BAB
I
PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN
A. Pengertian psikologi perkembangan
Psikologi,
menurut Mussen dan Rosenwieg adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang mind (pikiran) atau the study of mind, tetapi dalam perkembangannya kata mind berubah menjadi behavior (tingkah laku) sehingga
psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku
manusia.
Psikologi
berasal dari Bahasa Yunani kuno yaitu Psychaē
yang berarti jiwa dan Logia yang
artinya ilmu. Jadi secara etimologis, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang jiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata
“berkembang” ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas,
dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran,
pengetahuan, dan sebagainya. Dengan dmeikian, kata “berkembang” tidak saja
meliputi aspek yang berarti abstrak, seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi
juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Jadi, psikologi perkembangan yaitu
suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang baik
menyangkut perkembangan atau kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi
hingga dewasa.
B. Tujuan, Fungsi, dan Manfaat
Psikologi Perkembangan
1.
Tujuan Mempelajari Psikologi
Perkembangan Peserta Didik
a)
Untuk mengetahui tingkah laku individu
itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/perkembangannya.
b)
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
individu pada setiap fase perkembangannya.
c)
Untuk mengetahui kapan individu bisa
diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
d)
Agar dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak.
e)
Khusus bagi guru, agar dapat memilih dan
memberikan materi dan metode yang sesuai
dengan kebutuhan anak, terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar.
f)
Memberikan, mengukur, dan menerangkan
perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai
dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang
berlaku bagi anak-anak dimana saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
g)
Mempelajari karakteristik umum
perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
h)
Mempelajari perbedaan-perbedaan yang
bersifat pribadi pada tahapan, atau masa perkembangan tertentu.
i)
Mempelajari tingkah laku anak pada
lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
j)
Mempelajari penyimpangan tingkah laku
yang dialami seseorang seperti kenakalan, kelainan-kelainan dalam
fungsionalitas inteleknya, dll.
2.
Fungsi psikologi sebagai ilmu
a)
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan
apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan
berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
b)
Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan
atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil
prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
c)
Pengendalian, yaitu mengendalikan
tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang
sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta
rehabilitasi atau perawatan.
3.
Kegunaan mempelajari psikologi
perkembangan
Dengan mempelajari psikologi perkembangan,
diharapkan mampu memahami diri Anda dan individu pada umumnya dengan lebih
baik, sehingga Anda dapat membina dan mengembangkan kea rah kehidupan yang
lebih positif sesuai dengan tuntutan professional guru, yaitu dapat memberikan
bantuan pada perkembangan fisik maupun psikis anak seoptimal mungkin, memilih
dan menentukan tujuan materi dan strategi belajar sesuai dengan tingkat
kemampuan intelektual anak, menghadapi anak dengan benar dalam membentuk
perilaku dengan benar serta dapat terhindar dari pemahaman yang salah tentang
anak.
Menurut Hurlock (1980: 5-6) beberapa manfaat
psikologi perkembagan adalah sebagai berikut:
a)
Membantu apa yang diharapkan oleh anak
dan kapan yang diharapkan itu muncul.
b)
Dengan apa yang diharapkan dari anak,
memungkinkan untuk menyusun pedoman dalam bentuk skala tinggi-berat,
usia-berat, usia-mental dan skala perkembangan sosial atau emosional.
c)
Memungkinkan para orangtua atau guru
memberikan bimbingan belajar yang tepat.
d)
Mengetahui perkembangan yang normal pada
anak.
Manfaat lain yang akan diperoleh guru atau calon
guru adalah sebagai berikut:
a)
Seorang guru akan dapat memberikan
harapan yang realitas terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika
terlalu banyak yang diharapkan pada usia tertentu, anak mungkin akan
mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang
ditetapkan orangtua atau guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan
dari mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk mengembangkan
kemampuannya.
b)
Dapat membantu kita dalam memberikan
respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak. Psikologi
perkembangan dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan arti dan sumber pola berpikir, perasaan, dan tingkah laku anak.
c)
Akan membantu orangtua dan guru dalam
mengahadapi tantangan saat membesarkan dan mendidik anak-anak/siswanya.
d)
Memungkinkan para guru untuk sebelumya
mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian
dan perilakunya.
e)
Memberikan informasi tentang siapa kita,
bagaimana kita dpaat seperti ini, dan kemana masa depan akan membawa kita.
f)
Memungkinkan guru memberikan bantuan dan
pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan tingkat-tingkat perkembangan
anak.
C. Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik
1.
Pertumbuhan fisik
a.
Pertumbuhan sebelum lahir
Masa
sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat
kompleks, karena pada masa itu merupakan sebuah awal terbentuknya organ-organ
tubuh dan tersusun jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf yang lengkap.
Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis, masing-masing
komponen biologi telah mampu berfungsi secara mandiri.
b.
Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik seorang anak dapat dibagi menjadi
empat masa utama; yaitu dua masa ditandai dengan masa pertumbuhan cepat dan
masa berikutnya dicirikan dengan pertumbuhan yang lambat. Selama masa pralahir
dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun
pertama kehidupan pacalahirnya, pertumbuhan seorang bayi akan memperlihatkan
tempo yang sedikit lambat dan kemudian akan menjadi stabil saat anak memasuki
tahap remaja. Ketika anak berusia 8 sampai 12 tahun , mulai saat itu hingga ia
berumur 15-16 tahun, pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali dan biasanya masa
ini disebut ledakan pertumbuhan pubertas. Masa ini kemudian akan disusul dengan masa tenang kembali
sampai ia memasuki usia tahap dewasa.
2.
Perkembangan Intelektual
Perkembangan
ini juga dikenal dengan nama perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif ini
menurut piaget mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
a.
Tahap Sensori Motor (0-2 setengah tahun)
Masa ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan
aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi menggunakan reaksi motorik
atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks.
Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi lebih canggih, misalnya berjalan.
b.
Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan skema kognitifnya masih
terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku orang lain. perilaku yang ditiru terutama
perilaku orang lain, khususnya orangtua dan guru yang pernah ia lihat ketika
orang itu merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang
dihadapi pada masa lampau.
c.
Tahap Operasional Konkret (usia 7-11
tahun)
Pada tahap ini, peserta didik sudah mulai memahami
aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Dalam tahap ini, anak mulai
mengembangkan 3 hal, yaitu:
1)
Identifikasi: mengenali sesuatu.
2)
Negasi: Mengingkari sesuatu.
3)
Reprokasi: Mencari hubungan timbal balik
antara beberapa hal.
d.
Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Pada masa ini, peserta didik sudah memasuki masa
remaja. Perkembangan kognitif peserta didik pada masa ini telah memiliki
kemampuan mengoordinasikan dua ragaan kognitif, baik secara simultan (serentak)
maupun berurutan.
3.
Emosi
Emosi
dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia
dalam hidupnya atau dalam pertumbuhannya dan perkembangan manusia. Kebutuhan
manusia dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani. Kebutuhan tersebut ada yang primer atau tidak bisa ditunda
dan ada kebutuhan sekunder atau kebutuhan yang dapat ditunda. Jika individu
kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan primer, maka ia akan
merasa kecewa. Dan jika kebutuhannya terpenuhi, maka ia akan merasa senang dan
puas. Hal inilah yang dimaksud dengan emosi manusia yang mengandung unsur
senang dan tidak senang.
4.
Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial yang tentu tidak
dapat hidup tanpa bantuan dari manusia lain.
5.
Bahasa
Bahasa
sebagai alat komunikasi juga dapat diartikan sebagai tanda gerakan, dan suara
untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dalam berbahasa, ada dua
pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai dan pihak penerima. Dalam
percakapan, pihak-pihak itu saling bergantian fungsinya.
6.
Bakat khusus
Bakat
merupakan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seseorang atau individu yang
hanya dengan sedikit rangsangan atau latihan, kemampuan itu akan berkembang
dengan baik. Seseorang yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati, sebab
kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol.
7.
Sikap, Nilai, dan Moral
Bloom
(Woolfolk dan Nocilich, 1984) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses
belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai
dikenalkan dengan nilai-nilai, ditunjukkan dengan hal yang benar dan salah.
Seiring dengan perkembangan individu,
berangsur-angsur anak akan mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku di
dalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang
berlaku di dalam masyarakat dan negara.
Faktor-faktor yang memengaruhi
individu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada 3 faktor yang
memengaruhi individu yaitu faktor hereditas, lingkungan, dan faktor gabungan
antara keduanya.
1.
Faktor Hereditas
Dipahami sebagai faktor yang dibawa oleh anak. Anak
mewariskan sesuatu dari orang tuanya. Anak berkembang secara fisik dan psikis
bukan karena pengaruh dari yang lain, akan tetapi ditentukan oleh pembawaannya
sendiri. Lingkungan tidak memberikan pengaruh apa-apa pada sang anak.
Aliran hereditas merupakan faktor penentu dalam
kehidupan seseorang dan dikenal dengan aliran nativisme. Tokoh aliran ini
adalah Arthur Eschopenhaur, seorang filsof Jerman.
2.
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap
perkembangan individu. Aliran yang terkenal yang menyatakan bahwa pengalaman
atau lingkungan memberi pengaruh dan merupakan faktor penentu perkembangan
individu dikenal dengan aliran empirisme. Tokoh aliran ini adalah Jhon Locke.
3.
Faktor Gabungan (Hereditas dan
Lingkungan)
Faktor ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan dan pengalaman. Aliran ini
dikenal dengan aliran konvergensi. Tokoh dari aliran ini adalah William Stern
dari Jerman.
D. Perkembangan dan Pertumbuhan
1. Pengertian Perkembangan
Dalam
penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam memahami apa
yang dimaksud dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung.
Namun, terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua para ahli,
yaitu seperti berikut.
a.
Manusia berkembang dalam tingkat yang
berbeda
Dalam
kelas anda akan memiliki seluruh bentangan contoh mengenai tingkatan
perkembangan yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoodinasi lebih
baik, atau lebih dewasa dibanding dengan yang lainnya.
b.
Perkembangan relatif runtut
Orang
cenderung mengembangan kemampuan tertentu sebelum kemampuan yang lain.
c.
Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat
jarang perubahan terjadi setiap hari. Jadi, di dalam perkembangan manusia
membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relative sangat lambat dan
tidak setiap hari berlangsung.
