam bukunya “ pengantar ilmu antapologi” mengemukakan
adanya 7 unsur kebudayaan universal (cultural universal), yakni :
a. Bahasa
b. Sistem
pengetahuan
c. Organnisasi
pengetahuan
d. Organisasi
sosial
e. Sistem
peralatan hidup dan teknologi
f. Sistem
ekonomi dan mata pencaharian
g. Sistem
religi
h. Kesenian
2. Isi
utama kebudayaan:
a. Pengetahuan
Unsur pengetahuan bukan saja merupakan maniupulasi
dari Negara-negara atau masyarakat yang maju dan modern sekalipun masyarakat
yang sederhana dan primitif unsur pengetahuan sangat diperlukan untuk memahami
segala sesuatu yang dibutuhkan.
b. Nilai
Berdasarkan kajian tentang kebudayaan maka suatu
corak nilai kebudayaan merupakan kombinasi antara unsur-unsur kebudayaan yang
berupa nilai-nilai, norma-norma, tujuan-tujuan, dan harapan-harapan yang
kesemuanya diperuntukan bagi suatu kelompok.
c.
Pandangan hidup.
Pandangan hidup
adalah merupakan nilai budaya yang di anut oleh suatu kelompok masyarakat yang
dijadikan sebagai system pedoman dalam pergaulan antaranggota dalam kelompok
masyarakat tersebut ataupun dalam pergaulan dengan kelompok masyarakat lain.
d.
Kepercayaan
Bagian
dari sistem nilai budaya yang
lebih terbatas dan lebih khusus dan juga merupakan pedoman hidup dari suatu
masyarakat adalah kepercayaan atau keyakinan. System ini berhubungan dengan sistem religi yang
meliputi agama dan kebudayaan.
e. Persepsi
Persepsi adalah
suatu anggapan dari setiap manusia pada saat ia menjumpai atau menerima suatu
nilai kehidupan yang di dsarkan atas hasil pengamatan dan perasaan-perasaan
yang telah dialami sebelumnya. Suatu persepsi yang bertemu dengan apresiasi
sebelum nya akan membentuk pengalaman-pengalaman perasaan baru yang dapat bersifat
positif ataupun negatif.
f.
Etos
Merupakan suatu unsure utama kebudayaan yang
berfungsi mengintegrasikan unsure-unsur yang ada dalam kebudayaan hingga
merupakan kesatuan yang bulat dan menyeluruh.
suatu kebudayaan akan memancarkan suatu watak yang
khas yang dapat dilihat, ditangkap, dan dirasakan oleh orang luar dari
kelompoknya. Watak yang khas dari kebudayaan itu dinamakan etos kebudayaan yang
meliputi: sifat, nilai, dan adat istiadat.
Indonesia memiliki budaya yang unik dan berbeda-beda. Namun tanpa alat
pemersatu bangsa yaitu Pancasila, maka perbedaan tersebut akan membuat bangsa
Indonesia terpecah belah. Oleh karena itu Pancasila dijadikan sebagai paradigma
pengembangan kebudayaan Indonesia. Artinya, Pancasila dijadikan asumsi-asumsi
dasar dalam pengembangan kebudayaan Indonesia. Sehingga Pancasila merupakan
inti kebudayaan Indonesia yang mengandung nilai-nilai budaya Indonesia.
Pancasila Inti Kebudayaan Indonesia
Dalam
artinya yang lengkap kebudayaan adalah keseluruhan pikiran, karya dan hasil
karya manusia sebagai anggota masyarakatnya yang tidak berakar pada nalurinya
dan hanya dapat dikuasai atau dihasilkannya dalam suatu proses belajar. Dalam
arti ini kebudayaan adalah ungkapan kehidupan manusia dan masyarakatnya yang
mengolah alam lingkungannya untuk mempertahankan dan mengembangkan
eksistensinya dan mencakup segala perbuatan manusia. Dengan demikian kebudayaan bukanlah semata-mata sekumpulan barang dan karya
kesenian, buku, bangunan dan lain sebagainya, melainkan juga dan pertama-tama
kegiatan manusian membuat alat-alat dan benda-benda tersebut, adat-istiadat,
tata cara, cara mengasuh anak, sistem-sistem sosial, pranata-pranata sosial dan
lain sebagainya. Termasuk pula kegiatan manusia mengadakan pembaruan-pembaruan
di segala bidang guna meningkatkan mutu hidupnya. Ciri khasnya ialah kemampuan
manusia untuk belajar dan menemukan sesuatu baru demi perbaikan hidupnya.
