Monday, December 5, 2016

Rangkuman Psikologi Perkembangan



BAB I
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

A.       Pengertian psikologi perkembangan
Psikologi, menurut Mussen dan Rosenwieg adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang mind (pikiran) atau the study of mind, tetapi dalam perkembangannya kata mind berubah menjadi behavior (tingkah laku) sehingga psikologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia.
Psikologi berasal dari Bahasa Yunani kuno yaitu Psychaē yang berarti jiwa dan Logia yang artinya ilmu. Jadi secara etimologis, psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata “berkembang” ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan dmeikian, kata “berkembang” tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak, seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Jadi, psikologi perkembangan yaitu suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang baik menyangkut perkembangan atau kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa.

B.     Tujuan, Fungsi, dan Manfaat Psikologi Perkembangan
1.      Tujuan Mempelajari Psikologi Perkembangan Peserta Didik
a)      Untuk mengetahui tingkah laku individu itu sesuai atau tidak dengan tingkat usia/perkembangannya.
b)      Untuk mengetahui tingkat kemampuan individu pada setiap fase perkembangannya.
c)      Untuk mengetahui kapan individu bisa diberi stimulus pada tingkat perkembangan tertentu.
d)     Agar dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan-perubahan yang akan dihadapi anak.
e)      Khusus bagi guru, agar dapat memilih dan memberikan materi  dan metode yang sesuai dengan kebutuhan anak, terutama dalam kegiatan proses belajar mengajar.
f)       Memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta kemampuan yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia dan yang mempunyai ciri-ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak-anak dimana saja dalam lingkungan sosial-budaya mana saja.
g)      Mempelajari karakteristik umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial.
h)      Mempelajari perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan, atau masa perkembangan tertentu.
i)        Mempelajari tingkah laku anak pada lingkungan tertentu yang menimbulkan reaksi yang berbeda.
j)        Mempelajari penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang seperti kenakalan, kelainan-kelainan dalam fungsionalitas inteleknya, dll.
2.      Fungsi psikologi sebagai ilmu
a)      Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
b)      Memprediksikan, yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi.
c)      Pengendalian, yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan.

3.      Kegunaan mempelajari psikologi perkembangan
Dengan mempelajari psikologi perkembangan, diharapkan mampu memahami diri Anda dan individu pada umumnya dengan lebih baik, sehingga Anda dapat membina dan mengembangkan kea rah kehidupan yang lebih positif sesuai dengan tuntutan professional guru, yaitu dapat memberikan bantuan pada perkembangan fisik maupun psikis anak seoptimal mungkin, memilih dan menentukan tujuan materi dan strategi belajar sesuai dengan tingkat kemampuan intelektual anak, menghadapi anak dengan benar dalam membentuk perilaku dengan benar serta dapat terhindar dari pemahaman yang salah tentang anak.
Menurut Hurlock (1980: 5-6) beberapa manfaat psikologi perkembagan adalah sebagai berikut:
a)      Membantu apa yang diharapkan oleh anak dan kapan yang diharapkan itu muncul.
b)      Dengan apa yang diharapkan dari anak, memungkinkan untuk menyusun pedoman dalam bentuk skala tinggi-berat, usia-berat, usia-mental dan skala perkembangan sosial atau emosional.
c)      Memungkinkan para orangtua atau guru memberikan bimbingan belajar yang tepat.
d)     Mengetahui perkembangan yang normal pada anak.
Manfaat lain yang akan diperoleh guru atau calon guru adalah sebagai berikut:
a)      Seorang guru akan dapat memberikan harapan yang realitas terhadap anak dan remaja. Ini adalah penting, karena jika terlalu banyak yang diharapkan pada usia tertentu, anak mungkin akan mengembangkan perasaan tidak mampu jika ia tidak mencapai standar yang ditetapkan orangtua atau guru. Sebaliknya, jika terlalu sedikit yang diharapkan dari mereka, mereka akan kehilangan rangsangan untuk mengembangkan kemampuannya.
b)      Dapat membantu kita dalam memberikan respons yang tepat terhadap perilaku tertentu seorang anak. Psikologi perkembangan dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan arti dan sumber pola berpikir, perasaan, dan tingkah laku anak.
c)      Akan membantu orangtua dan guru dalam mengahadapi tantangan saat membesarkan dan mendidik anak-anak/siswanya.
d)     Memungkinkan para guru untuk sebelumya mempersiapkan anak menghadapi perubahan yang akan terjadi pada tubuh, perhatian dan perilakunya.
e)      Memberikan informasi tentang siapa kita, bagaimana kita dpaat seperti ini, dan kemana masa depan akan membawa kita.
f)       Memungkinkan guru memberikan bantuan dan pendidikan yang tepat sesuai dengan pola-pola dan tingkat-tingkat perkembangan anak.

C.       Aspek dan Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik
1.      Pertumbuhan fisik
a.         Pertumbuhan sebelum lahir
Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan sebuah awal terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusun jaringan syaraf yang membentuk sistem syaraf yang lengkap. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda kematangan biologis, masing-masing komponen biologi telah mampu berfungsi secara mandiri.


b.      Pertumbuhan setelah lahir
Pertumbuhan fisik seorang anak dapat dibagi menjadi empat masa utama; yaitu dua masa ditandai dengan masa pertumbuhan cepat dan masa berikutnya dicirikan dengan pertumbuhan yang lambat. Selama masa pralahir dan 6 bulan setelah lahir, pertumbuhan tubuhnya sangat cepat. Pada akhir tahun pertama kehidupan pacalahirnya, pertumbuhan seorang bayi akan memperlihatkan tempo yang sedikit lambat dan kemudian akan menjadi stabil saat anak memasuki tahap remaja. Ketika anak berusia 8 sampai 12 tahun , mulai saat itu hingga ia berumur 15-16 tahun, pertumbuhan fisiknya akan cepat kembali dan biasanya masa ini disebut ledakan pertumbuhan pubertas. Masa ini kemudian  akan disusul dengan masa tenang kembali sampai ia memasuki usia tahap dewasa.
2.      Perkembangan Intelektual
Perkembangan ini juga dikenal dengan nama perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif ini menurut piaget mengikuti tahap-tahap sebagai berikut:
a.    Tahap Sensori Motor (0-2 setengah tahun)
Masa ketika bayi menggunakan sistem pengindraan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi menggunakan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks. Refleks-refleks ini kemudian berkembang lagi lebih canggih, misalnya berjalan.
b.   Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)
Pada tahap ini, kemampuan skema kognitifnya masih terbatas. Peserta didik suka meniru perilaku orang lain. perilaku yang ditiru terutama perilaku orang lain, khususnya orangtua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespons terhadap perilaku orang, keadaan, dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau.
c.    Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)
Pada tahap ini, peserta didik sudah mulai memahami aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah. Dalam tahap ini, anak mulai mengembangkan 3 hal, yaitu:
1)      Identifikasi: mengenali sesuatu.
2)      Negasi: Mengingkari sesuatu.
3)      Reprokasi: Mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal.
d.   Tahap Operasional Formal (11-15 tahun)
Pada masa ini, peserta didik sudah memasuki masa remaja. Perkembangan kognitif peserta didik pada masa ini telah memiliki kemampuan mengoordinasikan dua ragaan kognitif, baik secara simultan (serentak) maupun berurutan.
3.      Emosi
Emosi dan perasaan merupakan salah satu potensi yang khusus dimiliki oleh manusia dalam hidupnya atau dalam pertumbuhannya dan perkembangan manusia. Kebutuhan manusia dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan tersebut ada yang primer atau tidak bisa ditunda dan ada kebutuhan sekunder atau kebutuhan yang dapat ditunda. Jika individu kebutuhannya ada yang tidak terpenuhi, terutama kebutuhan primer, maka ia akan merasa kecewa. Dan jika kebutuhannya terpenuhi, maka ia akan merasa senang dan puas. Hal inilah yang dimaksud dengan emosi manusia yang mengandung unsur senang dan tidak senang.
4.      Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial yang tentu tidak dapat hidup tanpa bantuan dari manusia lain.
5.      Bahasa
Bahasa sebagai alat komunikasi juga dapat diartikan sebagai tanda gerakan, dan suara untuk menyampaikan isi pikiran kepada orang lain. Dalam berbahasa, ada dua pihak yang terlibat, yaitu pihak penyampai dan pihak penerima. Dalam percakapan, pihak-pihak itu saling bergantian fungsinya.
6.      Bakat khusus
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dimiliki oleh seseorang atau individu yang hanya dengan sedikit rangsangan atau latihan, kemampuan itu akan berkembang dengan baik. Seseorang yang memiliki bakat akan cepat dapat diamati, sebab kemampuan yang dimiliki akan berkembang dengan pesat dan menonjol.
7.      Sikap, Nilai, dan Moral
Bloom (Woolfolk dan Nocilich, 1984) mengemukakan bahwa tujuan akhir dari proses belajar dikelompokkan menjadi tiga sasaran, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Semakin tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya, anak mulai dikenalkan dengan nilai-nilai, ditunjukkan dengan hal yang benar dan salah.
Seiring dengan perkembangan individu, berangsur-angsur anak akan mulai mengikuti berbagai ketentuan yang berlaku di dalam keluarga dan semakin lama semakin luas sampai dengan ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat dan negara.
Faktor-faktor yang memengaruhi individu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Ada 3 faktor yang memengaruhi individu yaitu faktor hereditas, lingkungan, dan faktor gabungan antara keduanya.
1.      Faktor Hereditas
Dipahami sebagai faktor yang dibawa oleh anak. Anak mewariskan sesuatu dari orang tuanya. Anak berkembang secara fisik dan psikis bukan karena pengaruh dari yang lain, akan tetapi ditentukan oleh pembawaannya sendiri. Lingkungan tidak memberikan pengaruh apa-apa pada sang anak.
Aliran hereditas merupakan faktor penentu dalam kehidupan seseorang dan dikenal dengan aliran nativisme. Tokoh aliran ini adalah Arthur Eschopenhaur, seorang filsof Jerman.
2.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu. Aliran yang terkenal yang menyatakan bahwa pengalaman atau lingkungan memberi pengaruh dan merupakan faktor penentu perkembangan individu dikenal dengan aliran empirisme. Tokoh aliran ini adalah Jhon Locke.
3.      Faktor Gabungan (Hereditas dan Lingkungan)
Faktor ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan dan pengalaman. Aliran ini dikenal dengan aliran konvergensi. Tokoh dari aliran ini adalah William Stern dari Jerman.