Jadi perkembangan adalah perubahan
yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati dan
tidak dapat diulang kembali. Pengertian perkembangan, yaitu merupakan perubahan
individu ke arah yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya
individu sampai ahir hayat dan berlangsung secara terus-menerus. Secara umum,
perkembangan adalah rangakian perubahan sepanjang rentang kehidupan yang
bersifat progresif, teratur, berkesinambungan, dan akumulatif yang menyangkut
segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan
proses belajar.
Psikologi perkembangan (developmental psychology) adalah suatu
ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu
ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari
tingkah laku individu. Satu cabang psikologi yang ditunjukan untuk memahami
semua perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia
sepanjang rentang kehidupannya, yaitu perubahan di dalam kepribadian, moral,
dan proses belajar berpikir.
Pembagian masa-masa perkembangan
seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, dalam bukunya Developmental Psycology to Day (1975)
oleh Elizabeth B. Hurlock dalam buku Developmental
Psycology (1980) [4]:
·
Masa sebelum lahir;
·
Masa baru lahir;
·
Masa bayi;
·
Masa kanak-kanak (awal dan akhir);
·
Masa puber;
·
Masa dewasa (awal dan menengah); dan
·
Masa usia lanjut.
2. Pengertian pertumbuhan
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam arti biasa memang
dikatakan hampir sama. Istilah “perkembangan” secara khusus diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut
aspek-aspek psikologi.
Perkembangan tidaklah terbatas pada
pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melaikan di dalamnya juga
terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan
bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar
3. Aspek – Aspek yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
a.
Anak Sebagai Keseluruhan.
b.
Umur Mental Anak Mempengaruhi
Pertumbuhannya.
c.
Permasalahan Tingkah Laku Sering
Berhubungan dengan Pola – Pola Pertumbuhan.
d.
Penyesuaian Pribadi dan Sosial
Mencerminkan Dinamuka Pertumbuhan.
E. Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan
Peserta Didik
Dengan
mempelajari perkembangan peserta didik, kita akan memperoleh beberapa
keuntungan. Pertama, kita akan
mempunyai ekspetasi yang nyata tentang anak dan remaja. Kedua, pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu
kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari seorang
anak. Ketiga, pengetahuan tentang
perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari
perkembangan yang normal. Keempat,
dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.
F.
Perbedaan
Individu Peserta Didik
Makna
“perbedaan” dan “perbedaan Individu” menurut Lindgren (1980), menyangkut
variasi yang terjadi baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Garry
(1963) dalam buku perkembangan Peserta
Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan
individual ke dalam bidang-bidang berikut.
a.
Perbedaan fisik, tingkat dan berat
badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b.
Perbedaan social, termasuk status
ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c.
Perbedaan kepribadian, termasuk watak,
motif, minat dan sikap.
d.
Perbedaan inteligensi dan kemampuan
dasar.
e.
Perbedaan kecakapan atau kepandaian di
sekolah.
Jenis perbedaan lainnya meliputi berikut ini.
a.
Perbedaan kognitif, yaitu kemampuan
kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
b.
Perbedaan kecakapan bahasa, yaitu bahasa
merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
c.
Perbedaan kecakapan motorik, yaitu
kecakapan motorik antara kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk
melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat
untuk melakukan kegiatan.
d.
Perbedaan latar belakang, yaitu
perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar
atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu
e.
Perbedaan bakat, yaitu bakat merupakan
kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
f.
Perbedaan kesiapan belajar, yaitu
perbedaan latar belakang yang meliputi perbedaan sisi ekonomi sosio kultural,
amat penting artinya bagi perkembangan anak.
BAB
II
KONSEP
DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A.
Pengertian
Peserta didik
Dalam
perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1
Ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Peserta
didik merupakan individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya
sebagai berikut.
1.
Peserta didik adalah individu yang
memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang
unik.
2.
Peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang, artinya pserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam
dirinya yang ditunjukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan kepada
penyesuaian dengan lingkungan.
3.
Peserta didik adalah individu yang
membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4.
Peserta didik adalah individu yang
memiliki kemampuan untuk mandiri. Disamping itu, di dalam diri peserta didik
juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pada
pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orangtua atau pendidik perlu
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab
sesuai dengan kepribadiannya sendiri.
B.
Tahap-tahap
dan Ciri Perkemebangan Peserta Didik
1. Tahap
Perkembangan Biologis
a.
Masa Prenatal
Periode
ini terjadi pada saat itu anak masih berada dalam kandungan dan sangat penting
sebagai pembentukan manusia yang biasa berdampak sepanjang hidup. Memiliki tiga
fase, yang pertama, yaitu pengalihan gen dari orangtua bila terjadi gangguan
ciri fisik ataupun psikologinya akan terganggu. Kedua, pembentukan organ tubuh
serta jenis kelamin, bila terjadi gangguan akan mengakibatkan cacat bawaan.
Ketiga, lingkungan dari kandungan dipengaruhi oleh kondisi psikologi dan fisik
sang ibu.
b.
Masa Bayi
1)
Infancy
(orok):
selama 2 minggu sejak lahir.
a)
Fase partunatal, yaitu 30 menit setelah
kelahiran bayi masih merasa bersatu dan tergantung seutuhnya kepada ibunya.
b)
Fase neonatal, yaitu setelah plasenta
dipotong, bayi mulai berdiri sendiri sebagai individu.
Masa ini menjadi hal utama karena
mulai menyesuiakan diri terhadap situasi dan kondisi.
2)
Babyhood
(bayi):
2 tahun setelah masa jabang bayi.
Masa
ini pembentuk dasar kepribadian, mengalami pertumbuhan secara cepat, sekaligus
ketergantungan dengan ibu berkurang. Bayi mulai mengenal banyak orang dan peran
seksual sebagaimana laki-laki.
c.
Masa Kanak-kanak Awal (early childhood)
Berlangsung
dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Ini merupakan masa sulit karena anak menjadi
susah dikontrol dan mulai sadar ia bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang
lain dan merasa tidak harus tunduk dengan lingkungan.
d.
Masa Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
Berlangsung
6 tahun sampai oragan seksualnya masak, pada umur 12-13 tahun untuk wanita dan
14-15 tahun untk pria. Anak-anak belajar mandiri, norma-norma absolut kini
menjadi relatif, membanding-bandingkan dengan apa yang ia punya.
e.
Masa Pubertas (akil baligh)
Pubertas
ditandai dengan masak nya alat reproduksi, secara fisik sudah siap
beranak-pinak, kemudian daya tarik terhadap lawan jenis lebih kuat. Pada masa
ini merupakan masa tumpang tindih dan lebih sulit dibandingkan dengan masa
sebelumnya sebagai individu. Hal ini ditandai dengan menstruasi untuk wanita
dan mimpi basah untuk pria.
f.
Masa Remaja (Adolesence)
Ini
adalah masa transisi, yang sangat sulit dari masa sebelumnya, secara umum
merupakan klimaks. Hal ini dapat diuji individu telah mempunyai pola perilaku
yang lebih mantap. Masa remaja dibagi dua yaitu remaja awal dan sekitar 13-17
tahun, dan remaja akhir sekitar 17-18 tahun.
g.
Masa Dewasa Awal (Early Adulthood)
Berkisar
anatara 18-40 tahun. Ini adalah masa pemantapan diri terhadap pola hidup
baru/keluarga. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan, seperti hura-hura,
nongkrong. Memikirkan hal-hal yang lebih penting seperti memilih pasangan hidup
dan menjadikan cita-cita lebih riil.
h.
Masa Dewasa Madya
Berkisar
antara 40-60 tahun, kehidupan umumnya sudah mapan, berkeluarga dan memiliki
beberapa anak. Pada masa ini pria dan wanita karir merupakan pencapaian
tertinggi.
i.
Masa Usia Lanjut
Pada
umur 60 tahun keatas, masa dimana mensyukuri yang sudah dicapai dari masa
sebelumnya. Keadaan fisik sudah jauh menurun bahkan sudah pensiun.
2.
Tahap Perkembangan Berdasarkan
Didaktif
Adapun
tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Tahap I: dari umur 0 sampai 2 tahun.
Tahap ini disebut tahap asuhan.
b.
Tahap II: dari umur 2 sampai 12 tahun,
tahap ini disebut tahap pendidikan jasmani dan latihan-latihan panca indera.
c.
Tahap III: dari umur 12-15 tahun. Tahap
ini disebut tahap pendidikan akal pikiran.
d.
Tahap IV: dari umur 15 sampai 20 tahun.
Tahap ini disebut tahap pembentukan karakter.
3. Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
1.
Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan
dengan membawa bakat-bakat tertentu. Seperti bakat seni, musik menggambar dsb.
2.
Sifat-sifat Keturunan. Sifat-sifat
keturunan yang individu dipusakai dari orangtua atau nenek moyang dapat berupa
fisik dan mental.
3.
Dorongan Instink. Dorongan adalah kodrat
hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya.
Sedangkan instink adalah naluri kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh
atau membiasakan pada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan doronga batin.
Selain itu ada juga faktor yang
mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah sebagai berikut.
a.
Faktor Internal
1)
Kondisi fisik: faktor fisik merupakan
faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh
kedua orangtuanya.
2)
Kondisi psikis: ranah perkembangan
individu menyangkut aspek fisik, intelektual, yaitu kognitif dan bahasa.
b.
Faktor eksternal
1)
Lingkungan fisik: Lingkungan ini
mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan
lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi cahaya dan kepadatan
hunian.
2)
Lingkungan non fisik: Faktor non fisik
meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan dan masyarakat.
4.
Perkembangan Masa Hidup Anak
a.
Perkembangan Anak Dari Segi Psikologi
1)
Masa bayi: 0-2 tahun
2)
Masa anak; masa balita, prasekolah,
3)
Masa anak sekolah,
4)
Masa praremaja,
5)
Masa remaja,
6)
Masa dewasa; dewasa muda,
7)
Dewasa lanjut.
Lebih lanjut, dalam pembahasan ini
akan dibahas meneganai perkembangan pada masa anak-anak yang meliputi berikut
ini.
1)
Masa Balita, Masa Prasekolah (2-5 tahun)
Pada
masa kanak-kanak, perkembangan yang lebih mudah diamat adalah perkembangan
motorik ialah sesuatu yang ada hubungan nya dengan gerakan-gerakan tubuh.
Motorik
anak berbeda dengan motorik deawasa, diatara perbedaanya adalah sebagai
berikut.
a)
Cara memegang: pada orang dewasa
perkakas dipegang dengan cara khas agar ia dapat mempergunakannya secara
optimal, sedang anak-anak asal memegang saja.
b)
Cara berjalan: ketika berjalan, orang
dewasa hanya mempergunakan otot-otot nya yang perlu saja, sedangkan anak-anak
berjalan seolah-olah seluruh anggota tubuhnya ikut bergerak.
c)
Cara meyepak: sebagai contoh, ketika
anak0anak menyepak bola maka kedua tangan nya mengaju kedepan dengan
berlebihan.