Oleh sebab itu kebudayaan dapat dibatasi sebagai keseluruhan penemuan
manusia demi perbaikan hidup manusiawi. Kebudayan harus selalu mempunyai nilai
hidup, artinya harus selalu mengabdi kepada kehidupan manusiawi. Dalam rangka
meningkatkan mutu hidup itu, manusia menciptakan teknik-teknik dan
organisasi-organisasi termasuk negara untuk meningkatkan efisiensi kerja guna
mencapai hasil sebanyak mungkin dengan tenaga yang tersedia. Manusia selalu
berusaha memperbaiki keduanya itu dalam pembaruan-pembaruan dan
penemuan-penemuan baru.
Setiap kebudayaan terdiri atas banyak
unsur yang biasa dibagi dalam tujuh kelompok yang disebut universalia budaya
(cultural universals) karena bersifat universal, yaitu peralatan dan
perlengkapan hidup manusia atau teknologi, mata pencarian dan sistem-sistem
ekonomi,sistem-sistem sosial, bahasa, kesenian, ilmu pengetahuan dan religi
termasuk moralnya. Berkat semuanya itu manusia dapat hidup aman dan
mengembangkan dirinya serta mewujudkan kesejahteraan lahir batinnya.
Dalam penjelasan pasal 32 UUD 1945 ditandaskan
bahwa “kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha
budinya rakyat Indonesia seluruhnya.” Dengan perkataan lain, subyek kebudayaan
nasional Indonesia adalah seluruh bangsa Indonesia, bukan suku bangsa ini atau
suku bangsa itu. Secara tersirat itu berarta bahwa kebudayaan nasional
Indonesia baru muncul dengan terbentuknya bangsa Indonesia. Sebelumnya yang ada
ialah kebudayaan-kebudayaan daerah. Dengan demikian kebudayaan nasional
Indonesia masih muda dan sedang pada tahap penyusunan dan pengembangan, biarpun
unsur-unsurnya sudah tua. “Kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung
sebagai kebudayaan bangsa,” demikian penjelasan pasal 32 UUD 1945 tersebut lebih
lanjut. Artinya, kebudayaan nasional Indonesia terdiri atas unsur-unsur
kebudayaan daerah yang dapat dinilai sebagai puncak-puncaknya. Unsur-unsur yang
baik diambil alih dan dikembangkan, sedangkan unsur-unsur yang kurang baik
secara berangsur-angsur disingkirkan. Dalam GBHN 1978 ditetapkan sehubungan
dengan Wawasan Nusantara : “ Bahwa Budaya Indonesia pada hakekatnya adalah
satu; sedangkan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya
Bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya.”
Dengan demikian kebudayaan nasional Indonesia adalah bhineka tunggal ika, satu
tetapi beraneka ragam.
Nilai-nilai moral yang tekandung dalam Pancasila adalah bagian
inti kebudayan nasional Indonesia itu. Moral Pancasila bukanlah semata-mata
satu bagian di samping bagian-bagian lain kebudayaan kita, melainkan bagian inti dan jiwanya. Moral Pancasila
mengarahkan kebudayaan kita pada tujuannya dan memberikan dimensi manusiawi
kepadanya. “Bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan Pribadi Manusia
Indonesia harus benar-benar menunjukkan nilai hidup dan makna kesusilaan yang
dijiwai Pancasila,” demikian ditetapkan dalam GBHN 1978 tersebut. Berkat
peranan Pancasila itu kebudayaan nasional Indonesia akan dapat memegang peranan
yang diharapkan, yaitu sebagai panglima
kehidupan bangsa Indonesia.
Pancasila
Dasar Pengembangan Kebudayaan
Oleh sebab itu Moral Pancasila adalah juga dasar atau landasan ideal
pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Sesuai dengan itu dalam GBHN 1978
“Kebudayaan nasional terus dibina atas dasar norma – norma Pancasila dan
diarahkan pada penerapan nilai – nilai yang tetap mencerminkan kepribadian
bangsa dan meningkatkan nilai – nilai luhur”.