D.       Perkembangan dan Pertumbuhan
1.      Pengertian Perkembangan
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam memahami apa yang dimaksud dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung. Namun, terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua para ahli, yaitu seperti berikut.
a.       Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam kelas anda akan memiliki seluruh bentangan contoh mengenai tingkatan perkembangan yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoodinasi lebih baik, atau lebih dewasa dibanding dengan yang lainnya.
b.      Perkembangan relatif runtut
Orang cenderung mengembangan kemampuan tertentu sebelum kemampuan yang lain.


c.       Perkembangan berjalan secara gradual
Sangat jarang perubahan terjadi setiap hari. Jadi, di dalam perkembangan manusia membutuhkan waktu, dan perkembangan itu berjalan relative sangat lambat dan tidak setiap hari berlangsung.
Jadi perkembangan adalah perubahan yang berkesinambungan dan progresif dalam organisme, dari lahir sampai mati dan tidak dapat diulang kembali. Pengertian perkembangan, yaitu merupakan perubahan individu ke arah yang lebih sempurna yang terjadi dari proses terbentuknya individu sampai ahir hayat dan berlangsung secara terus-menerus. Secara umum, perkembangan adalah rangakian perubahan sepanjang rentang kehidupan yang bersifat progresif, teratur, berkesinambungan, dan akumulatif yang menyangkut segi kuantitatif dan kualitatif, sebagai hasil interaksi antara maturasi dan proses belajar.
Psikologi perkembangan (developmental psychology) adalah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup psikologi, ilmu ini termasuk psikologi khusus, yaitu psikologi yang mempelajari kekhususan dari tingkah laku individu. Satu cabang psikologi yang ditunjukan untuk memahami semua perubahan yang terkait dengan pertambahan usia yang dialami oleh manusia sepanjang rentang kehidupannya, yaitu perubahan di dalam kepribadian, moral, dan proses belajar berpikir.
Pembagian masa-masa perkembangan seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, dalam bukunya Developmental Psycology to Day (1975) oleh Elizabeth B. Hurlock dalam buku Developmental Psycology (1980) [4]:
·         Masa sebelum lahir;
·         Masa baru lahir;
·         Masa bayi;
·         Masa kanak-kanak (awal dan akhir);
·         Masa puber;
·         Masa dewasa (awal dan menengah); dan
·         Masa usia lanjut.
2.      Pengertian pertumbuhan
Istilah perkembangan (development) dan pertumbuhan (growth) dalam arti biasa memang dikatakan hampir sama. Istilah “perkembangan” secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek psikologi.
Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melaikan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar
3.      Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Pertumbuhan
a.       Anak Sebagai Keseluruhan.
b.      Umur Mental Anak Mempengaruhi Pertumbuhannya.
c.       Permasalahan Tingkah Laku Sering Berhubungan dengan Pola – Pola Pertumbuhan.
d.      Penyesuaian Pribadi dan Sosial Mencerminkan Dinamuka Pertumbuhan.

E.       Fungsi Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik, kita akan memperoleh beberapa keuntungan. Pertama, kita akan mempunyai ekspetasi yang nyata tentang anak dan remaja. Kedua, pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk merespons sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari seorang anak. Ketiga, pengetahuan tentang perkembangan anak akan membantu mengenali berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal. Keempat, dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri sendiri.

F.        Perbedaan Individu Peserta Didik
Makna “perbedaan” dan “perbedaan Individu” menurut Lindgren (1980), menyangkut variasi yang terjadi baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Garry (1963) dalam buku perkembangan Peserta Didik karya Sunarto dan B. Agung Hartono mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang berikut.
a.       Perbedaan fisik, tingkat dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak.
b.      Perbedaan social, termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
c.       Perbedaan kepribadian, termasuk watak, motif, minat dan sikap.
d.      Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
e.       Perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.
Jenis perbedaan lainnya meliputi berikut ini.
a.       Perbedaan kognitif, yaitu kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b.      Perbedaan kecakapan bahasa, yaitu bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan.
c.       Perbedaan kecakapan motorik, yaitu kecakapan motorik antara kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
d.      Perbedaan latar belakang, yaitu perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu
e.       Perbedaan bakat, yaitu bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
f.       Perbedaan kesiapan belajar, yaitu perbedaan latar belakang yang meliputi perbedaan sisi ekonomi sosio kultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak.



















BAB II
KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A.    Pengertian Peserta didik
            Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 4, peserta didik diartikan sebagai anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
            Peserta didik merupakan individu yang memiliki sejumlah karakteristik, diantaranya sebagai berikut.
1.      Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga ia merupakan insan yang unik.
2.      Peserta didik adalah individu yang sedang berkembang, artinya pserta didik tengah mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang ditunjukan kepada diri sendiri maupun yang diarahkan kepada penyesuaian dengan lingkungan.
3.      Peserta didik adalah individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
4.      Peserta didik adalah individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Disamping itu, di dalam diri peserta didik juga terdapat kecenderungan untuk melepaskan diri dari kebergantungan pada pihak lain. Karena itu, setahap demi setahap orangtua atau pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.