2)
Masa Anak Sekolah (6-12 tahun)
Anak-anak
pada masa ini ahrus menjalani tugas-tugas perkembangan antara lain sebagai
berikut:
a) Belajar
keterampilan fisik untuk permainan biasa
b) Membentuk
sikap sehat mengenai dirinya sendiri
c) Belajar
bergaul dengan teman-teman sebaya
d) Belajar
peranan jenis yang sesuia dengan jenisnya
e) Membentuk
keterampilan dasar; membaca, menulis, dan berjitung
f) Membentuk
konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
g) Membentuk
hati nurani, nilai moral, dan nilai sosial
h) Memperoleh
kebebasan pribadi
i)
Membentuk sikap-sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
3)
Masa Anak Tanggung; Praremaja (10-12
tahun)
Masa
ini ditandai dengan meningkatnya cara berpikir kritis. Anak tanggung selalu
menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat dengan menyanggah pendapat orang dewasa.
Pada masa ini mudah terjadi identifikasi yang sifatnya emosional terhadap teman
sebaya yang sejenis. Minat dan aktifitasnya mulai mencerminkan jenisnya secara
lebih jelas . pengendalian emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih terlihat
melalui perbuatan atau tindakan.
5.
Kematangan dan Perkembangan
Pengalaman Peserta Didik
Perkembangan
yang dialami membawa mereka pada ke arah kematangan. Kematangan ini akan
tercapai jika sudah menemukan pegangan atau nilai-nilai yang mereka cari, yaitu
menjelang berakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.
Kematangan
fisik atau jasmani terjadi setelah berhentinya pertumbuhan yang terjadi dengan
pesat, sehingga anak laki-laki akan kelihatan berjalan tegap karena bahu dan
adanya semakin bidang, sedangkan perempuan berjalan melenggang karena
pinggulnya membesar. Kematangan sosial ditandai dengan sikap sosial yang mantap
sebagai anggota masyarakat, dan anggota keluarga, yang mulai meraskan adanya
tanggung jawab baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyrakat.
Kematangan emosional ditandai dengan stabilnya emosi sehingga ledakan-ledakan
yang sering terjadi berkurang bahkan berhenti sama sekali.
Kematangan
(maturation) adalah urutan-urutan
perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan
genetiknya. Kematangan diandang sebagai sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis
organisme yang dibawa sejak lahir.
Kaum
maturasionis meyakini bahwa kondisi lingkungan yang ekstrem dapat menyebabkan
gangguan terahadap proses perkembangan anak, tetapi mereka meyakini bahwa
kecenderungan-kecenderungan dasar pertumbuhan dan perkembanganindividu telah
terpola secara genetik. Sedangkan kaum enviromentalitas menekankan pentingnya
pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu mewariskan dasar,
bagaimana hal itu tumbuh dan dan berkembang sangat tergantung pada makanan,
gizi, perawatan medis, dan latihan yang diberikan oleh lingkungan. Kaum
interaksionis mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu
merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan , misalnya:
a.
Tinggi badan anak tergantung pada
ranangan genetik yang diturunkan dari orang tuanya.
b.
Tinggi badan anak juga bergantung dari
gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan
c.
Perkembangan kognisi anak bergantung
kepada taraf intelegensiyang dimiliki
d.
Perkembangan kognisi tergantung pada
kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya.
e.
Anak secara biologis sudah terprogram
untuk belajar bahasa
f.
Anak hanya akan belajar bahasa yang di
dengarnya.
6.
Implikasi
Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik Terhadap Proses Belajar
Istilah
kematangan yang dalam bahasa inggris disebut maturation sering dilawankan
dengan immaturation yang artinya
tidak matang. Chapli (2002) mengartikan kematangan sebagai (1) perkembangan,
proses mencapai kemasakan/ usia masak; (2) proses perkembangan yang dianggap
berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies.
Kematangan
tida dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap
individu dalam bentuk dan masa terentu. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan
berkembang maka proses pertumbuhan dan perkembngan peserta didik tersebut
sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi anatara dua faktor yang sama-sama
penting kedudukannya, yaitu faktor herediatas dan faktor lingkungan. Keberadaan
dua faktor tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya karena kenyataannya
kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam opersioanalnya.
Dari
pernyataan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa implikasi pertumbuhan atau
perkembngan atau kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan
sebagai berikut.
1)
Pertumbuhan dan perkembangan manusia
seja lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang
berada di lingkungan hidup itu.
2)
Interaksi manusia dengan lingkungan nya
sejka lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada
lingkungan
3)
Dalam interaksi sosial, manusia sejak
lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga
4)
Atas dasar keterikatan dan kewajiban
sosial para pendidik, terutama orangtua, maka anak senantiasa berusaha
mebnciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lngkungan psikis.
5)
Setelah umur kronolgis mencapai
lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual,
sosial, emosional serta kemampuan jasmani yang lain.
6)
Kematangan sosial merupakan kiasan bagi
kematangan intelektual, karena perkembngan kecerdasan berlangsung dalam
lingkungan sosial tersebut.
7)
Kematangan emosional meliputi kematangan
sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia
dikuasai atau ditentukan oleh kondisi persaannya.
a.
Perkembangan Anak Usia Sekolah
Dasar
1) Perkembangan
Intelektual
Pada usia dasar 6-12 tahun anak
sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas
belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.
a) Perkembangan
Bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua masalah berkomunikasi,
dimana pikiran dan persaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat,
atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar atau
lukisan.
b) Perkembangan
sosial
Pada
usia ini anak mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuiakan diri sendiri kepada
sikap yang kooperatif atau sosiosentris. Berkat perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya.
c) Perkembangan
Emosi
Kemampuan mengontrol emosi
diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan
orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar.
d) Perkembangan
Emosional
Anak mulai mengenal konsep moral
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti
konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah
dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya.
e) Perkembangan
Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya
ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
·
Pandangan terhadap ketuhanan
diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman
pada indikator alam semesta.
·
Penghayatan secara rohaniyah semakin
mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
·
Periode usia sekolah dasar merupakan
masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
f) Perkembangan
Motorik
Seiring dengan perkembangan
fisiknya yang beranjak matang maka perkembngan motorik anak sudah terkondisi
dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik maka dikelas-kelas permulaan
sangat tepat diajarkan.
·
Dasar-dasar keterampilan untuk menulis
dan menggambar.
·
Keterampilan-keterampilan dalam
menggunakan alat olahraga.
·
Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari,
berenang dan sebagainya.
·
Baris berbaris secara sederhana untuk
menanamkan kebiasaan ketertiban dan kedisiplinan.
BAB
III
KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN DAN TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A.
Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik
1.
Karakteristik dan
Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa
kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12). Seorang guru professional harus dapat
menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat
penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya.
a.
Pengertian
Karakteristik Siswa
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam Kamus Bahasa
Indonesia karangan Poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, tabuat
atau sifat-sifat kejiwaan. Sedangkan menurut IR
Pedjawijatna, karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam
tindakannya (insani). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik
siswa adalah merupakan seluruh kondisi/keadaan watak yang nyata dan timbul
dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan
sehari-hari. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai
berikut.
·
Senang Bermain
Karakteristik/psikologis ini menuntut guru SD untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah.
Guru seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya.
·
Senang Bergerak
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
berpindah atau bergerak (moveable). Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk
jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. Oleh karena itu, guru
professional harus nenberikan layanan yang baik agar anak dapat bergerak secara
leluasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
·
Anak Senang
Bekerja Dalam Kelompok
Guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja dan belajar dalam kelompok agar anak belajar aspek-aspek penting
dalam proses sosialisasi.
·
Senang
Merasakan atau Melakukan, Memperagakan Sesuatu secara Langsung
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih
dipahami jika anak melaksanakan sendiri. Dengan demikian guru hendaknya merancang
model pembelajaran yang berkualitas dan memungkinkan anak terlibat langsung
dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana guru
dalam kegiatan belajar mengajar sebagai fasilitator terhadap murid muridnya;
dan yang aktif adalah siswanya.
·
Anak suka
cengeng.
Sebagai guru atau calon guru sd maka kita harus membuat metode
pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membimbing
dan mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.
·
Anak sulit
memahami isi pembicaraan orang lain.
Guru harus dapat membuat metode yang tepat, misalnya dengan cara
metode eksperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang di berikan dengan
menemukan sendiri inti dari pelajaran yang di berikan sedangkan dengan ceramah
yang di mana guru hanya berbicara di depan membuat anak malah tidak memahami
isi dari yang di bicarakan oleh guru.
·
Senang di
perhatikan.
Peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut dengan
menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin di perhatikan akan
berusaha menjawab atau bertanya dengan guru agar anak lain beserta guru
memperhatikanya.
·
Senang meniru.
Anak mencari suatu figure yang sering di lihat dan di temui. Mereka
kemudian menirukan apa yang di lakukan dan di kenakan orang yang ingin dia tiru
tersebut. Sebagai calon guru, kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar
selalu mengawasi anak-anak nya saat di rumah.
Setiap anak
memiliki fase/tahap dan ciri perkembangan yang berbeda beda antara anak yang
satu dengan anak yang lain. Perkembangan anak usia sekolah dasar (6-12
tahun) memiliki ciri-ciri perkembangan sebagai berikut.