Pertama
– tama hal itu berarti bahwa Moral Pancasila merupakan pedoman evaluasi dan seleksi
atau penyaringan unsur- unsur budaya yang digunakan untuk menyusun dan
mengembangkan kebudayaan kita. Unsur – unsur dari kebudayaan daerah yang
bertentangan dengan Pancasila harus ditolak dan disingkirkan secara berangsur –
angsur, sedangkan unsur – unsurnya yang sesuai dengan sila – silanya dipelihara
dan dikembangkan. Oleh sebab itu ditandaskan dalam GBHN bahwa “perlu ditiadakan
dan dicegah nilai – nilai sosial budaya yang bersifat feudal dan kedaerahan
yang sempit”. Hal itu juga berlaku bagi unsur – unsur kebudayaan – kebudayaan
asing. Dalam pembentukan kebudayaan nasional Indonesia kita harus terbuka.
Dalam penjelasan pasa 32 UUD1945 ditandaskan bahwa usaha kebudayaan kita “tidak
menolak bahan – bahan baru dari
kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa
sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia”. Dengan
perkataan lain, kita harus menolak unsur – unsur yang bertentangan dengan Pancasila
tetapi bersedia menyerap unsur – unsur positif yang sesuai dengan sila –
silanya. Sehubungan dengan itu dalam GBHN 1978 ditandaskan “Dengan tumbuhnya
kebudayaan nasional yang berkeribadian dan berkesadaran maka sekaligus dapat
ditanggulangi pengaruh kebudayaan asing yang negatif, sedang di lain pihak
ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk menyaring dan menyerap nilai – nilai
dari luar yang positif dan yang memang
diperlukan bagi pembaharuan dalam proses pembangunan.
Semuanya itu berarti bahwa kita harus
terbuka untuk akulturasi. Dari
sejarah kita tahu bahwa kebudayaan yang menutup dirinya dan menolak pertukaran
dengan kebudayaan – kebudayaan lain biasanya macet dan ketinggalan jaman.
Akulturasi adalah perlu bagi setiap kebudayaan, tidak hanya untuk berkembang
tetapi juga untuk bertahan. Pancasila adalah hasil akulturasi serupa itu
seperti ditandaskan oleh Presiden Soeharto pada Hari Ulang Tahun ke-24 Parkindo
di Surabaya tanggal 15 Nopember 1969: “Pancasila sebenarnya bukan lahir secara
mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang panjang,
dimatangkan oleh sejarah perjuangan Bangsa kita sendiri, melihat pengalaman
bangsa – bangsa lain, diilhami oleh ide – ide besar dunia, dengan tetap berakar
pada kepribadian Bangsa kita sendiri dan ide besar Bangsa kita sendiri”. Dengan
perkataan lain, Pancasila adalah pusaka lama
yang tumbuh dari jiwa dan kebudayaan bangsa Indonesia, tetapi telah berkembang
di bawah ilham ide – ide besar dunia sehingga dapat menjadi dasar falsafat
negara modern, lagi pula berfungsi sebagai pangkal pembaruan lebih lanjut untuk
membangun masadepan bangsa yang lebih baik.
Pancasila menolak pendirian sempit yang enggan mengambil unsur – unsur
asing, tetapi juga menolak pendirian ekstrem lainnya, yang terlalu bersemangat
untuk meniru segala sesuatu yang dating dari dunia Barat dan mengacaukan
modernisasi dengan westernisasi. Hal ini ditandaskan oleh Presiden Soeharto
pada Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun ke-25 Univesitas Gajah Mada tanggal 19
Desember 1974 sebagai berikut: “Dan jika dikatakan bahwa pembangunan memerlukan
pembaharuan, maka pembaharuan”
Pengaruh
Budaya Luar Terhadap Budaya Indonesia
Kebudayaan
Indonesia walau beranekaragam, namun pada dasarnya terbentuk dan dipengaruhi
oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Tionghoa, kebudayaan India dan
Kebudayaan Arab. Kebudayaan India masuk dari
penyebaran agama Hindu dan Budha di Nusantara jauh sebelum Indonesia terbentuk.
Dari waktu ke waktu budaya barat semakin marak dan diserap
dengan mudah oleh masyarakat kita. Tidak peduli budaya itu merusak ataukah
tidak, namun nampaknya masyarakat kita lebih suka menghadapi budaya-budaya luar
itu daripada melestarikan budaya tanah airnya sendiri. Hal ini harus bisa
disikapi dengan seksama karena bila kebiasaan ini terus berlangsung tanpa
proses penyaringan dan pengontrolan, maka dapat dipastikan bahwa budaya
Indonesia akan hilang lenyap tinggal nama.