B.     Tahap-tahap dan Ciri Perkemebangan Peserta Didik
1.      Tahap Perkembangan Biologis
a.       Masa Prenatal
Periode ini terjadi pada saat itu anak masih berada dalam kandungan dan sangat penting sebagai pembentukan manusia yang biasa berdampak sepanjang hidup. Memiliki tiga fase, yang pertama, yaitu pengalihan gen dari orangtua bila terjadi gangguan ciri fisik ataupun psikologinya akan terganggu. Kedua, pembentukan organ tubuh serta jenis kelamin, bila terjadi gangguan akan mengakibatkan cacat bawaan. Ketiga, lingkungan dari kandungan dipengaruhi oleh kondisi psikologi dan fisik sang ibu.
b.      Masa Bayi
1)      Infancy (orok): selama 2 minggu sejak lahir.
a)      Fase partunatal, yaitu 30 menit setelah kelahiran bayi masih merasa bersatu dan tergantung seutuhnya kepada ibunya.
b)      Fase neonatal, yaitu setelah plasenta dipotong, bayi mulai berdiri sendiri sebagai individu.
Masa ini menjadi hal utama karena mulai menyesuiakan diri terhadap situasi dan kondisi.
2)      Babyhood (bayi): 2 tahun setelah masa jabang bayi.
Masa ini pembentuk dasar kepribadian, mengalami pertumbuhan secara cepat, sekaligus ketergantungan dengan ibu berkurang. Bayi mulai mengenal banyak orang dan peran seksual sebagaimana laki-laki.
c.       Masa Kanak-kanak Awal (early childhood)
Berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun. Ini merupakan masa sulit karena anak menjadi susah dikontrol dan mulai sadar ia bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain dan merasa tidak harus tunduk dengan lingkungan.
d.        Masa Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
Berlangsung 6 tahun sampai oragan seksualnya masak, pada umur 12-13 tahun untuk wanita dan 14-15 tahun untk pria. Anak-anak belajar mandiri, norma-norma absolut kini menjadi relatif, membanding-bandingkan dengan apa yang ia punya.
e.       Masa Pubertas (akil baligh)
Pubertas ditandai dengan masak nya alat reproduksi, secara fisik sudah siap beranak-pinak, kemudian daya tarik terhadap lawan jenis lebih kuat. Pada masa ini merupakan masa tumpang tindih dan lebih sulit dibandingkan dengan masa sebelumnya sebagai individu. Hal ini ditandai dengan menstruasi untuk wanita dan mimpi basah untuk pria.
f.       Masa Remaja (Adolesence)
Ini adalah masa transisi, yang sangat sulit dari masa sebelumnya, secara umum merupakan klimaks. Hal ini dapat diuji individu telah mempunyai pola perilaku yang lebih mantap. Masa remaja dibagi dua yaitu remaja awal dan sekitar 13-17 tahun, dan remaja akhir sekitar 17-18 tahun.
g.      Masa Dewasa Awal (Early Adulthood)
Berkisar anatara 18-40 tahun. Ini adalah masa pemantapan diri terhadap pola hidup baru/keluarga. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan, seperti hura-hura, nongkrong. Memikirkan hal-hal yang lebih penting seperti memilih pasangan hidup dan menjadikan cita-cita lebih riil.
h.      Masa Dewasa Madya
Berkisar antara 40-60 tahun, kehidupan umumnya sudah mapan, berkeluarga dan memiliki beberapa anak. Pada masa ini pria dan wanita karir merupakan pencapaian tertinggi.
i.        Masa Usia Lanjut
Pada umur 60 tahun keatas, masa dimana mensyukuri yang sudah dicapai dari masa sebelumnya. Keadaan fisik sudah jauh menurun bahkan sudah pensiun.
2.        Tahap Perkembangan Berdasarkan Didaktif
Adapun tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Tahap I: dari umur 0 sampai 2 tahun. Tahap ini disebut tahap asuhan.
b.      Tahap II: dari umur 2 sampai 12 tahun, tahap ini disebut tahap pendidikan jasmani dan latihan-latihan panca indera.
c.       Tahap III: dari umur 12-15 tahun. Tahap ini disebut tahap pendidikan akal pikiran.
d.      Tahap IV: dari umur 15 sampai 20 tahun. Tahap ini disebut tahap pembentukan karakter.
3.      Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
1.    Bakat atau pembawaan. Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Seperti bakat seni, musik menggambar dsb.
2.    Sifat-sifat Keturunan. Sifat-sifat keturunan yang individu dipusakai dari orangtua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental.
3.    Dorongan Instink. Dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong manusia melaksanakan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan instink adalah naluri kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang menyuruh atau membiasakan pada manusia bagaimana cara-cara melaksanakan doronga batin.
Selain itu ada juga faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah sebagai berikut.
a.    Faktor Internal
1)      Kondisi fisik: faktor fisik merupakan faktor biologis individu yang merujuk pada faktor genetik yang diturunkan oleh kedua orangtuanya.
2)      Kondisi psikis: ranah perkembangan individu menyangkut aspek fisik, intelektual, yaitu kognitif dan bahasa.
b.    Faktor eksternal
1)        Lingkungan fisik: Lingkungan ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi cahaya dan kepadatan hunian.
2)        Lingkungan non fisik: Faktor non fisik meliputi berbagai macam komponen, yaitu keluarga, pendidikan dan masyarakat.
4.      Perkembangan Masa Hidup Anak
a.       Perkembangan Anak Dari Segi Psikologi
1)      Masa bayi: 0-2 tahun
2)      Masa anak; masa balita, prasekolah,
3)      Masa anak sekolah,
4)      Masa praremaja,
5)      Masa remaja,
6)      Masa dewasa; dewasa muda,
7)      Dewasa lanjut.
Lebih lanjut, dalam pembahasan ini akan dibahas meneganai perkembangan pada masa anak-anak yang meliputi berikut ini.
1)      Masa Balita, Masa Prasekolah (2-5 tahun)
Pada masa kanak-kanak, perkembangan yang lebih mudah diamat adalah perkembangan motorik ialah sesuatu yang ada hubungan nya dengan gerakan-gerakan tubuh.
Motorik anak berbeda dengan motorik deawasa, diatara perbedaanya adalah sebagai berikut.
a)      Cara memegang: pada orang dewasa perkakas dipegang dengan cara khas agar ia dapat mempergunakannya secara optimal, sedang anak-anak asal memegang saja.
b)      Cara berjalan: ketika berjalan, orang dewasa hanya mempergunakan otot-otot nya yang perlu saja, sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah seluruh anggota tubuhnya ikut bergerak.
c)      Cara meyepak: sebagai contoh, ketika anak0anak menyepak bola maka kedua tangan nya mengaju kedepan dengan berlebihan.
2)      Masa Anak Sekolah (6-12 tahun)
Anak-anak pada masa ini ahrus menjalani tugas-tugas perkembangan antara lain sebagai berikut:
a)      Belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa
b)      Membentuk sikap sehat mengenai dirinya sendiri
c)      Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
d)     Belajar peranan jenis yang sesuia dengan jenisnya
e)      Membentuk keterampilan dasar; membaca, menulis, dan berjitung
f)       Membentuk konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sehari-hari
g)      Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai sosial
h)      Memperoleh kebebasan pribadi
i)        Membentuk sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga.
3)      Masa Anak Tanggung; Praremaja (10-12 tahun)
Masa ini ditandai dengan meningkatnya cara berpikir kritis. Anak tanggung selalu menanyakan sebab-sebab, akibat-akibat dengan menyanggah pendapat orang dewasa. Pada masa ini mudah terjadi identifikasi yang sifatnya emosional terhadap teman sebaya yang sejenis. Minat dan aktifitasnya mulai mencerminkan jenisnya secara lebih jelas . pengendalian emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih terlihat melalui perbuatan atau tindakan.
5.      Kematangan dan Perkembangan Pengalaman Peserta Didik
Perkembangan yang dialami membawa mereka pada ke arah kematangan. Kematangan ini akan tercapai jika sudah menemukan pegangan atau nilai-nilai yang mereka cari, yaitu menjelang berakhirnya masa remaja atau mulainya masa dewasa.
Kematangan fisik atau jasmani terjadi setelah berhentinya pertumbuhan yang terjadi dengan pesat, sehingga anak laki-laki akan kelihatan berjalan tegap karena bahu dan adanya semakin bidang, sedangkan perempuan berjalan melenggang karena pinggulnya membesar. Kematangan sosial ditandai dengan sikap sosial yang mantap sebagai anggota masyarakat, dan anggota keluarga, yang mulai meraskan adanya tanggung jawab baik sebagai pribadi ataupun sebagai anggota masyrakat. Kematangan emosional ditandai dengan stabilnya emosi sehingga ledakan-ledakan yang sering terjadi berkurang bahkan berhenti sama sekali.
Kematangan (maturation) adalah urutan-urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya. Kematangan diandang sebagai sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Kaum maturasionis meyakini bahwa kondisi lingkungan yang ekstrem dapat menyebabkan gangguan terahadap proses perkembangan anak, tetapi mereka meyakini bahwa kecenderungan-kecenderungan dasar pertumbuhan dan perkembanganindividu telah terpola secara genetik. Sedangkan kaum enviromentalitas menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu mewariskan dasar, bagaimana hal itu tumbuh dan dan berkembang sangat tergantung pada makanan, gizi, perawatan medis, dan latihan yang diberikan oleh lingkungan. Kaum interaksionis mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan , misalnya:
a.       Tinggi badan anak tergantung pada ranangan genetik yang diturunkan dari orang tuanya.
b.      Tinggi badan anak juga bergantung dari gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan
c.       Perkembangan kognisi anak bergantung kepada taraf intelegensiyang dimiliki
d.      Perkembangan kognisi tergantung pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya.
e.       Anak secara biologis sudah terprogram untuk belajar bahasa
f.       Anak hanya akan belajar bahasa yang di dengarnya.
6.      Implikasi Pertumbuhan/Perkembangan/Kematangan Peserta Didik Terhadap Proses Belajar
Istilah kematangan yang dalam bahasa inggris disebut maturation  sering dilawankan dengan immaturation yang artinya tidak matang. Chapli (2002) mengartikan kematangan sebagai (1) perkembangan, proses mencapai kemasakan/ usia masak; (2) proses perkembangan yang dianggap berasal dari keturunan, atau merupakan tingkah laku khusus spesies.
Kematangan tida dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa terentu. Sebagai individu yang sedang tumbuh dan berkembang maka proses pertumbuhan dan perkembngan peserta didik tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya interaksi anatara dua faktor yang sama-sama penting kedudukannya, yaitu faktor herediatas dan faktor lingkungan. Keberadaan dua faktor tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya karena kenyataannya kedua faktor tersebut tidak bekerja sendiri-sendiri dalam opersioanalnya.
Dari pernyataan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa implikasi pertumbuhan atau perkembngan atau kematangan peserta didik terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai berikut.
1)        Pertumbuhan dan perkembangan manusia seja lahir berlangsung dalam lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada di lingkungan hidup itu.
2)        Interaksi manusia dengan lingkungan nya sejka lahir menghendaki penguasaan lingkungan maupun penyesuaian diri pada lingkungan
3)        Dalam interaksi sosial, manusia sejak lahir telah menjadi anggota kelompok sosial yang dalam hal ini ialah keluarga
4)        Atas dasar keterikatan dan kewajiban sosial para pendidik, terutama orangtua, maka anak senantiasa berusaha mebnciptakan lingkungan fisik, lingkungan sosial, serta lngkungan psikis.
5)        Setelah umur kronolgis mencapai lingkungan tertentu, anak telah mencapai berbagai tingkat kematangan intelektual, sosial, emosional serta kemampuan jasmani yang lain.
6)        Kematangan sosial merupakan kiasan bagi kematangan intelektual, karena perkembngan kecerdasan berlangsung dalam lingkungan sosial tersebut.
7)        Kematangan emosional meliputi kematangan sosial dan kematangan intelektual, karena sebagian besar tingkah laku manusia dikuasai atau ditentukan oleh kondisi persaannya.
a.      Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar
1)      Perkembangan Intelektual
            Pada usia dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif.
a)      Perkembangan Bahasa
             Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua masalah berkomunikasi, dimana pikiran dan persaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar atau lukisan.
b)      Perkembangan sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuiakan diri sendiri kepada sikap yang kooperatif atau sosiosentris. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
c)      Perkembangan Emosi
             Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan. Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada anak. Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku belajar.
d)     Perkembangan Emosional
             Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya.
e)      Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Pada masa ini, perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.
·         Pandangan terhadap ketuhanan diperolehnya secara asional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta.
·         Penghayatan secara rohaniyah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
·         Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
f)       Perkembangan Motorik
             Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembngan motorik anak sudah terkondisi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik maka dikelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan.
·         Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
·         Keterampilan-keterampilan dalam menggunakan alat olahraga.
·         Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya.
·         Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan ketertiban dan kedisiplinan.
           






