1)
Ciri-ciri
perkembangan anak sekolah usia sekolah dasar usia 7 tahun:
a)
Fisik
·
Pandangan
terbatas
·
Bekerja dengan
kepala di atas meja
·
Menggenggam
pensil (di ujung)
·
Dapat menulis
dengan rapi
·
Kadang-kadang
tegang
·
Suka ruang yang
telah ditentukan
·
Sering merasa
terluka, bisa nyata atau pura-pura.
b)
Sosial
·
Suka
menyendiri, tertutup
·
Membutuhkan
penguatan terus-menerus (aman dan teratur)
·
Kadang murung,
sedih, merajuk, malu
·
Merasa tidak
banyak orang yang menyukainya (berubah)
·
Percaya pada
guru untuk membantunya
·
Sensitive pada
perasaan orang lain, kadang suka mengadu
·
Tidak suka
melakukan kesalahan
·
Kuat perasaan
suka dan tidak suka
·
Menjaga
kerapian meja dan lingkungan
c)
Bahasa
·
Pendengar yang
baik
·
Pembicara yang
tepat
·
Suka
dialog/percakapan berpasangan
·
Perkembangan
kosa kata cepat
·
Tertarik cari
arti/ maksud kata
·
Suka sampaikan
catatan kecil
·
Berminat dengan
bermacam-macam symbol
d)
Kognisi
·
Suka mengulang
pelajaran
·
Butuh akhir
kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
·
Suka bekerja
secara bertahap (sedikit demi sedikit)
·
Suka bekerja
sendiri
·
Suka dibacakan
·
Suka menghapus
(ingin sempurna)
·
Ingin menemukan
bagaimana suatu benda bekerja
2)
Ciri-ciri
perkembangan anak sekolah dasar usia 8 tahun
a)
Fisik
·
Bergerak cepat,
kekerja dengan tergesa-gesa
·
Penuh dengan
energy
·
Perlu
perlepasan energy secara fisik (kegiatan di luar ruangan)
·
Kadang sedikit
aneh
·
Rentang
konsentrasi terbatas
·
Memiliki
pandangan dekat dan jauh sama kuat
b)
Sosial
·
Persifat sangat
baik, penuh dengan humor
·
Suka bekerja
sama
·
Sering
“menggigit lebih dari yang bisa dikunyah” salah dalam memperkirakan kemampuan
mereka’resisten (bertahan); membuat alasan dengan cepat ketika membuat kesalahn
·
Lebih suka
kegiatan yang sama dengan teman sejenis
·
Bemasalah
dengan aturan dan batasan-batasan
·
Kelompok
pertemanan lebih banyak dari usia 7 tahun
c)
Bahasa
·
Bicara aktif
·
Mendengarkan
tapi penuh dengan gagasan sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang telah
dikatakannya
·
Melebih-lebihkan
dalam bicara
·
Suka dalam
menjelaskan gagasan
·
Perluasan kosa
kata yang sangat cepat
d)
Kognisi
·
Suka kegiatan
kelompok
·
Suka
mengahsilkan sesuatu
·
Sering bekerja
dengan keras/kuat
·
Mulai mahir
dalam keterampilan dasar
·
Mulai merasakan
kemampuan keterampilannya
·
Bertambah bagus
dalam melakukan operasi konkret
3)
Ciri-ciri
perkembangan anak sekolah dasar usia 9 tahun
a)
Fisik
·
Meningkat dalam
koordinasi geraknya
·
Tertantang
melakukan kegiatan fisik sekuatnya (memaksa)
·
Sering terluka
·
Banyak mengeluh
pada tubuhnya
·
Menunjukkan
kegelisahan dengan menggigit kuku, gigit bibir, memilin-milin rambut
b)
Sosial
·
Sangat tinggi
·
Self aware
·
Tidak sabar
·
Sering merasa
khawatir, cemas,
·
Membuka jarak dengan
orang lain
·
Sering
mengeluh; masalah persamaan
·
Melihat orang
deasa secara tidak konsisten dan sebagai control
·
Kritis
·
Sering marah
dan berubah-ubah emosinya
·
Individualistic
c)
Bahasa
·
Menggunakan
kata-kata bersifat deskripsi
·
Senang bermain
dalam kata dan bahasa serta informasi
·
Bahasa seperti
bayi kadang muncul kembali
·
Menggunakan
kata yang dilebih-lebihkan
·
Saat banyak
menggunakan kata-kata negative seperti: aku benci itu, aku tidak bisa, bosan,
iya ya.
·
Senang bercanda
yang sifatnya jorok
·
Mencampuradukan
bahasa ketika bicara
d)
Kognisi
·
Senang
menghasilkan sesuatudan mengoreksi diri sendiri
·
Mulai mengenal
dunia yang lebih luas
·
Sedikit
berimajinasi
·
Rasa ingin tahu
secara intelektual
·
Mampu
beradaptasi dengan beberapa kondisi yang dia hadapi
·
Bermasalah
dengan kondisi abstrak, angka-angkayang banyak, masa waktu dan luang
4)
Ciri-Ciri
Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 10 Tahun
a)
Fisik
·
Perkembangan
otot besar
·
Sangat
membutuhkan waktu di luar ruangan dan tantangan fisik
·
Tulisan tangan
cenderung tidak rapi (jika dibandingkan dengan usia 9 tahun)
·
Makanan ringan
dan waktu istirahatmembantu pertumbuhan tubuhnya
b)
Bahasa
·
Pendengar yang
baik
·
Banyak membaca
·
Ekspresif, suka
menjelaskan, aktif berbicara
·
Bekerja sama
dan bersaing
·
Bersahabat,
bergembira
c)
Kognisi
·
Daya ingat
cukup produktif
·
Kemampuan pada
hal yang abstrak mulain meningkat
·
Menyukai aturan
dan hal-hal yang masuk akal
·
Mengklarifikasikandan
mengumpulkan hal-hal yang disukai, suka menyusun
·
Mampu
konsentrasi dengan baik, bisa membaca dalam waktu yang relative lama
·
Menjadi orang
yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik
·
Bangga dengan
hasil akademiknya
5)
Ciri- Ciri
Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 11 Tahun
a)
Fisik
·
Meningkatnya
nafsu makan, kegiatan dan bicara
·
Munculnya Pubertas Pada Sebagian Anak
Perempuan
·
Gerakan yang stabil,
kurang waktu istirahat
·
Sering kena
flu, dankadang infeksi telinga
·
Butuh istirahat
yang cukup
·
Agak kurang
menggunakan kekuatan fisik
·
Kemampuan
motorik halusnya kuat
b)
Sosial
·
Peka, emosinya
tidak stabil
·
Berseberangan pendapat
·
Senang berada
diluar rumah
·
Selalu
mengikuti kata hati, kasar dan kurang peduli
·
Suka
berargumentasi
·
Kesulitan
membuat keputusan
·
Memahami
keadaan dirinya
·
Emosional
·
Mudah masuk/
keluar dari kelompoknya
c)
Bahasa
·
Senang
berbicara ditelepon
·
Selalu menuruti
kata hati, bicara sebelum dipikirkan
·
Bicara kasar
·
Suka
berargumen, pendebat ulung
·
Apresiatif
terhadap humor
·
Mengadopsi
bahasa orang dewasa
d)
Kognisi
·
Suka tugas baru
dan berpengalaman untuk merefleksikan atau memperbaiki tugas berikutnya
·
Dapat berfikir
abstrak
·
Mahir
memberikan alasan
·
Dapat membangun
dan memodifikasi aturan
·
Memusatkan
perhatian pada pengembangan bakat dan memandang dunia dari berbagai segi
·
Suka
berargumentasi
6)
Ciri- Ciri
Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 12 Tahun
a)
Fisik
·
Energi tinggi
·
Butuh banyak
istirahat
·
Dorongan
pertumbuhan, tanda pubertas
·
Makan itu
sangat dipentingkan( snack pagi
disekolah)
·
Pendidikan
jasmani sangat dibutuhkan
b)
Sosial
·
Mulai tampak
kepribadian orang dewasa
·
Dapat
memberikan alasan yang lebih masuk akal
·
Antusias dan
tidak malu- malu
·
Berinisiatif
untuk kegiatannya sendiri
·
Empati
·
Peduli pada
dirinya dan sangat pengertian
·
Dapat membuat
tujuan yang nyata dalam waktu yang singkat
·
Muncul rasa
aman terhadap dirinya
·
Teman sebaya
lebih penting dari pada guru
c)
Bahasa
·
Muncul
kekasaran (sarkasme)
·
Memliki makna
ganda, bermain kata- kata, bercanda sesuai kemampuan mereka
·
Asyik ngobrol
dengann orang dewasa atau teman sebaya dengan bahsa “gaul”
d)
Kognisi
·
Kemampuan
memahami hal yang abstrak menigkatk
·
Munucl
kemampuan pada keterampilan/ area tertentu
·
Dapat dan akan
melihat dua sisi dari sebuah argument
·
Sangat tertarik
pada hal- hal baru politik, keadilan sosial
·
Meneliti dan
mempelajari keterampilan sebelumnya meningkatkan disiplin pengorganisasian
b.
Masalah
Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah Dasar
Beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar
yang mungkin saja/ biasa terjadi :
1)
Hiperaktif
2)
Sulit
Berkonsentarasi
3)
Pemurung Dan
Penyendiri
4)
Masalah Bicara
B.
Teori-Teori
tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
1.
Teori
Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya
menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori
ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Menurut teori ini, tingkah laku
manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering
tanpa disadari oleh individu.
Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut,
Freud kemudian membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau
struktur psikis berikut.
a.
Id; merupakan
aspek biologis kepribadian.
b.
Ego; merupakan
aspek psikologi kepribadian.
c.
Superego; merupakan
aspek sosiologis kepribadian.
2.
Teori
Behavioristik
Behavioristic adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku
manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli
psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika.
Watson dan tokoh behavioristic lainnya, meyakini bahwa tingkah laku manusia
merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau
sitiasional.
3.
Teori
Humanistik
Teori humanistic muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi
terhadap teori psikoldinamika dan
behavioristic. Para teoritikus humanistic meyakini bahwa tingkah laku
manusi tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak
disadari maupun sebagai hasil pengondisian.
4.
Teori Psikologi
Transpersonal
Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi
humanistic.
5.
Teori Nativisme
(Teori yang Berorientasi pada Biologi)
Para penganut nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah
dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Dengan kata lain, aliran nativisme
berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak
lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan
oleh dasar turunan, misalnya kalau
ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
6.
Teori Empirisme
(Teori Lingkungan)
Aliran empirisme bertentangan dengan paham aliran nativisme. Tokoh
perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke
(1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa”, yakni anak lahir di dunia
bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang diperoleh dari
lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
7.
Teori
Konvergensi
Aliran ini berpadangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar
(bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting.
Bakat yang dibawa anak sejak lahir tidak berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan bakat itu.
C.
Perbedaan
Individual Peserta Didik
Secara umum,
perbedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertical dan
perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam
aspek jasmaniah, seperti bentuk, tinggi, besar, kekuatan, dan sebagainya.
Perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti
tingkat kecerdasan, bakat, minta, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individual peserta didik
tersebut.
1.
Perbedaan
Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya berbatas pada
aspek-aspek yang teramatai oleh panca indera melainkan juga mencakup
aspek-aspek fisik yang tidak dapat diamati melalui panca indera, misalnya
kesehatan peserta didik.
2.