Permasalahan ini timbul bukan karena
faktor luar, namun timbul dari diri pribadi masing-masing warga masyarakat yang
seakan malu dan menganggap kuno budayanya sendiri. Beberapa contoh budaya asing
yang sangat negatif namun telah marak di Indonesia yaitu freesex,
pengkonsomsian narkoba, dan abortus. Freesex ini bukan hanya dilakukan oleh
orang dewasa saja, namun dari golongan remajalah yang sekarang ini marak diberikan
misalnya saja kasus Itenas. Pengkonsomsian narkoba dilakukan orang barat untuk merilekskan pikiran
mereka dari berbagai macam kerumitan hidup, untuk menambah stamina, semangat,
dan kreatifitas saat bekerja itupun dengan dosis aman bagi mereka. Namun di
Indonesia mengkonsumsi narkoba adalah ajang coba-coba dan cara menghilangkan
stres tanpa mengetahui kandungan zat berbahaya yang ada di dalamnya. Sehingga
tidak jarang kasus kematian, tindak kriminal dan kenakalan remaja yang
disebabkan benda haram tersebut. Kasus abortus ini sebenarnya tidak terlalu
jauh hubungannya dengan kasus freesex inilah banyak kaum wanita yang hamil di
luar nikah dan karena rasa malu kebanyakan para wanita itu melakukan aborsi.
Selain dibenci oleh Tuhan, kegiatan ini dapat mencelakai pihak wanita itu
sendiri. Namun, selain mempunyai sisi negatif budaya barat juga memnpunyai
pengaruh positif pada budaya Indonesia, misalnya dalam bidang IPTEK,
pembangunan, dsb, yang tentunya kesemuanya itu tidak terlepas dari pengawasan
Pancasila sebagai paradigma kehidupan di Indonesia.
Dalam
penjelasan di atas jelas sekali bahwa kebudayaan luar sangat berpengaruh pada
kebudayaan Indonesia, tinggal bagaimana cara kita menyaring dan menyeleksi
budaya-budaya luar itu agar tidak merusak budaya kita. Budaya luar yang sesuai dengan kepribadian bangsa dapat diterapkan guna
memperkaya budaya Indonesia. Sedangkan budaya luar yang tidak sesuai hendaknya
kita buang jauh-jauh agar tidak menjadi kebiasaan yang buruk di masyarakat.
Macam-macam Budaya
Indonesia
Indonesia ialah negara nan sangat kaya
kebudayaan. Setiap pulau nan terdiri atas beberapa provinsi mempunyai
kebudayaan nan berbeda. Tiap suku bangsa memiliki bahasa, rumah adat, tarian,
lagu daerah, baju adat, upacara adat, makanan tradisional, dll. Seperti nan
tertulis di bawah ini, kita akan coba bahas macam-macam budaya Indonesia.
1.
Macam-macam Budaya di Pulau Sumatera
Pulau nan mendapat julukan Suwarnadwipa (pulau
emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas), keunikan macam-macam budayanya dapat kita
lihat di bawah ini.
a. Rumah Adat
a) Aceh: Rumah Aceh
b) Sumatera Utara: Jabo Balon
c) Sumatera Barat: Rumah Gadang
d) Sumatera Selatan: Rumah Limas
e) Riau: Rumah Adat Melayu Selaso Jatuh Kembar, Lontiok
f) Jambi: Rumah Panggung
g) Lampung: Nuwo Sesaat
b. Tarian
a) Aceh: Tari Bines, Didong, Tari Guel, Tari Mesekat, Tari Rateb Meuseukat, Tari Saman, Tari Seudati, Tari Laweut, Tari Likok Pulo, Tari Pho, Tari Rapa'i Geleng, Tari Ula-ula Lembing, dan Tari Pukat.
b) Sumatera Utara: Tortor, Tari Sapu Tangan, Tari Adok, Tari Anak, Tari Pahlawan, Tari Lagu Duo, Tari Perak, dan Famaena.
c) Sumatera Barat: Tari Piring, Tari Payung, Tari Indang, Tari Pasambahan, dan Tari Lilin.
d) Riau:Zapin, Rentak Bulian dan Serampang Dua Belas.Kepulauan Riau: Madah Gurindam'
e) Jambi: Sekapur Sirih, Selampit Delapan, dan Rangguk.
f) Bengkulu: Tari Andun, Bidadei Teminang, dan Tari Kejei.
g) Sumatera Selatan: Gending Sriwijaya, Bekhusek, Tanggai.
h) Kepulauan Bangka Belitung: Tari Campak.
i) Lampung: Bandana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, dan Labu Kayu.