BAB III
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN DAN TEORI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

A.    Karakteristik Perkembangan Peserta Didik
1.      Karakteristik dan Ciri Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9) dan masa kanak-kanak akhir (10-12).  Seorang guru professional harus dapat menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengetahui perkembangan psikologi siswanya.
a.      Pengertian Karakteristik Siswa
Karakteristik berasal dari kata karakter; dalam Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta dikatakan bahwa karakter adalah watak, tabuat atau sifat-sifat kejiwaan. Sedangkan menurut IR  Pedjawijatna, karakter atau watak adalah seluruh aku yang ternyata dalam tindakannya (insani). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik siswa adalah merupakan seluruh kondisi/keadaan watak yang nyata dan timbul dalam suatu tindakan siswa dalam kehidupannya setiap saat dalam kehidupan sehari-hari. Adapun karakteristik dan kebutuhan peserta didik adalah sebagai berikut.
·         Senang Bermain
Karakteristik/psikologis ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru seyogiyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.

·         Senang Bergerak
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak (moveable). Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan. Oleh karena itu, guru professional harus nenberikan layanan yang baik agar anak dapat bergerak secara leluasa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
·         Anak Senang Bekerja Dalam Kelompok
Guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja dan belajar dalam kelompok agar anak belajar aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi.
·         Senang Merasakan atau Melakukan, Memperagakan Sesuatu secara Langsung
Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang berkualitas dan memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, dimana guru dalam kegiatan belajar mengajar sebagai fasilitator terhadap murid muridnya; dan yang aktif adalah siswanya.
·         Anak suka cengeng.
Sebagai guru atau calon guru sd maka kita harus membuat metode pembelajaran tutorial atau metode bimbingan agar kita dapat selalu membimbing dan mengarahkan anak, membentuk mental anak agar tidak cengeng.
·         Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Guru harus dapat membuat metode yang tepat, misalnya dengan cara metode eksperimen agar anak dapat memahami pelajaran yang di berikan dengan menemukan sendiri inti dari pelajaran yang di berikan sedangkan dengan ceramah yang di mana guru hanya berbicara di depan membuat anak malah tidak memahami isi dari yang di bicarakan oleh guru.
·         Senang di perhatikan.
Peran guru untuk mengarahkan perasaan anak tersebut dengan menggunakan metode tanya jawab misalnya, anak yang ingin di perhatikan akan berusaha menjawab atau bertanya dengan guru agar anak lain beserta guru memperhatikanya.
·         Senang meniru.
Anak mencari suatu figure yang sering di lihat dan di temui. Mereka kemudian menirukan apa yang di lakukan dan di kenakan orang yang ingin dia tiru tersebut. Sebagai calon guru, kita hanya dapat mengarahkan orang tua agar selalu mengawasi anak-anak nya saat di rumah.
Setiap anak memiliki fase/tahap dan ciri perkembangan yang berbeda beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Perkembangan anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) memiliki ciri-ciri perkembangan sebagai berikut.
1)      Ciri-ciri perkembangan anak sekolah usia sekolah dasar usia 7 tahun:
a)      Fisik
·         Pandangan terbatas
·         Bekerja dengan kepala di atas meja
·         Menggenggam pensil (di ujung)
·         Dapat menulis dengan rapi
·         Kadang-kadang tegang
·         Suka ruang yang telah ditentukan
·         Sering merasa terluka, bisa nyata atau pura-pura.
b)      Sosial
·         Suka menyendiri, tertutup
·         Membutuhkan penguatan terus-menerus (aman dan teratur)
·         Kadang murung, sedih, merajuk, malu
·         Merasa tidak banyak orang yang menyukainya (berubah)
·         Percaya pada guru untuk membantunya
·         Sensitive pada perasaan orang lain, kadang suka mengadu
·         Tidak suka melakukan kesalahan
·         Kuat perasaan suka dan tidak suka
·         Menjaga kerapian meja dan lingkungan
c)      Bahasa
·         Pendengar yang baik
·         Pembicara yang tepat
·         Suka dialog/percakapan berpasangan
·         Perkembangan kosa kata cepat
·         Tertarik cari arti/ maksud kata
·         Suka sampaikan catatan kecil
·         Berminat dengan bermacam-macam symbol
d)     Kognisi
·         Suka mengulang pelajaran
·         Butuh akhir kegiatan yang jelas (lengkapi dengan tugas)
·         Suka bekerja secara bertahap (sedikit demi sedikit)
·         Suka bekerja sendiri
·         Suka dibacakan
·         Suka menghapus (ingin sempurna)
·         Ingin menemukan bagaimana suatu benda bekerja
2)      Ciri-ciri perkembangan anak sekolah dasar usia 8 tahun
a)      Fisik
·         Bergerak cepat, kekerja dengan tergesa-gesa
·         Penuh dengan energy
·         Perlu perlepasan energy secara fisik (kegiatan di luar ruangan)
·         Kadang sedikit aneh
·         Rentang konsentrasi terbatas
·         Memiliki pandangan dekat dan jauh sama kuat
b)      Sosial
·         Persifat sangat baik, penuh dengan humor
·         Suka bekerja sama
·         Sering “menggigit lebih dari yang bisa dikunyah” salah dalam memperkirakan kemampuan mereka’resisten (bertahan); membuat alasan dengan cepat ketika membuat kesalahn
·         Lebih suka kegiatan yang sama dengan teman sejenis
·         Bemasalah dengan aturan dan batasan-batasan
·         Kelompok pertemanan lebih banyak dari usia 7 tahun
c)      Bahasa
·         Bicara aktif
·         Mendengarkan tapi penuh dengan gagasan sehingga tidak dapat selalu ingat apa yang telah dikatakannya
·         Melebih-lebihkan dalam bicara
·         Suka dalam menjelaskan gagasan
·         Perluasan kosa kata yang sangat cepat
d)     Kognisi
·         Suka kegiatan kelompok
·         Suka mengahsilkan sesuatu
·         Sering bekerja dengan keras/kuat
·         Mulai mahir dalam keterampilan dasar
·         Mulai merasakan kemampuan keterampilannya
·         Bertambah bagus dalam melakukan operasi konkret
3)      Ciri-ciri perkembangan anak sekolah dasar usia 9 tahun
a)      Fisik
·         Meningkat dalam koordinasi geraknya
·         Tertantang melakukan kegiatan fisik sekuatnya (memaksa)
·         Sering terluka
·         Banyak mengeluh pada tubuhnya
·         Menunjukkan kegelisahan dengan menggigit kuku, gigit bibir, memilin-milin rambut
b)      Sosial
·         Sangat tinggi
·         Self aware
·         Tidak sabar
·         Sering merasa khawatir, cemas,
·         Membuka jarak dengan orang lain
·         Sering mengeluh; masalah persamaan
·         Melihat orang deasa secara tidak konsisten dan sebagai control
·         Kritis
·         Sering marah dan berubah-ubah emosinya
·         Individualistic
c)      Bahasa
·         Menggunakan kata-kata bersifat deskripsi
·         Senang bermain dalam kata dan bahasa serta informasi
·         Bahasa seperti bayi kadang muncul kembali
·         Menggunakan kata yang dilebih-lebihkan
·         Saat banyak menggunakan kata-kata negative seperti: aku benci itu, aku tidak bisa, bosan, iya ya.
·         Senang bercanda yang sifatnya jorok
·         Mencampuradukan bahasa ketika bicara
d)     Kognisi
·         Senang menghasilkan sesuatudan mengoreksi diri sendiri
·         Mulai mengenal dunia yang lebih luas
·         Sedikit berimajinasi
·         Rasa ingin tahu secara intelektual
·         Mampu beradaptasi dengan beberapa kondisi yang dia hadapi
·         Bermasalah dengan kondisi abstrak, angka-angkayang banyak, masa waktu dan luang
4)      Ciri-Ciri Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 10 Tahun
a)      Fisik
·         Perkembangan otot besar
·         Sangat membutuhkan waktu di luar ruangan dan tantangan fisik
·         Tulisan tangan cenderung tidak rapi (jika dibandingkan dengan usia 9 tahun)
·         Makanan ringan dan waktu istirahatmembantu pertumbuhan tubuhnya
b)      Bahasa
·         Pendengar yang baik
·         Banyak membaca
·         Ekspresif, suka menjelaskan, aktif berbicara
·         Bekerja sama dan bersaing
·         Bersahabat, bergembira
c)      Kognisi
·         Daya ingat cukup produktif
·         Kemampuan pada hal yang abstrak mulain meningkat
·         Menyukai aturan dan hal-hal yang masuk akal
·         Mengklarifikasikandan mengumpulkan hal-hal yang disukai, suka menyusun
·         Mampu konsentrasi dengan baik, bisa membaca dalam waktu yang relative lama
·         Menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalah dengan baik
·         Bangga dengan hasil akademiknya
5)      Ciri- Ciri Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 11 Tahun
a)      Fisik
·         Meningkatnya nafsu makan, kegiatan dan bicara
·          Munculnya Pubertas Pada Sebagian Anak Perempuan
·         Gerakan yang stabil, kurang waktu istirahat
·         Sering kena flu, dankadang infeksi telinga
·         Butuh istirahat yang cukup
·         Agak kurang menggunakan kekuatan fisik
·         Kemampuan motorik halusnya kuat
b)      Sosial
·         Peka, emosinya tidak stabil
·          Berseberangan pendapat
·         Senang berada diluar rumah
·         Selalu mengikuti kata hati, kasar dan kurang peduli
·         Suka berargumentasi
·         Kesulitan membuat keputusan
·         Memahami keadaan dirinya
·         Emosional
·         Mudah masuk/ keluar dari kelompoknya
c)      Bahasa
·         Senang berbicara ditelepon
·         Selalu menuruti kata hati, bicara sebelum dipikirkan
·         Bicara kasar
·         Suka berargumen, pendebat ulung
·         Apresiatif terhadap humor
·         Mengadopsi bahasa orang dewasa
d)     Kognisi
·         Suka tugas baru dan berpengalaman untuk merefleksikan atau memperbaiki tugas berikutnya
·         Dapat berfikir abstrak
·         Mahir memberikan alasan
·         Dapat membangun dan memodifikasi aturan
·         Memusatkan perhatian pada pengembangan bakat dan memandang dunia dari berbagai segi
·         Suka berargumentasi
6)      Ciri- Ciri Perkembangan Anak Sekolah Dasar Usia 12 Tahun
a)      Fisik
·         Energi tinggi
·         Butuh banyak istirahat
·         Dorongan pertumbuhan, tanda pubertas
·         Makan itu sangat dipentingkan( snack pagi disekolah)
·         Pendidikan jasmani sangat dibutuhkan
b)      Sosial
·         Mulai tampak kepribadian orang dewasa
·         Dapat memberikan alasan yang lebih masuk akal
·         Antusias dan tidak malu- malu
·         Berinisiatif untuk kegiatannya sendiri
·         Empati
·         Peduli pada dirinya dan sangat pengertian
·         Dapat membuat tujuan yang nyata dalam waktu yang singkat
·         Muncul rasa aman terhadap dirinya
·         Teman sebaya lebih penting dari pada guru
c)      Bahasa
·         Muncul kekasaran (sarkasme)
·         Memliki makna ganda, bermain kata- kata, bercanda sesuai kemampuan mereka
·         Asyik ngobrol dengann orang dewasa atau teman sebaya dengan bahsa “gaul”
d)     Kognisi
·         Kemampuan memahami hal yang abstrak menigkatk
·         Munucl kemampuan pada keterampilan/ area tertentu
·         Dapat dan akan melihat dua sisi dari sebuah argument
·         Sangat tertarik pada hal- hal baru politik, keadilan sosial
·         Meneliti dan mempelajari keterampilan sebelumnya meningkatkan disiplin pengorganisasian
b.      Masalah Perkembangan Psikologi Anak Usia Sekolah Dasar
Beberapa masalah perkembangan psikologi anak usia sekolah dasar yang mungkin saja/ biasa terjadi :
1)      Hiperaktif
2)      Sulit Berkonsentarasi
3)      Pemurung Dan Penyendiri
4)      Masalah Bicara