Perbedaan
Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau
intelektual dan merupakan bagian dari proses kognitif pada tingkatan yang lebih
tinggi. secara ilmu intelegensi dapat dipahami sebagai kemempuan beradaptasi
dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif.
3.
Perbedaan
Kecakapan Bahasa
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseoranguntuk menyatakan buah
pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dalam kalimat yang bermakna, logis dan
sistematis.
4.
Perbedaan
Psikologis
Perbedaan psikologi peserta didik juga terlihat dari aspek
psikologisnya. Dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi,
mungkin guru dapat mengenal siapa saja sebenarnya peserta didik tersebut,
keinginan-keinginannya, dan kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapainya.
D.
Periodesasi
Perkembangan Anak
1.
Fase
Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Seorang ahli didik dari Moravia, Johann Amos Cimenius, membagi
fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai
dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.
a.
Pada usia 0-6
tahun = fase sekolah ibu, merupakan masa anak mengembangkan
alat-alat indera dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di
lingkungan rumah tangga.
b.
Pada usia 6-12
tahun = fase
sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah
pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini, mulai diajarkan bahasa ibu.
c.
Pada usia 12-18
tahun = fase
sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikirnya di bawah
pendidikan menengah.pada masa ini, mulai diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa
asing.
d.
Pada usia 18-24
tahun = fase
sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemaannya dan
memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
2.
Periodesasi
Perkembangan Berdasarkan Ciri-Ciri Psikologis
Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini
dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Oswald Kroch. Ia membagi fase
perkembangan ini menjadi tiga.
a.
Fase anak awal,
umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi traz pertama yang ditandai
dengan serba membantah atau menentang orang lain.
b.
Fase keserasian
sekolah, umur 3-13 tahun. Pada akhir fase ini terjadi traz kedua yang
ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain bahkan ucapan
orang tua.
c.
Fase
kematangan, umur 13-21 tahun. Fase ini terjadi setelah berakhirnya
gejala-gejala traz kedua, dimana anak mulai merasakan kelebihan dan
kekurangan yang ia miliki yang dihadapinya dengan sewajarnya.
BAB IV
METODOLOGI DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN
DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK
Psikologi perkembangan memiliki 2 metode pemahaman, yaitu metode
umum dan metode khusus. Pada metode umum, pendekatan yang di pakai dengan
pendekatan longitudinal, transversal
dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang di peroleh
secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga
melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan, khususnya
kebudayaan. Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan di
selidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam
pendekatan ini dapat di gunakan dengan pendekatan eksperimen dan observasi.
Beberapa metode dalam psikologi, diantaranya sebagai berikut .
§ Metodologi
Eksperimental
Cara ini di
lakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen.
Penelitian mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen,
yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan di telitinya, kapan
akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan
sebagainya.
§ Obsevasi Ilmiah
Pada observasi
ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang di timbulkan tidak dengan sengaja,
melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Obsevasi alamiah ini dapat
di terapakan pula pada tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada,
tingkah laku pendengar kendaraan bermotor di jalan raya, tingkah laku anak
sedang bermain, perialku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
§ Sejarah
Kehidupan
Sejarah
kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih
mengetahui “jiwa” orang yang
bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas
mungkin di ketahui bahwa dia bukannya
kurang pandai, tetapi minatnya sejak kecil memang di bidang musik sehingga dia
tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
§ Wawancara
Wawancara
merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang di periksa. Agar itu orang di
periksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya ,
pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yangb mewawancarai
dapat menggali semau informasi yang di butuhkan.
§ Angket
Angket
merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun
secara tertulis pada lembaran-lembaran pertanyaan itu, dan orang yang di
wawancarai tinggal membaca pertanyaan yang di ajukan, lalu menjawabnya secara
tertulis pula. Jawaban-jawaban nya akan di analisis untuk mengetahui hal-hal
yang di selidiki.
§ Pemeriksaan
Psikologi
Pemeriksaan
psikologi di sebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat
psikodiagnostik tertentu yang hanya
dapat di gunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. Alat-alat itu
dapat di pergunakan untuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan
seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian
seseorang, dan lain-lain dari orang yang di periksa itu.
Pada abad ke
19, di mulai metode psikologi yang di sebut dengan metode psikologi
kontemporer, dimana saat itu berkembang dua (2) teori dalam menjelaskan tingkah
laku, yaitu psikologi fakultas dan psikologi asosiasi.
a.
Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan
mental bawaan. Menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam
bebderapa ‘fakultas’ yang meliputi : berfikir, merasa dan berkeinginan.
Fakultas ini terbagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui
subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imajiner, dan sebagainya.
b.
Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa
proses psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide, yaitu bahwa ide masuk
melalui alat indera dan di asosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu
seperti kemiripan, kontras dan kedekatan.
A.
Metode Observasi, Klinis dan Metode Etnografi
Objek psikologi
adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam
yang komplek dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati, tetapi
sesuatu yang hidup, yang dinamis, selalu berubah untuk maju menunju
kesempurnaannya. Oleh karena itu, penggunaan untuk sesuatu metode yang
bagaimana baiknya pun pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak,
sebab setiap metode pasti punya kelemahan-kelemahan di samping
kebaikan-kebaikannya.
Berdasarkan
renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka akan di dapatkan metode-metode
sebagai berikut :
1.
Metode yang
bersifat filosofis
2.
Metode yang
bersifat empiris
Metode yang
bersifat filosofis terdapat beberapa macam , antara lain sebagai berikut :
a.
Metode Intutif
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu
penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Dalam
keadaan terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesama kita atau benar-benar ingin kita ketahui
keadaannya.langkah-langkah seperti ini kesan-kesan pertamalah yang paling besar
perannya dalam pengambilan kesimpulan. Metode ini kurang memenuhi syarat, maka
harus di kombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh kesimpulan yang
valid.
b.
Metode Kontemplatif
Metode ini dengan jalan merenungkan objek yang akan di ketahui
dengan mempergunakan kemampuan berfikir. Alat utama yang di pergunakan adalah
pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan objektif. Dalam arti, murni tidak
tercampur dengan alat-alat yang lain serta tidak tercampur dengan
pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat lahiriah dan biologis.
c.
Metode Filosofis Religius
Metode ini di gunakan dengan mempergunakan materi-materi agama,
sebagai alat utama meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam
agama merupakan kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar.
Metode yang bersifat empiris dapat di bagi menjadi beberapa metode
seperti yang di uraikan berikut ini.
1.
Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang paling dasar di lakukan dari
semua metode yang ada, yakni mengadakan pengamatan secara cermat, dan
sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Obsevasi
dapat melalui tiga cara, yaitu :
a.
Metode
Introspeksi
Istilah “introspeksi” berasal dari bahasa latin (intro
: dalam; dan spektare : melihat).
Jadi, pada introspeksi individu mengalami sesuatu, dan ia dapat sendiri
mengamati, mempelajari apa yang di amati itu. Metode intropeksi sering juga di
sebut “retropeksi“, yang berarti meliahat kembali. Menurut Wilhelm Wundt
(jerman ), istilah introspeksi ( retro
= kembali; dan rektare = melihat ).
Dapat di mengerti karena dengan metode ini, penyelidik melihat kembali
peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri, dan
bukan apa yang sedang terjadi di dalam dirinya, sehingga istilah retrospeksi
akan lebih tepat dari pada introspeksi.
Kelemahan-kelemahan dalam metode introspeksi :
·
Kesulitan pada
manusia melakukan dua tugas menghayati dan mengingat kembali.
·
Pada
introspeksi, faktor ingatan kadang-kadang menghambat proses, yaitu adanya
faktor-faktor kelupaan dan pencampuradukan antara fantasi dan ingatan.
·
Kekurangan
perbendaharaan bahasa di dalam melukiskan kembali peristiwa-peristiwa jiwa yang
sudah dan sedang terjadi.
·
Kadang-kadang
di ragukan objektivitasnya oleh karena adanya ketidakjujuran (rasa segan, malu
dan perasaan-perasaan lain yang menunjukkan kelemahan sendiri).
b.
Metode Instrospeksi Eksperimental
Istilah “instrospeksi eksperimental“ ialah
suatu metode introspeksi yang di laksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen
secara sengaja dan dalam suasana yang di buat. Metode ini merupakan
penggabungan dari metode introspeksi dan eksperimen. Pada introspeksi murni,
hanya diri penyelidik yang menjadi objek, akan tetapi pada introspeksi
eksperimental, jumlah subjek terdiri atas beberapa orang yang di eksperimentasi, sehingga dengan
banyak nya subjek penelitian, hasilnya akan lebih bersifat objektif.
Sifat subjektivitas dari metode
introspeksi dapat di atasi dengan menggunakan subjek yang lebih banyak.
Penyusun metode ini adalah seorang murid Wilhelm Wundt bernama Oswald Kuple,
yang kemudian mendirikan mazhab Wurzburg di Jerman.
c.
Metode Ekstrospeksi
Arti kata ekstrospeksi ialah melihat
keluar (ekstro =keluar, dan speksi berasal dari bahasa latin, sopektare=melihat). Jadi, ekstrospeksi adalah suatu metode dalam
ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan
teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain
dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang di
tunjukkan dari mimic dan pantomimik orang lain.
Dalam penelitian yang di lakukan secara
observasi atau langsung ke lapangan, ada beberapa jenis yang di lakukan, yakni
observasi tak sistematik, observasi alami, observasi terkendali dan observasi
pada studi kasus.
o
Observasi tak
sistematik, yaitu observasi yang di lakukan secara tidak berurutan atau
beraturan.
o
Observasi
alamiah atau naturalistik, yaitu observasi yang di lakukan dalam seting
alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang di teliti atau ia
tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian.
o
Observasi
terkendali (controlled), jenis
observasi ini di lakukan untuk memperbaiki observasi alami yang kurang
sistematik dengan memberiakan stimulus kepada orang yang akan di amati dalam
seting alamiah, untuk mengetahui sejauh mana stimulus itu berpengaruh dalam
perilaku.
2.
Metode Klinis
Kata klinis berasal dari kata kline, yang berarti tempat tidur, klinoo=berbaring, kliniek=lembaga untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Maka
metode klinis adalah nasihat dan bantuan kedokteran, yang di berikan kepada
para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang di terapkan dalam
psikologi ialah kombinasi dari bantuan medis dengan metode pendidikan, untuk
melakukan observasi terhadap pasien.
3.
