Wednesday, December 28, 2016

Filosofi Angin

Saat kita melakukan sebuah kebaikan, justru tidak menemukan penghargaan dari orang. Kebaikan yang diupayakan dengan susah payah, selanjutnya tidak dihargai. Karena konsep angin memang ia tidak akan bisa terlihat dengan mata.Hanya manusia yang mengizinkan semua inderanya merasakan hembusan angin disetiap pori-porinya, yang akan bisa ‘melihat’ angin tersebut. Sedangkan sebagian yang lain yang memilih yang lain, akan berkeyakinan bahwa hanya yang bisa terlihat saja yang layak untuk dihargai.
Angin itu bisa memiliki energi menghidupkan. Sekaligus ia juga memiliki kekuatan menghancurkan. Dari sini, saya lebih menujukan energi menghidupkan dan menghancurkan pada sisi kemungkinan positif yang bisa ditransformasikan kedalam berbagai bentuk daya lainnya.
Menghidupkan bisa ditetaskan lagi sebagai kreatifitas, sebagai daya inovasi. Sedangkan Menghancurkan bisa dibentuk sebagai energi penyelesaian / hancurnya sebuah permasalan, menjadi buldoser untuk menghilangkan berbagai problematika yang ada di tengah dunia, dari skala besar hingga juga ke tingkatan yang paling kecil, ego, personal.
Sebuah titian yang sering diistilahkan dengan transformasi. Sebuah model merubah suatu bentuk ke bentuk lain. Yang dirubah disini adalah energi menghidupkan dengan bentuk yang lebih “memanusia”, sebut saja kreatifitas, inovasi, transfer energi dan sejenisnya.

Sepintas tidak adanya relevansi dan keterkaitan. Tapi jika saya berbicara seperti layaknya angin. Seperti inilah angin. Terlihat tidak memiliki arah yang jelas. 
Tapi sebenarnya ia malah justru :  menjadi simbol, dan memiliki "mata angin"  yang menjadi "patron", menjadi "rel" untuk banyak kereta api dalam perjalanannya.

No comments:

Post a Comment