B.     Teori-Teori tentang Hakikat Perkembangan Peserta Didik
1.      Teori Psikodinamika
Teori psikodinamika adalah teori psikologi yang berupaya menjelaskan hakikat dan perkembangan tingkah laku (kepribadian) manusia. Teori ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939). Menurut teori ini, tingkah laku manusia merupakan hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran, yang sering tanpa disadari oleh individu.
Berdasarkan ide-ide pokok tentang tingkah laku manusia tersebut, Freud kemudian membedakan kepribadian manusia atas tiga unit mental atau struktur psikis berikut.
a.       Id; merupakan aspek biologis kepribadian.
b.      Ego; merupakan aspek psikologi kepribadian.
c.       Superego; merupakan aspek sosiologis kepribadian.
2.      Teori Behavioristik
Behavioristic adalah sebuah aliran dalam pembahasan tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson (1878-1958), seorang ahli psikologi Amerika, pada tahun 1930, sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Watson dan tokoh behavioristic lainnya, meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh lingkungan atau sitiasional.
3.      Teori Humanistik
Teori humanistic muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikoldinamika dan  behavioristic. Para teoritikus humanistic meyakini bahwa tingkah laku manusi tidak dapat dijelaskan sebagai hasil dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian.
4.      Teori Psikologi Transpersonal  
Psikologi transpersonal merupakan pengembangan psikologi humanistic.
5.      Teori Nativisme (Teori yang Berorientasi pada Biologi)
Para penganut nativisme berpandangan bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Dengan kata lain, aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan ditentukan oleh dasar turunan, misalnya  kalau ayahnya pintar, maka kemungkinan besar anaknya juga pintar.
6.      Teori Empirisme (Teori Lingkungan)
Aliran empirisme bertentangan dengan paham aliran nativisme. Tokoh perintis aliran empirisme adalah seorang filosof Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “tabula rasa”, yakni anak lahir di dunia bagaikan kertas putih yang bersih. Pengalaman empiric yang diperoleh dari lingkungan akan berpengaruh besar dalam menentukan perkembangan anak.
7.      Teori Konvergensi
Aliran ini berpadangan bahwa perkembangan individu itu baik dasar (bakat, keturunan) maupun lingkungan, kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat yang dibawa anak sejak lahir tidak berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan bakat itu.

C.    Perbedaan Individual Peserta Didik
Secara umum, perbedaan individual dibagi menjadi dua, yaitu perbedaan secara vertical dan perbedaan secara horizontal. Perbedaan vertical adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah, seperti bentuk, tinggi, besar, kekuatan, dan sebagainya. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti tingkat kecerdasan, bakat, minta, ingatan, emosi, tempramen, dan sebagainya. Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perbedaan individual peserta didik tersebut.
1.      Perbedaan Fisik-Motorik
Perbedaan individual dalam fisik tidak hanya berbatas pada aspek-aspek yang teramatai oleh panca indera melainkan juga mencakup aspek-aspek fisik yang tidak dapat diamati melalui panca indera, misalnya kesehatan peserta didik.


2.      Perbedaan Intelegensi
Intelegensi adalah salah satu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi. secara ilmu intelegensi dapat dipahami sebagai kemempuan beradaptasi dengan situasi yang baru secara cepat dan efektif.
3.      Perbedaan Kecakapan Bahasa
Kemampuan berbahasa adalah kemampuan seseoranguntuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dalam kalimat yang bermakna, logis dan sistematis.
4.      Perbedaan Psikologis
Perbedaan psikologi peserta didik juga terlihat dari aspek psikologisnya. Dengan melakukan pendekatan kepada peserta didik secara pribadi, mungkin guru dapat mengenal siapa saja sebenarnya peserta didik tersebut, keinginan-keinginannya, dan kebutuhan-kebutuhan yang ingin dicapainya.