Metode Etnografi
Etnografi merupakan salah satu dari sekian
pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam istilah yunani, ethos berarti masyarakat, rasa tau
sebuah kelompok kebudayaan dan etnografi berarti sebuah ilmu yang menjelaskan
cara hidup manusia. Pada perkembangan selanjutnya, dalam etnografi terjadi
banyak perdebatan tentang cara bagaimana manusia ( baca : peneliti-‘self’ )
menjelaskan cara hidup manusia lainnya ( ‘yang di teliti’-other ‘) termasuk di
dalamnya tentang cara-cara bagimana peneliti melihat ‘yang lainnya’ untuk
kemudian ‘menceritakannya’ kepada manusia lainnya (baca : orang-orang yang
‘berkepentingan’ terhadap manusia ‘yang di teliti’). Etnografi juga di artikan
sebagai sebuah pendekatan untuk mempelajari tentang kehidupan sosial dan budaya sebuah masyarakat, lembaga dan seting
lain secara ilmiah, dengan menggunakan sejumlah metode penelitian dan teknik
pengumpulan data untuk menghindari bias dan memperoleh akurasi data yang
meyakinkan.
Secara umum, etnografi di sebut sebagai
‘menuliskan tentang kelompok masyarakat’. Secara khusus hal tersebut juga
berarti menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok masyarakat.
B.
Pendekatan Longitudinal, Transversal, Sekuensial, dan Lintas
Budaya
Psikologi perkembangan adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang
yang mempengaruhinya.
1.
Pendekatan Longitudinal
Pendekatan longitudinal adalah pendekatan
dalam penelitian yang di lakukan dengan
cara menyelidiki perkembangan manusia dalam jagka waktu yang lama atau sebagian
waktu dari hidup manusia tersebut, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari
lahir sampai akhir hidupnya atau sebagian dari hidupnya.
Pendekatan longitudinal mempunyai
kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan longitudinal ini adalah
sebagai berikut :
a.
Sampel lebih
sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis terhadap pertumbuhan
dan perkembangan setiap individu.
b.
Memungkinkan
mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan baik secara pribadi maupun
dalam kelompok.
c.
Memungkinkan
melakukan analisis terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan
maupun pengalaman, karena data yang di peroleh berasal dari anak yang sama.
d.
Memberiakan
kesempatan untuk menganalisis efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku
dan kepribadian.
Kelemahan
dari pendekatan longitudinal yaitu sebagai berikut ;
a.
Membutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang besar.
b.
Memerlukan
banyak peneliti yang memungkinkan memiliki pengalaman yang berdeda-beda.
c.
Kemungkinan
terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang di lakukan,
misalnya pindah tempat atau meninggal.
2.
Pendekatan Transversal atau Cross-Secional
Pendekatan transversal atau cross-secional
adalah pendekatan dalam penelitian yang di lakukan dengan cara menyelidiki
perkembangan manusia dari beberapa kelompok dalam jangka waktu yang relatif
singkat. Pada pendekatan ini, peneliti dilakukan terhadap beberapa subjek yang
di kelompokkan, misalnya di kelompokkan menurut usia subjek yang di teliti
secara berurutan (14 tahun,15 tahun, 17 tahun). kemudian kelompok yang berbeda
tersebut dapat di bandingkan dalam beberapa hal, seperti IQ, memori, emosi,
cara bergaul dengan teman sebaya, dan sebagainya.
Pendekatan cross-sectional adalah suatu pendekatan yang di pergunakan untuk
melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang
relative singkat. Dalam pendekatan ini, penelitian di lakukan terhadap
orang-orang atau kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Studi cross yang umum dapat mencakup
sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain
dapat mencakup kelompok anak remaja dan
orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun.
3.
Pendekatan Sekuensial
Pendekatan sequensial (sekuensial) adalah
pendekatan kombinasi dari pendekatan longitudinal dan cross-sectional.
Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan perbedaan individual
dan perkembangan. Kombinasi dari longitudinal dan dan cross-sectional dapat menyajikan gambaran perkembangan yang lebih
lengkap dari pada di lakukan pendekatan secara terpisah.
Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal
dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin di peroleh
dari pendekatan cross-sectional dan
pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam
menguji pengaruh kohor (generasi) pada perkembangan rentang waktu.
4.
Pendekatan Cross-Culture
( Lintas-Budaya )
Pendekatan cross-culture adalah pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat
mempengaruhi perkembangan manusia. Pendekatan ini di lakukan terhadap beberapa
kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan atau
tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan pengumpulan data lainnya untuk di analisis
persamaan dan perbedaannya.
Pendekatan crosss-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak di gunakan untuk mengetahui
persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
C.
Teori kebutuhan Peserta Didik
Setiap individu mempunyai
kebutuhan-kebutuhan yang hendak di penuhi. Menurut Alfrooz ( 1996 ), kebutuhan (need ) adalah : “ A natural requirement with, should be satisfield in order to secure
a better organic compatibility “. Sedangkan Caplin (2002) mendefinisikan need (kebutuhan) sebagai : (1) satu
subtansi selular yang harus di miliki oleh organism; (2) lebih umum, segala
kekurangan, ketiadaan/ketidak sempurnaan yang di rasakan seseorang , dengan
demikian, dapat di pahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azazi yang harus
di penuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu.
Konsep hierarki kebutuhan dasar ini
bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet. berdasarkan
pengamatannya, di dapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih di
utamakan di bandingkan dengan kebutuhan yang lainnya. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki
dan kasih saying, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan akan
aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa individu akan memuaskan
kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada
tingkat yang berikutnya. Menurut Maslow, pemuas berbagai kebutuhan di dorong
oleh kedua kekuatan, yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan
bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan
yang ada, sedangkan motivasi pertumbuhan
di dasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang.
Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.
Maslow menyebutkan empat kebutuhan
mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan
homeostatis, kemudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas cakupan
prinsip homeostatik ini pada kebutuhan-kebutuhan tadi seperti rasa aman, cinta
bdan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Masing-masing
hierarki kebutuhan di uraikan seperti berikut.
1.
Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan paling dasar pada setiap orang
adalah kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya
secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu, seperti kebutuhan akan makanan, minuman,
tempat tinggal, seks, tidur dan oksigen.
Kebutuhan fisiologis berbeda dari
kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah
satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa di
atasi. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat
pengulangannya.
2.
Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya
adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan
dari daya-daya mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas,
bahaya, kerusuhan, dan bencana alam.
Menurut Maslow, orang-orang yang tidak
aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan
bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.
3.
Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan
untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk
dekat pada keluarga dan kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk member
dan menerima cinta.
Maslow mengatakan bahwa kebutuhan akan
cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami
cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika
tidak, dunia akan hanyut dalam gelombang
permusuhan dan kebencian.
4.
Kebutuhan Akan Penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang yang
memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang
lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk
menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan,
perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang
tinggi adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, keyakinan,
kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan.
5.
Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
Merupakan tingkat terakhir dari kebutuhan
dasar Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi
potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi
diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul
setelah kebutuhan untuk di hargai terpenuhi. Akan tetapi, selama tahun1960-an
ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandies memliki pemenuhan yang cukup
terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri,
tetapi mereka belum juga mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara
hierarki, melainkan mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka
akan terjadi meta patologi, seperti apatisme, kebosanan, putus asa, idak punya
rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan
sebagainya.
Menurut Maslow, meta kebutuhan dan meta
patologi untuk mengakltualisasikan diri terdiri atas berikut ini :
a.
Meta kebutuhan
b.
Kebenaran
c.
Kebaikan
d.
Keindahan atau
kecantikan
e.
Keseluruhan
(kesatuan)
f.
Dikotomi-transedensi
g.
Berkehidupan
(berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
h.
Keunikan
i.
Kesempurnaan
j.
Keniscayaan
k.
Penyelesaian\Keadilan
l.
Keteraturan
m.Kesederhanaan
n.
Kekayaan
(banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
o.
Tanpa susah
payah (santai, tidak tegang)
p.
Bermain (fun, rekreasi, humor)
q.
Mencakupi diri
sendiri
r.
Meta patologi
Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi
meta patologi seperti berikut,
a.
Apatisme
b.
Kebosanan
c.
Putus asa
d.
Tidak punya
rasa humor lagi
e.
Keterasingan
f.
Mementingkan
diri sendiri
g.
Kehilangan
selera dan sebagainya.
Maslow mengatakan bahwa pendidikan
yang baik dan profesional serta tidak harus menanggapi potensi individu untuk
tumbuh menjadi orang aktualisasi diri. Sepuluh poin/hal yang harus diketahui
dan di pahami adalah sebagai berikut .
1.
Kita harus
mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka dan
mendengar perasaan mereka-suara batin.
2.
Kita harus
mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga
negara dunia.
3.
Kita harus
membantu orang untuk menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka,
nasib atau takdir.
4.
Kita harus
mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada suka cita yang harus di
alami dalam kehidupan, dan jika tidak orang yang terbuka untuk melihat yang
baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5.
Kita harus
menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin
mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa
yang harus membangun di atas apa potensi yang benar-benar ada.
6.
Kita harus
melihat itu kebutuhan dasar orang di penuhi. Ini mencakup keselamatan, belongingness dan kebutuhan harga diri.
7.
Kita harus refreshen
kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal baik lainnya
di alam dan dalam hidup.
8.
Kita harus
mengajar orang bahwa kontrol yang baik dan lengkap meninggalkan yang buruk. Di
butuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
9.
Kita harus
mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan masalah
serius dalam kehidupan. In I termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit,
penderitaan dan kematian.
10.
Kita harus
mengajar orang untuk menjadi pilihan yang baik. Mereka harus diberi latihan
dalam membuat latihan dalam membuat pilihan yang baik.
Kebutuhan akan aktualisasi diri
mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi
apa saja menurut kemampuannya. Maslow menyebut Hierarki Kebutuhannya sendiri
sebagai sintesis ataun perpaduan teori yang holistik dinamis. Maslow
mendasarkan teorinya dengan mengikutin tradisi fungsional James dan Dewey, yang
di padu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi
Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.
D.
Implikasi
Kebutuhan Individu Peserta Didik Terhadap Pendidikan
Pemikiran
Maslow tentang teori herarki kebutuhan individu sudah di kenal luas, namun
aplikasinya atau terapan untuk kepentingan pendidikan siswa disekolah tampaknya
belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian
perkembangan kebutuhan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan
memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
·
Kebutuhan
Jasmanai
Sesuai dengan teori herarki kebutuhan Maslow, kebutuhan jasman
merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat instinktif. Jika kebutuhan ini
tidak terpenuhi, maka dapat berpengaruh
pada perkembangan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik,
serta terhadap proses belajar mengajar
disekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah
bisa melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
-
Memberikan
pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya hidup sehat dan teratur.