c. Lagu
a) Aceh: Bungong Jeumpa dan Lembah Alas.
b) Sumatera Utara: Piso Surit, Anju Ahu, Bungo Bangso, Cikala Le Pongpong, Bungo Bangso, Butet, Dago Inang Sarge, Lisoi, Madekdek Magambiri, Mariam Tomong, Nasonang Dohita Nadua, Rambadia, Sengko-Sengko, Siboga Tacinto, Sinanggar Tulo, Sing Sing So, dan Tapian Nauli.
c) Riau: Soleram, Kebangkitan Melayu, Tanjung Katung, Bungo Cempako, Lancang kuning, Ayam Putih Pungguk, Makan Sirih, Uyang Bagan Tak Ondak Belaya, Mak Long, Tuanku Tambusai, Pak Ngah Balek, Puteri Tujuh, Dedap Durhaka, dan Kutang Barendo.
d) Sumatera Barat: Ayam Den Lapeh, Barek Solok, Dayung Palinggam, Kambanglah Bungo, Kampuang Nan Jauh Di Mato, Ka Parak Tingga, Malam Baiko, Kampuang yang Jauh di Mato, Kambanglah Bungo, Indang Sungai Garinggiang, dan Rang Talu.
e) Sumatera Selatan: Cuk Mak Ilang, Dek Sangke, Gending Sriwijaya, Kabile-bile, dan Tari Tanggai.
f) Jambi: Batanghari, Soleram, Injit-Injit Semut, Pinang Muda, dan Selendang Mayang.
g) Bengkulu: Lalan Belak.Lampung: Lipang Lepangdang.
2. Macam-macam Budaya di Pulau Jawa dan Bali
Pulau Jawa mendapat julukan Jawadwipa (pulau
padi). Terdapat beberapa provinsi di pulau tersebut dan banyak keanegaraman
budayanya. Macam-macam budaya
Indonesia di Pulau Jawa dan Bali
ialah sebagai berikut.
a.
Rumah Adat
a)
Jawa Tengah: Joglo
b)
Jawa Timur: Joglo
c)
DI Yogyakarta: Joglo
d)
Jawa Barat: Kasepuhan
e)
Bali: Natar
b.
Tarian
a)
DKI
Jakarta: Topeng dan Yapong.
b)
Jawa
Barat: Bangbarongan, Bengberokan, Jaipongan, Tari Cikeruhan, Tari Topeng
Cirebon, Tari Topeng Priangan, Kuda lumping, dan Reog (Sunda).
c)
Jawa
Tengah: Ebeg, Topeng Ireng, Kuda lumping, Tari Topeng Sinok, Tari Topeng
Brebes, dan Reog (Banjarharjo).
d)
Jawa
Timur: Tari Remo, Kuda lumping, Reog (Ponorogo)
e)
Yogyakarta:
Tari Golek Menak dan Kuda lumping.
f)
Bali:
Joged Bumbung, Gambuh, Kecak, Legong, Sanghyang, Tari Bali, Tari Jangger, Tari
Pendet, dan Tari Rejang.
c. Lagu
a) Jakarta: Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung, Keroncong Kemayoran, Surilang, dan Terang Bulan .
b) Jawa Barat: Bubuy Bulan, Cing Cangkeling, Es Lilin, Karatagan Pahlawan, Manuk Dadali, Panon Hideung, Peuyeum Bandung, Pileuleuyan, danTokecang.
c) Banten: Dayung Sampan.
d) Jawa Timur: Keraban Sape dan Tanduk Majeng.
e) Jawa Tengah: Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, Stasiun Balapan.
f) Yogyakarta: Pitik Tukung, Sinom, Suwe Ora Jamu, Te Kate Dipanah.
g) Bali: Mejangeran dan Ratu Anom.
DAFTAR PUSTAKA
Darji, Darmodiharjo. 1989. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Malang:
Lab. Pancasila IKIP Malang.
GO 2013.
Revolusi Belajar Genesha Operation. Bandung: Bimbingan Belajar
Genesha Operation Mei 2013
Jamal, D. 1984.Pokok- Pokok Bahasa Pancasila.Bandung : Remaja Karya
CV
Bandung.
Kaelan, 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma
Yogyakarta
Laboratorium Pancasila IKIP Malang. 1972. Pokok-Pokok Pembahasan
Pancasila
Dasar Filsafat Negara Republik
Indonesia. Malang : Lembaga Penerbitan
IKIP Malang.
No comments:
Post a Comment