D.    Periodesasi Perkembangan Anak
1.      Fase Perkembangan Berdasarkan Konsep Didaktif
Seorang ahli didik dari Moravia, Johann Amos Cimenius, membagi fase-fase perkembangan berdasarkan tingkat sekolah yang diduduki anak sesuai dengan tingkat usia dan menurut bahasa yang dipelajarinya di sekolah.
a.       Pada usia 0-6 tahun     =          fase sekolah ibu, merupakan masa anak mengembangkan alat-alat indera dan memperoleh pengetahuan dasar di bawah asuhan ibunya di lingkungan rumah tangga.
b.      Pada usia 6-12 tahun   =          fase sekolah bahasa ibu, merupakan masa anak mengembangkan daya ingatnya di bawah pendidikan sekolah rendah. Pada masa ini, mulai diajarkan bahasa ibu.
c.       Pada usia 12-18 tahun =          fase sekolah bahasa Latin, merupakan masa mengembangkan daya pikirnya di bawah pendidikan menengah.pada masa ini, mulai diajarkan bahasa Latin sebagai bahasa asing.
d.      Pada usia 18-24 tahun =          fase sekolah tinggi dan pengembaraan, merupakan masa mengembangkan kemaannya dan memilih suatu lapangan hidup yang berlangsung di bawah perguruan tinggi.
2.      Periodesasi Perkembangan Berdasarkan Ciri-Ciri Psikologis
Periode perkembangan berdasarkan ciri-ciri psikologis ini dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Oswald Kroch. Ia membagi fase perkembangan ini menjadi tiga.
a.       Fase anak awal, umur 0-3 tahun. Pada akhir fase ini terjadi traz pertama yang ditandai dengan serba membantah atau menentang orang lain.
b.      Fase keserasian sekolah, umur 3-13 tahun. Pada akhir fase ini terjadi traz kedua yang ditandai dengan anak serba membantah atau menentang orang lain bahkan ucapan orang tua.
c.       Fase kematangan, umur 13-21 tahun. Fase ini terjadi setelah berakhirnya gejala-gejala traz kedua, dimana anak mulai merasakan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki yang dihadapinya dengan sewajarnya.









BAB IV
METODOLOGI DAN PENDEKATAN PEMAHAMAN
DALAM PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN
KEBUTUHAN PESERTA DIDIK

Psikologi perkembangan memiliki 2 metode pemahaman, yaitu metode umum dan metode khusus. Pada metode umum, pendekatan yang di pakai dengan pendekatan longitudinal, transversal dan lintas budaya. Dari pendekatan ini terlihat adanya data yang di peroleh secara keseluruhan perkembangan atau hanya beberapa aspek saja dan bisa juga melihat dengan berbagai faktor dari bawaan dan lingkungan, khususnya kebudayaan. Sedangkan pada metode khusus merupakan suatu metode yang akan di selidiki dengan suatu proses alat atau perhitungan yang cermat dan pasti. Dalam pendekatan ini dapat di gunakan dengan pendekatan eksperimen dan observasi.
Beberapa metode dalam psikologi, diantaranya sebagai berikut .
§  Metodologi Eksperimental
Cara ini di lakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Penelitian mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan di telitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya.
§  Obsevasi Ilmiah
Pada observasi ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang di timbulkan tidak dengan sengaja, melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Obsevasi alamiah ini dapat di terapakan pula pada tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pendengar kendaraan bermotor di jalan raya, tingkah laku anak sedang bermain, perialku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.
§  Sejarah Kehidupan
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui  “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin  di ketahui bahwa dia bukannya kurang pandai, tetapi minatnya sejak kecil memang di bidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya.
§  Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang di periksa. Agar itu orang di periksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya , pendapatnya, dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yangb mewawancarai dapat menggali semau informasi yang di butuhkan.
§  Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembaran-lembaran pertanyaan itu, dan orang yang di wawancarai tinggal membaca pertanyaan yang di ajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawaban nya akan di analisis untuk mengetahui hal-hal yang di selidiki.
§  Pemeriksaan Psikologi
Pemeriksaan psikologi di sebut juga dengan psikotes. Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik  tertentu yang hanya dapat di gunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. Alat-alat itu dapat di pergunakan untuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seseorang, dan lain-lain dari orang yang di periksa itu.
Pada abad ke 19, di mulai metode psikologi yang di sebut dengan metode psikologi kontemporer, dimana saat itu berkembang dua (2) teori dalam menjelaskan tingkah laku, yaitu psikologi fakultas dan psikologi asosiasi.



a.      Psikologi Fakultas
Psikologi fakultas adalah doktrin abad 19 tentang adanya kekuatan mental bawaan. Menurut teori ini, kemampuan psikologi terkotak-kotak dalam bebderapa ‘fakultas’ yang meliputi : berfikir, merasa dan berkeinginan. Fakultas ini terbagi menjadi beberapa subfakultas. Kita mengingat melalui subfakultas memori, pembayangan melalui subfakultas imajiner, dan sebagainya.
b.      Psikologi Asosiasi
Bagian dari psikologi kontemporer abad 19 yang mempercayai bahwa proses psikologi pada dasarnya adalah asosiasi ide, yaitu bahwa ide masuk melalui alat indera dan di asosiasikan berdasarkan prinsip-prinsip tertentu seperti kemiripan, kontras dan kedekatan.

A.    Metode Observasi, Klinis dan Metode Etnografi
Objek psikologi adalah penghayatan dan perbuatan manusia, yaitu perbuatan manusia dalam alam yang komplek dan selalu berubah. Jiwa bukanlah suatu benda yang mati, tetapi sesuatu yang hidup, yang dinamis, selalu berubah untuk maju menunju kesempurnaannya. Oleh karena itu, penggunaan untuk sesuatu metode yang bagaimana baiknya pun pasti tidak dapat menghasilkan kebenaran yang mutlak, sebab setiap metode pasti punya kelemahan-kelemahan di samping kebaikan-kebaikannya.
Berdasarkan renungan-renungan dan pengalaman-pengalaman maka akan di dapatkan metode-metode sebagai berikut :
1.      Metode yang bersifat filosofis
2.      Metode yang bersifat empiris

Metode yang bersifat filosofis terdapat beberapa macam , antara lain sebagai berikut :
a.      Metode Intutif
Metode ini dilakukan dengan cara sengaja untuk mengadakan suatu penyelidikan atau dengan cara tidak sengaja dalam pergaulan sehari-hari. Dalam keadaan terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesama kita  atau benar-benar ingin kita ketahui keadaannya.langkah-langkah seperti ini kesan-kesan pertamalah yang paling besar perannya dalam pengambilan kesimpulan. Metode ini kurang memenuhi syarat, maka harus di kombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh kesimpulan yang valid.
b.      Metode Kontemplatif
Metode ini dengan jalan merenungkan objek yang akan di ketahui dengan mempergunakan kemampuan berfikir. Alat utama yang di pergunakan adalah pikiran yang benar-benar sudah dalam keadaan objektif. Dalam arti, murni tidak tercampur dengan alat-alat yang lain serta tidak tercampur dengan pengaruh-pengaruh dari luar yang bersifat lahiriah dan biologis.
c.       Metode Filosofis Religius
Metode ini di gunakan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama merupakan kebenaran-kebenaran absolut dan pasti benar.