-
Menanamkan
kesadaran kepada peserta didik agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi
dan vitamin yang tinggi.
-
Memberikan
waktu kepada peserta didik untuk beristirahat.
-
Memberikan
pendidikan jasmani.
-
Memberikan
berbagai sara disekolah agar peserta
didik dapat bergerak bebas, bemain, berolahraga, dan lain- lain.
-
Membuat
bangunan sekolah dengan memperhatikan sirkulasi udara, pencahayaan, sebagai
peserta didik dapat belajar dan beraktivitas dengan nyaman.
-
Mengatur tempat
duduk mereka sesuai dengan keadaan fisik mereka.
-
Menyediakan ruang
kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat dan sesuai dengan
situasi dan kondisi sekolah.
-
Menyediakan
kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
-
Menyediakan
ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang kondusif dan representative
·
Kebutuhan Rasa
Aman
Rutter (1979) mengatakan bahwa kondisi sekolah yang baik dan
pondasi yang kuat membuat tingkah laku dan akademi peserta didik cenderung
baik. Murphi (1985) menyatakan bahwa sekolah yang efektif di tentukan oleh
lingkungan yang aman dan rapi. Mereka bedua mempunyai pendapat dalam dua
dimensi. Dimensi yang pertama yaitu : siswa tak merasa terancam atau ketakutan,
merasa aman dan senang saat berada disekolah. Dimensi kedua adalah bahwa
sekolah merupakan sebuah sistem penjagaan dan pelaksanaan disiplin. Contoh
pemenuhan kebutuhan rasa aman:
-
Sikap guru :
menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak
menunjukkan ancaman atau bersikap menghakimi.
-
Adanya
ekspektasi yang konsisten.
-
Mengendalikan
perilaku siswa dikelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplianan siswa
secara adil.
-
Lebih banyak
memberikan penguatan perilaku (reinforment)
melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada
pemeberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
·
Kebutuhan Akan
Kasih Sayang
Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasakan senang,
betah dan bahagia berada di sekolah, seakan-akan memperoleh motivasi belajar
diskolah. Akan tetapi, jika murid merasa yang sebaliknya maka itu akan membuat
mereka malas belajar.
Contoh Pemenuhan Kasih Sayang Atau Penerimaan:
-
Hubungan Guru
dengan Siswa
ü Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empati, peduli, dan
interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka, serta dapat menjadi pendengar
yang baik.
ü Guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan dapat memahami
siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karaktersitik, kepribadian dan latar
belakangnya).
ü Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif
daripada yang negatif.
ü Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat
dan keputusan setiap siswanya.
ü Guru dapat menjadi penolong yang bisa di andalkan dan memberikan
kepercayaan terhadap siswanya.
-
Hubungna Siswa
dengan Siswa
ü Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama
mutualistik dan saling percaya diantara siswa.
ü Sekolah dapat menyelengggarakan class
metting, melalui berbagai forum, seperti olahraga atau kesenian.
ü Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk
kepentingan pembelajaran.
ü Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
ü Sekolah mengembangkan bentuk- bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
·
Kebutuhan Akan
Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan ini menyebabkan peserta didik memiliki
sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui ditengah- tengah masyarakat. Mereka
yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu,
untuk menimbulkan rasa berharga dilingkungan mereka, guru dituntut untuk
melakukan hal berikut :
-
Menghargai anak
sebagai pribadi yang utuh.
-
Menghargai
pendapat dan pilihan siswa.
-
Menerima
kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka pada suatu kelompok sesuia
dengan pilihan mereka sendiri.
-
Guru harus
menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri dihadapan peserta
didiknya.
-
Guru harus
mengembangkan konsep diri siswa yang positif.
-
Memberikan
penilaian terhadap siswa secara objektif.
-
Menyediakan
program makan siang yang higienis, murah atau bahkan gratis.
-
Contoh
Pemenuhan Harga Diri
ü Mengembangkan Harga Diri Siswa
§ Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang
dimiliki siswanya.
§ Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa.
§ Memfokuskan pada kekuatan dan asset yang dimiliki setiap siswa.
§ Mengembangkan strategi pembelajaran yang bevariasi.
§ Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami
kesulitan.
§ Ketika harus mendisiplinkan sisw, sedapat mungkin dilakukan secara
pribadi, tidak didepan umum.
ü Penghargaan Dari Pihak Lain
§ Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap
siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemooh.
§ Mengembangkan program “star
of the week”.
§ Menegmbangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan
prestasi yag diperoleh siswa.
ü Pengetahuan dan Pemahaman
§ Memberikan kesempatan kepada siswa unutk mengeksplorasi bidang-
bidang yang diketahuinya.
§ Menyediakan pembelajaran yang memeberikan tantangan intelektual
melalui pendekatan discovery-inquiry.
§ Menyediakan topik- topik pembelajaran dengan sudut pandang yang
beragam.
ü Estetika
§ Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik.
§ Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenagkan.
§ Memelihara sarana dan pra sarana ang ada di sekeliling sekolah.
§ Ruangan yang bersih dan wangi.
§ Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah.
·
Kebutuhan Akan
Rasa Bebas
Peserta didik harus memiliki kebutuhan akan rasa bebas agar tidak
menyebabkan mereka frutasi, merasa tertekan dan lain sebagainya. Mereka juga
harus diberikan rasa kebebasan yang memadai.
Contoh Pemenuhan Kebutuhan Akan Rasa Bebas
ü Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan yang terbaik
baginya.
ü Memberikan kebebasan untuk siswa menggali dan menjelajah kemampuan
dan potensi yang dimilikinya.
ü Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan
nyata.
ü Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif.
·
Kebutuhan Akan
Rasa Sukses
Sehubungan dengan kebutuhan akan rasa sukses/ berprestasi , Mc
Cielland juga mengajukan teori tentang kebutuhan yang dikenal cukup luas,
dengan membagi 3 jenis kebutuhan sebagai berikut :
ü Need for Acchievement atau N-Ach (kebutuhan untuk berprestasi) yaitu kebutuhan untuk
bersaing atau melampaui standar pribadi. Mc Cielland menemukan ciri-ciri
individu yang memiliki kebutuhan ini, antara lain sebagai berikut :
§ Menyenangi sistuasi dimana ia bertanggung jawab atas segala
perbuatannya.
§ Menyenangi umpan balik (feedback)
yang cepat, nayat dan efisien atas segala perbuatannya.
§ Dalam menentukan prestasinya, ia lebih memilih resiko yang besar.
§ Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
§ Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
ü Need for Power atau N-Pow (kebutuhan untuk berkuasa) yaitu suatu kebutuhan untuk
memberikan kesan atau memberi pengaruh atas orang lain dianggap sebagai orang
yang berkuasa. Ciri- ciri orang yang memiliki kebutuhan ini adalah :
§ Senang dalam menentukan kegiatan organisasi tempat ia bernaung.
§ Sangat peka terhadap struktur pengaruh anatr pribadi dari kelompok
atau organisasi.
§ Senang menjadi anggota organisasi yang mencerminkan prestise.
§ Berusaha menolong orang lain walau tidak diminta.
ü Need for
Affiliation atau N- Aff (kebutuhan
untuk berafiliasi), yaitu kecenderungan beberapa individu untuk mencari atau
menjalin persahabatan dengan orang lain tanpa melihat statusnya. Ciri-ciri
orang yang memiliki kebutuhan seperti ini adalh :
§ Lebih senang berkumpul dengan orrang lain.
§ Sering berhubungan dengan orang lain.
§ Lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi.
§ Mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.
§ Lebih aktif dalam melakukan pekerjaan.
E.
Perkembangan
Fisik, Genetik, Dan Lingkungan Peserta Didik
Perkembangan
fisik disebut juga sebagai pertumbuhan biologis yang merupakan salah satu aspek
penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang
optimal sangat penting bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, sebab
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, baik secara langsung dan tidak
langsung mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan
fisik ini akan menentukan keterampilan mereka dalam bergerak. Sedangkan secara
langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik mempengaruhi cara peserta didik
memandang dirinya sendiri dan orang lain.
·
Keadaan Berat
Dan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah
Badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada tubuh
bagian bawah sampai anak berusia 6 tahun. Selama akhir anak-anak, tinggi badan
bertambah 5-6% dan badanya bertambah hingga 10% per tahun, saat anak berumur 6
tahun tinggi rata- ratanya adalah 46 inchi dan beratnya 42,5 kg dan pada saat
berumur 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inchi dan bertanya 40-42,5 kg.
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada
panjang badannya, kaki dan tangan lebih panjang sedangkan dada dan panggul
lebih besar. Pada waktu yang sama, masa dan kekuatan otot secara perlahan
bertambah dan gemuk bayi (bayi fat) berkurang,
pertambahan kekuatan otot ini bisa karena faktor keturunan dan latihan (olahraga).
F.
Implikasi
Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
Mc Devitt dan
Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru
dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembangan peerta didik,
yaitu seperti berikut :
a.
Memahami dan
menghargai perbedaan- perbedaan individual anak
b.
Menyadari bahwa
sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
c.
Mendorong siswa
menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan
· Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah
SWT, untuk mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan
terhadapnya. Otak bukan sekedar suatu gumpalan keriput dalam tengkorak manusia,
tetapi sesungguhnya otak menjalar keseluruh tubuh.
Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam
semesta. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan
secara otomatis dalam mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang
apabila dirawat dan dipelihara scecara baik dan teratur dapat bertahan hingga
100 tahun. Sama seperti aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak
juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai masa prenatal, yakni
kira-kira 25 hari setelah konsepsi.Pada awal masa ini otak terlihat seperti
tabung yang tidak rata dan sangat halus. Tabung- tabung halus ini berisi
sel-sel dan membentuk kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang-ruang tersebut
terbagi menjadi 3 ruang yaitu: forebrain(otak
depan), mildbrain (otak tengah), hindbrain(otak belakang).
Perkembangan otak pada masa prenatal ini menentukan perkembangan
anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa prenatal ini janin sudah
dilengkapi dengan sebuah sel saraf (neuron)
yang akan dimilikinya selama ia hidup. Menurut ahli saraf, sel otak tidak
akan di produksi lagi setelah anak tersebut lahir, tetapi perkembangan otak
setelah lahir terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah
jaringan antar neuron meningkat, maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal
yang lebih kompleks (Treys,2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Neuron-neuron
ini kemudian membentuk ribuan sambungan antar neuron yang dendrit. Dendrit ini
mengalami secara dramatis hingga bayi berusia 2 tahun. Saat bayi berusia 2
bulan, dendritnya sudah mencapai 50 sampai 1000 triliun myelin yang
memungkinkan neuron mentransmisikan pesan-pesan lebih cepat ( Mc Devit &
Ormrod, 2002).
ü Masa pubertas (10-14 Tahun)
Akhir usia sekolah anak akan memasuki masa yang disebut dengan
“pubertas” yaitu awal terjadinya pematangan seksual. Biasanya anak perembuan 2
tahun lebih awal memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki.
Pada masa pubertas ini terjadi perubahan fisik yang dramatis yang disebut juga
dengan “growth spurt” (percepatan
pertumbuhan) dimana terjadi perubahan pertumbuhan baik diseluruh bagian fisik,
pertambahn berat badan dan tinggi badan, proposisi dan bentuk tubuh, maupun
kematangan seksual.
Perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas disebabkan oleh
matangnya kelenjar pituitary, yaitu
kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat berada dibawah
hipotelamus. Kelenjar ini memiliki beberapa hormon, yaitu hormone pertumbuhan,
gonadopropik, dan hormon kortikoprotik. Hormon gonadoprotik mempercepat
pematangan sel-sel telur dan sperma hingga mempengaruhin produksi hormon
seks.Sedangkan hormon kortikotropik mempenagruhi kelenar suprarenalis. Hormon
seks, yaitu testosterone pada anak laki-laki dan esterogen pada anak perempuan
bersama-sama dengan hormon perumbuhan
dan suprarenalis mempengaruhi pertumbuhan anak. Pada gilirannya disebut
dengan percepatan pertumbuhan.
Percepatan pertumbuhan terjadi hanya selama 2 tahun, setelah
berakhirnya fase ini anak memasuki kematangan seksual. Percepatan pertumbuhan
selama masa puberta juga terjadi pada proposi tubuh, yang sebelumnya percepatan
pertumbuhannya terlalu kecil, tetapi masa pubertas menjadi lebih besar.
Kematangan seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primery seks characteristics) dan
ciri-ciri seks sekunder (secondary seks
characteristics).
a.
Perubahan
Ciri-Ciri Seks Primer
Ciri-ciri primer anak laki-laki ditunjukan dengan pertumbuhan dari
batang kemaluan (penis) dan kantung
kemaluan (skrotum)yang terjadi sejak
usia anak sekita 12 tahun dan terjadi selam 5 tahun untuk penis dan 7 tahun
untuk skrotum. Pada skrotum terdapat 2 buah testis yang bergantung dibawah
penis. Testis ini sudah anak sejak anak dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran
matangnya, testis mencapai ukuran kematangannya saat anak berusia 20-21 tahun.
Pada anak perempuan perubahan ini ditandai dengan munculnya
menstruasi, yaitu disebut dengan menarche,
yaitu menstruasi yang pertama kali oleh anak perempuan. Menstruasi yang dialami
anak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium).
Ovarium terletak dalam rongga perut di bagian bawah wanita, dekat dengan
uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan
progesterone.
Progesterone bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum)
sehingga siap dibuahi. Sedangkan hormon esterogen adalah hormon yang
mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara
dan pinggul, suara, dan lain-lain). Hormon ini yang mengatur siklus haid dan
menyebabkan ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat.
b.
Perubahan Seks
Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan
tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda
jasmaniah yang terjadi pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis, janggut,
jakun, bahu dan dada lebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, dada, kaki dan
lengan dan sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat.Sedangkan perempuan
terlihat pada payudara dan pinggul membesar, suar menjadi halus, tumbuh bulu
ketiak dan disekitar kemaluan.
Mc Devitt dan Ormrod merekomendasikan beberapa hal pentingyang
perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi
perkembangan peserta didik.
§ Memahami dan memahami prbedaan-perbedaan individual anak.
§ Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap
aspek perkembangan.
§ Menentukan siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan
pertumbuhan.
G.
Implikasi
Perkembangan Otak terhadap Pendidikan
Otak anak
memang mempunyai kemampuan untuk menyusun ribuan sambungan neuron. Namun
kemmapuan itu berhenti saat ia usia 10 samapai 11 tahun jika dikembangkan dan
digunakan. Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses
kematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami peluang
yang makin luas. Dalam hal ini, pendiidkan harus menguasai keterampilan yang
memungkinkan otaknya berkembang.
Otak adalah
mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-angsur, bukan sebagai wadah
yang harus diisi secara penuh. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya merupakan
upaya mengembangkan sebagai potensi anak, melatih pengamatan dan pengambilan
keputusan, merangsang pemikirn dan imajinasi, memperdalam pemahaman dan
memperkuat konsentrasi.
BAB
V
PENGEMBANGAN
KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
A.
Pengembangan
Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Setelah ter-install,
konsep diri akan masuk kepikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap
tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
1.
Konsep
Diri dan Harga Diri
Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian yang menyeluruh Dri diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan, self-concept
adalah penilaian terhadap domain yang spesifik.
Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad), harga
diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang
diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973)
memberikan pengertian harga diri (self
esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya
implisit dan tidak diverbalisasikan.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam menerapkan
dimensi-dimensi konsep diri. Namun secara umum, para ahli menyebutkan 3 dimensi
diri. Meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Calhoun dan Acocella (199-)
misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita
ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan
memberikan gambaran tentang diri saya.
b.
Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan
atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Kita juga mempunyai pengharapan
bagi diri kita sendiri, penghargaan ini merupakan diri-ideal
(self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
c.
Penilaian
Dimensi ketiga dalam konsep diri adalah penilaian kita
terhadap diri sendiri. Menurut Calhoun dan Acocela(1990), setiap hari kita
berperan sebagai penilaian tentang diri sendiri, menilai apakah kita
bertentangan dengan : (1) pengaharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat
menjadi apa); (2) sandaran yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya
menjadi apa).
2.
Konsep
Diri dalam Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa
konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972)
misalnya, mengemukakan banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang
kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri atau
prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan
menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang dipasangkan
berdasarkan tingkat inteligensi mereka, selain itu mereka juga digolongkan
berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok prestasi lebih (overachievers) dan kelompok prestasi
kurang (underachievers).
B.
Karakteristik
Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak
yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, ditambah
dengan lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang
negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami
dan yang ia dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungannya memberikan sikap
yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan
konsep diri yang positif.
1.
Karakteristik
Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep diri
anak selama bertahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari
tiga karateristik konsep diri berikut.
a.
Karateristik
Internal. Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia sekolah dasar lebih
memahami dirinya melalui karakter internal dirinya melalui karakteristik
eksternal.
b.
Karakteristik Aspek Sosial. Selama bertahun-tahun sekolah dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga
meningkat dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadi
kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka (Liversly dan
Bromley, 1983).
c.
Karakteristik
Perbandingan Sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu
pada perbandingan sosial. Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung
membedakan diri mereka dari orang lain, secara komparatif daripada secara
absolut.
2.
Karakteristik
Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik
penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
a.
Abstract and Idealistic. Gambaran tentang konsep diri yang abstrak, misalnya
dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai dirinya. Meskipun
tidak semua remaja menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun
sebagian besar remaja membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan yang
diidamkannya.
b.
Differentiated. Konsep diri remaja biasa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan
dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin
terdiferensiasi.
c.
Contradictions Within the Self. Remaja mendefinisikan dirinya ke dalam sejumlah peran
dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.
The Fluctuating Self. Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada
gilirannya memunculkan fluktusiasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu
yang tidak mengejutkan.
e.
Real and Ideal, True and False Selves.
Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri
yang ideal menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif mereka.
C.
Implikasi
Perkembangan Konsep Diri terhadap Pendidikan
Peserta
didik mengalami permasalahan disekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep
diri yang rendah. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya
peningkatan konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang
mungkin dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta
didik.
1.
Membuat
siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru
2.
Membuat
siswa merasa bertanggung jawab
3.
Membuat
siswa merasa mampu
4.
Mengarahkan
siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
5.
Membantu
siswa menilai diri mereka secara realistis
6.
Mendorong
siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis
Sedangkan
karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada
individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu, baik fisik, mental, ataupun emosional
biasa digunakan istilah nature dan nuture. Nature adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang
sejak lahir atau yang diwarisi sebagai pembawaan, sedangkan nuture adalah faktor-faktor lingkungan
yang memengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Nature dan nuture ini merupakan dua faktor yang memengaruhi karakteristik
individu, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, dalam
hal ini proses pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserat didik secara
individu. Berdasarkan pemahaman ini, secara esensial proses belajar mengajar
yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar
masing-masing individu peserta didik dapat belajar secara optimal.
D.
Karakeristik
Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau
psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah
laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dirinya berupa penambahan pengetahuan
atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya.
1.
Cara
Anak Belajar
Piaget
(1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
menginterpretasikan dalam beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan
kognitif). Belajar anak usia sekolah
dasar memiliki tiga ciri, yaitu sebagai berikut:
a.
Konkret,
mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang
dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan iotak-atik, dengan titik penekanan
lingkungan akan menghasilkan proses dan sumber belajar.
b.
Intergratif,
anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum
mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
c.
Hierarkis,
cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hai-hai yang sederhana
ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu
diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan
keluasan serta kedalaman materi.
Adapun
karakteristik pembelajaran yang perlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut
dengan menggunakan hal berikut.
a.
Belajar
dan Pembelajaran Bermakna
b.
Pembelajaran
Tematik
Dalam
kegiatan pembelajaran guru memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah
dasar (SD), diperlukan motivasi dari guru, karena motivasi belajar siswa
merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar
siswa. Berikut ini 18 kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa:
a.
Gunakan
metode dan kegiatan yang bervariasi.
b.
Jadikan
siswa peserta aktif.
c.
Buatlah
tugas yang menantang namun realistis dan sesuai.
d.
Ciptakan
suasana yang kondusif.
e.
Berikan
tugas secara proporsional.
f.
Libatkan
diri untuk membantu siswa mencapai hasil.
g.
Berikan
petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar.
h.
Hindari
kompetisi antar pribadi.
i.
Berikan
masukan.
j.
Hargai
kesuksesan dan keteladanan.
k.
Antusias
dalam mengajar.
l.
Tentukan
standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa.
m.
Pemberian
penghargaan untuk memotivasi.
n.
Ciptakan
aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas.
o.
Kenali
minat siswa-siswa.
p.
Peduli
dengan siswa-siswa.
q.
Hindari
penggunaan ancaman.
r.
Hindari
komentar buruk.
No comments:
Post a Comment