Metode yang bersifat empiris dapat di bagi menjadi beberapa metode seperti yang di uraikan berikut ini.
1.      Metode Observasi
Metode observasi adalah metode yang paling dasar di lakukan dari semua metode yang ada, yakni mengadakan pengamatan secara cermat, dan sistematis serta membutuhkan adanya keluwesan tertentu (tidak kaku). Obsevasi dapat melalui tiga cara, yaitu :
a.      Metode Introspeksi
Istilah “introspeksi” berasal dari bahasa latin  (intro : dalam; dan spektare : melihat). Jadi, pada introspeksi individu mengalami sesuatu, dan ia dapat sendiri mengamati, mempelajari apa yang di amati itu. Metode intropeksi sering juga di sebut “retropeksi“, yang berarti meliahat kembali. Menurut Wilhelm Wundt (jerman ), istilah introspeksi ( retro = kembali; dan rektare = melihat ). Dapat di mengerti karena dengan metode ini, penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri, dan bukan apa yang sedang terjadi di dalam dirinya, sehingga istilah retrospeksi akan lebih tepat dari pada introspeksi.
Kelemahan-kelemahan dalam metode introspeksi :
·         Kesulitan pada manusia melakukan dua tugas menghayati dan mengingat kembali.
·         Pada introspeksi, faktor ingatan kadang-kadang menghambat proses, yaitu adanya faktor-faktor kelupaan dan pencampuradukan antara fantasi dan ingatan.
·         Kekurangan perbendaharaan bahasa di dalam melukiskan kembali peristiwa-peristiwa jiwa yang sudah dan sedang terjadi.
·         Kadang-kadang di ragukan objektivitasnya oleh karena adanya ketidakjujuran (rasa segan, malu dan perasaan-perasaan lain yang menunjukkan kelemahan sendiri).
b.     Metode Instrospeksi Eksperimental
      Istilah “instrospeksi eksperimental“ ialah suatu metode introspeksi yang di laksanakan dengan mengadakan eksperimen-eksperimen secara sengaja dan dalam suasana yang di buat. Metode ini merupakan penggabungan dari metode introspeksi dan eksperimen. Pada introspeksi murni, hanya diri penyelidik yang menjadi objek, akan tetapi pada introspeksi eksperimental, jumlah subjek terdiri atas beberapa  orang yang di eksperimentasi, sehingga dengan banyak nya subjek penelitian, hasilnya akan lebih bersifat objektif.
      Sifat subjektivitas dari metode introspeksi dapat di atasi dengan menggunakan subjek yang lebih banyak. Penyusun metode ini adalah seorang murid Wilhelm Wundt bernama Oswald Kuple, yang kemudian mendirikan mazhab Wurzburg di Jerman.
c.      Metode Ekstrospeksi
      Arti kata ekstrospeksi ialah melihat keluar (ekstro =keluar, dan speksi berasal  dari bahasa latin, sopektare=melihat). Jadi, ekstrospeksi adalah suatu metode dalam ilmu jiwa yang berusaha untuk menyelidiki atau mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa sendiri dengan membandingkan gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang di tunjukkan dari mimic dan pantomimik orang lain.
      Dalam penelitian yang di lakukan secara observasi atau langsung ke lapangan, ada beberapa jenis yang di lakukan, yakni observasi tak sistematik, observasi alami, observasi terkendali dan observasi pada studi kasus.
o   Observasi tak sistematik, yaitu observasi yang di lakukan secara tidak berurutan atau beraturan.
o   Observasi alamiah atau naturalistik, yaitu observasi yang di lakukan dalam seting alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang di teliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian.
o   Observasi terkendali (controlled), jenis observasi ini di lakukan untuk memperbaiki observasi alami yang kurang sistematik dengan memberiakan stimulus kepada orang yang akan di amati dalam seting alamiah, untuk mengetahui sejauh mana stimulus itu berpengaruh dalam perilaku.
2.      Metode Klinis
      Kata klinis berasal dari kata kline, yang berarti tempat tidur, klinoo=berbaring, kliniek=lembaga untuk meneliti dan menyembuhkan penyakit. Maka metode klinis adalah nasihat dan bantuan kedokteran, yang di berikan kepada para pasien, oleh ahli kesehatan. Metode klinis yang di terapkan dalam psikologi ialah kombinasi dari bantuan medis dengan metode pendidikan, untuk melakukan observasi terhadap pasien.
3.      Metode Etnografi
      Etnografi merupakan salah satu dari sekian pendekatan dalam penelitian kualitatif. Dalam istilah yunani, ethos berarti masyarakat, rasa tau sebuah kelompok kebudayaan dan etnografi berarti sebuah ilmu yang menjelaskan cara hidup manusia. Pada perkembangan selanjutnya, dalam etnografi terjadi banyak perdebatan tentang cara bagaimana manusia ( baca : peneliti-‘self’ ) menjelaskan cara hidup manusia lainnya ( ‘yang di teliti’-other ‘) termasuk di dalamnya tentang cara-cara bagimana peneliti melihat ‘yang lainnya’ untuk kemudian ‘menceritakannya’ kepada manusia lainnya (baca : orang-orang yang ‘berkepentingan’ terhadap manusia ‘yang di teliti’). Etnografi juga di artikan sebagai sebuah pendekatan untuk mempelajari tentang kehidupan sosial dan  budaya sebuah masyarakat, lembaga dan seting lain secara ilmiah, dengan menggunakan sejumlah metode penelitian dan teknik pengumpulan data untuk menghindari bias dan memperoleh akurasi data yang meyakinkan.
      Secara umum, etnografi di sebut sebagai ‘menuliskan tentang kelompok masyarakat’. Secara khusus hal tersebut juga berarti menuliskan tentang kebudayaan sebuah kelompok masyarakat.

B.     Pendekatan Longitudinal, Transversal, Sekuensial, dan Lintas Budaya
            Psikologi perkembangan adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam perkembangannya dan latar belakang yang mempengaruhinya.

1.      Pendekatan Longitudinal
      Pendekatan longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang di lakukan  dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dalam jagka waktu yang lama atau sebagian waktu dari hidup manusia tersebut, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai akhir hidupnya atau sebagian dari hidupnya.
      Pendekatan longitudinal mempunyai kelebihan dan kelemahan. Diantara kelebihan pendekatan longitudinal ini adalah sebagai berikut :
a.       Sampel lebih sedikit, sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis terhadap pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
b.      Memungkinkan mengetahui gangguan-gangguan dalam perkembangan baik secara pribadi maupun dalam kelompok.
c.       Memungkinkan melakukan analisis terhadap hubungan antara proses pertumbuhan, baik aspek kematangan maupun pengalaman, karena data yang di peroleh berasal dari anak yang sama.
d.      Memberiakan kesempatan untuk menganalisis efek lingkungan terhadap perubahan tingkah laku dan kepribadian.

                        Kelemahan dari pendekatan longitudinal yaitu sebagai berikut ;
a.       Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar.
b.      Memerlukan banyak peneliti yang memungkinkan memiliki pengalaman yang berdeda-beda.
c.       Kemungkinan terjadinya gangguan dalam selang waktu penelitian yang sedang di lakukan, misalnya pindah tempat atau meninggal.
2.      Pendekatan Transversal atau Cross-Secional
      Pendekatan transversal atau cross-secional adalah pendekatan dalam penelitian yang di lakukan dengan cara menyelidiki perkembangan manusia dari beberapa kelompok dalam jangka waktu yang relatif singkat. Pada pendekatan ini, peneliti dilakukan terhadap beberapa subjek yang di kelompokkan, misalnya di kelompokkan menurut usia subjek yang di teliti secara berurutan (14 tahun,15 tahun, 17 tahun). kemudian kelompok yang berbeda tersebut dapat di bandingkan dalam beberapa hal, seperti IQ, memori, emosi, cara bergaul dengan teman sebaya, dan sebagainya.
      Pendekatan cross-sectional adalah suatu pendekatan yang di pergunakan untuk melakukan penelitian terhadap beberapa kelompok anak dalam jangka waktu yang relative singkat. Dalam pendekatan ini, penelitian di lakukan terhadap orang-orang atau kelompok orang dari tingkat umur yang berbeda-beda. Studi cross yang umum dapat mencakup sekelompok anak berusia 5 tahun, 8 tahun, dan 11 tahun; kelompok lain dapat  mencakup kelompok anak remaja dan orang dewasa, berusia 15 tahun, 25 tahun dan 45 tahun.
3.      Pendekatan Sekuensial
      Pendekatan sequensial (sekuensial) adalah pendekatan kombinasi dari pendekatan longitudinal dan cross-sectional. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan perbedaan individual dan perkembangan. Kombinasi dari longitudinal dan dan cross-sectional dapat menyajikan gambaran perkembangan yang lebih lengkap dari pada di lakukan pendekatan secara terpisah.
      Meskipun pendekatan ini kompleks, mahal dan lama, namun benar-benar memberikan informasi yang tidak mungkin di peroleh dari pendekatan cross-sectional dan pendekatan longitudinal. Pendekatan sekuensial sangat berguna, terutama dalam menguji pengaruh kohor (generasi) pada perkembangan rentang waktu.
4.      Pendekatan Cross-Culture ( Lintas-Budaya )
      Pendekatan cross-culture adalah pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan maupun kebudayaan yang dapat mempengaruhi perkembangan manusia. Pendekatan ini di lakukan terhadap beberapa kelompok yang berbeda latar belakang kebudayaanya, baik melalui percobaan atau tes pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan  pengumpulan data lainnya untuk di analisis persamaan dan perbedaannya.
      Pendekatan crosss-cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pendekatan ini banyak di gunakan untuk mengetahui persamaan-persamaan perkembangan anak pada latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

C.    Teori kebutuhan Peserta Didik
            Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak di penuhi. Menurut Alfrooz ( 1996 ), kebutuhan (need ) adalah : “ A natural requirement with, should be satisfield in order to secure a better organic compatibility “. Sedangkan Caplin (2002) mendefinisikan need (kebutuhan) sebagai : (1) satu subtansi selular yang harus di miliki oleh organism; (2) lebih umum, segala kekurangan, ketiadaan/ketidak sempurnaan yang di rasakan seseorang , dengan demikian, dapat di pahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azazi yang harus di penuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu.
            Konsep hierarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi terhadap perilaku monyet. berdasarkan pengamatannya, di dapatkan kesimpulan bahwa beberapa kebutuhan lebih di utamakan di bandingkan dengan kebutuhan yang lainnya.  Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih saying, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan akan aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Menurut Maslow, pemuas berbagai kebutuhan di dorong oleh kedua kekuatan, yakni motivasi kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi perkembangan (growth motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang  ada, sedangkan motivasi pertumbuhan di dasarkan atas kapasitas setiap manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari setiap manusia.
            Maslow menyebutkan empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis, kemudian berhenti dengan sendirinya. Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini pada kebutuhan-kebutuhan tadi seperti rasa aman, cinta bdan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Masing-masing hierarki kebutuhan di uraikan seperti berikut.
1.      Kebutuhan Fisiologis
      Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis, yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur dan oksigen.
      Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal. Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa di atasi. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat pengulangannya.
2.      Kebutuhan Akan Rasa Aman
      Kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam, seperti perang, terorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya, kerusuhan, dan bencana alam.
      Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu dalam keadaan terancam besar.
3.      Kebutuhan Dicintai dan Disayangi
      Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antar pribadi seperti kebutuhan untuk member dan menerima cinta.
      Maslow mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima. Kita harus memahami cinta, harus mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia  akan hanyut dalam gelombang permusuhan dan kebencian.
4.      Kebutuhan Akan Penghargaan
      Maslow menemukan bahwa setiap orang yang memiliki dua kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan.
5.      Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri
      Merupakan tingkat terakhir dari kebutuhan dasar Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi. Maslow melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Awalnya Maslow berasumsi bahwa kebutuhan untuk aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk di hargai terpenuhi. Akan tetapi, selama tahun1960-an ia menyadari bahwa banyak anak muda di Brandies memliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki, melainkan mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi, seperti apatisme, kebosanan, putus asa, idak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera dan sebagainya.
     Menurut Maslow, meta kebutuhan dan meta patologi untuk mengakltualisasikan diri terdiri atas berikut ini :
a.   Meta kebutuhan
b.  Kebenaran
c.   Kebaikan
d.  Keindahan atau kecantikan
e.   Keseluruhan (kesatuan)
f.   Dikotomi-transedensi
g.  Berkehidupan (berproses, berubah tetapi tetap pada esensinya)
h.  Keunikan
i.    Kesempurnaan
j.    Keniscayaan
k.  Penyelesaian\Keadilan
l.    Keteraturan
m.Kesederhanaan
n.  Kekayaan (banyak variasi, majemuk, tidak ada yang tersembunyi, semua sama penting)
o.  Tanpa susah payah (santai, tidak tegang)
p.  Bermain (fun, rekreasi, humor)
q.  Mencakupi diri sendiri
r.    Meta patologi

            Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti berikut,
a.   Apatisme
b.  Kebosanan
c.   Putus asa
d.  Tidak punya rasa humor lagi
e.   Keterasingan
f.   Mementingkan diri sendiri
g.  Kehilangan selera dan sebagainya.
            Maslow mengatakan bahwa pendidikan yang baik dan profesional serta tidak harus menanggapi potensi individu untuk tumbuh menjadi orang aktualisasi diri. Sepuluh poin/hal yang harus diketahui dan di pahami adalah sebagai berikut .
1.      Kita harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2.      Kita harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi warga negara dunia.
3.      Kita harus membantu orang untuk menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka, nasib atau takdir.
4.      Kita harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada suka cita yang harus di alami dalam kehidupan, dan jika tidak orang yang terbuka untuk melihat yang baik dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5.      Kita harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa tahu apa yang harus membangun di atas apa potensi yang benar-benar ada.
6.      Kita harus melihat itu kebutuhan dasar orang di penuhi. Ini mencakup keselamatan, belongingness dan kebutuhan harga diri.
7.      Kita harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8.      Kita harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik dan lengkap meninggalkan yang buruk. Di butuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
9.      Kita harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan masalah serius dalam kehidupan. In I termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit, penderitaan dan kematian.
10.  Kita harus mengajar orang untuk menjadi pilihan yang baik. Mereka harus diberi latihan dalam membuat latihan dalam membuat pilihan yang baik.
            Kebutuhan akan aktualisasi diri mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow menyebut Hierarki Kebutuhannya sendiri sebagai sintesis ataun perpaduan teori yang holistik dinamis. Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikutin tradisi fungsional James dan Dewey, yang di padu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan Adler.

D.    Implikasi Kebutuhan Individu Peserta Didik Terhadap Pendidikan
Pemikiran Maslow tentang teori herarki kebutuhan individu sudah di kenal luas, namun aplikasinya atau terapan untuk kepentingan pendidikan siswa disekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan kebutuhan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya.
·         Kebutuhan Jasmanai
Sesuai dengan teori herarki kebutuhan Maslow, kebutuhan jasman merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat instinktif. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat berpengaruh  pada perkembangan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, serta terhadap proses belajar mengajar  disekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah bisa melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
-          Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya hidup sehat dan teratur.
-          Menanamkan kesadaran kepada peserta didik agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi dan vitamin yang tinggi.
-          Memberikan waktu kepada peserta didik untuk beristirahat.
-          Memberikan pendidikan jasmani.
-          Memberikan berbagai sara disekolah  agar peserta didik dapat bergerak bebas, bemain, berolahraga, dan lain- lain.
-          Membuat bangunan sekolah dengan memperhatikan sirkulasi udara, pencahayaan, sebagai peserta didik dapat belajar dan beraktivitas dengan nyaman.
-          Mengatur tempat duduk mereka sesuai dengan keadaan fisik mereka.
-          Menyediakan ruang kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
-          Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang.
-          Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang kondusif dan representative
·         Kebutuhan Rasa Aman
Rutter (1979) mengatakan bahwa kondisi sekolah yang baik dan pondasi yang kuat membuat tingkah laku dan akademi peserta didik cenderung baik. Murphi (1985) menyatakan bahwa sekolah yang efektif di tentukan oleh lingkungan yang aman dan rapi. Mereka bedua mempunyai pendapat dalam dua dimensi. Dimensi yang pertama yaitu : siswa tak merasa terancam atau ketakutan, merasa aman dan senang saat berada disekolah. Dimensi kedua adalah bahwa sekolah merupakan sebuah sistem penjagaan dan pelaksanaan disiplin. Contoh pemenuhan kebutuhan rasa aman:
-          Sikap guru : menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersikap menghakimi.
-          Adanya ekspektasi yang konsisten.
-          Mengendalikan perilaku siswa dikelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplianan siswa secara adil.
-          Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforment) melalui pujian/ ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemeberian hukuman atas perilaku negatif siswa.
·         Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasakan senang, betah dan bahagia berada di sekolah, seakan-akan memperoleh motivasi belajar diskolah. Akan tetapi, jika murid merasa yang sebaliknya maka itu akan membuat mereka malas belajar.
Contoh Pemenuhan Kasih Sayang Atau Penerimaan:
-          Hubungan Guru dengan Siswa
ü  Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empati, peduli, dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka, serta dapat menjadi pendengar yang baik.
ü  Guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karaktersitik, kepribadian dan latar belakangnya).
ü  Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif daripada yang negatif.
ü  Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya.
ü  Guru dapat menjadi penolong yang bisa di andalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya.
-          Hubungna Siswa dengan Siswa
ü  Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa.
ü  Sekolah dapat menyelengggarakan class metting, melalui berbagai forum, seperti olahraga atau kesenian.
ü  Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan  pembelajaran.
ü  Sekolah mengembangkan tutor sebaya.
ü  Sekolah mengembangkan bentuk- bentuk ekstra kurikuler yang beragam.
·         Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan ini menyebabkan peserta didik memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui ditengah- tengah masyarakat. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan orang lain. Oleh sebab itu, untuk menimbulkan rasa berharga dilingkungan mereka, guru dituntut untuk melakukan hal berikut :
-          Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh.
-          Menghargai pendapat dan pilihan siswa.
-          Menerima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka pada suatu kelompok sesuia dengan pilihan mereka sendiri.
-          Guru harus menunjukkan kemampuan secara maksimal dan penuh percaya diri dihadapan peserta didiknya.
-          Guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif.
-          Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif.
-          Menyediakan program makan siang yang higienis, murah atau bahkan gratis.
-          Contoh Pemenuhan Harga Diri
ü  Mengembangkan Harga Diri Siswa
§  Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya.
§  Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
§  Memfokuskan pada kekuatan dan asset yang dimiliki setiap siswa.
§  Mengembangkan strategi pembelajaran yang bevariasi.
§  Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan.
§  Ketika harus mendisiplinkan sisw, sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak didepan umum.
ü  Penghargaan Dari Pihak Lain
§  Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemooh.
§  Mengembangkan program “star of the week”.
§  Menegmbangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yag diperoleh siswa.
ü  Pengetahuan dan Pemahaman
§  Memberikan kesempatan kepada siswa unutk mengeksplorasi bidang- bidang yang diketahuinya.
§  Menyediakan pembelajaran yang memeberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry.
§  Menyediakan topik- topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam.
ü  Estetika
§  Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik.
§  Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenagkan.
§  Memelihara sarana dan pra sarana ang ada di sekeliling sekolah.
§  Ruangan yang bersih dan wangi.
§  Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah.
·         Kebutuhan Akan Rasa Bebas
Peserta didik harus memiliki kebutuhan akan rasa bebas agar tidak menyebabkan mereka frutasi, merasa tertekan dan lain sebagainya. Mereka juga harus diberikan rasa kebebasan yang memadai.
Contoh Pemenuhan Kebutuhan Akan Rasa Bebas
ü  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan yang terbaik baginya.
ü  Memberikan kebebasan untuk siswa menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
ü  Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata.
ü  Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif.
·         Kebutuhan Akan Rasa Sukses
Sehubungan dengan kebutuhan akan rasa sukses/ berprestasi , Mc Cielland juga mengajukan teori tentang kebutuhan yang dikenal cukup luas, dengan membagi 3 jenis kebutuhan sebagai berikut :
ü  Need for Acchievement atau N-Ach (kebutuhan untuk berprestasi) yaitu kebutuhan untuk bersaing atau melampaui standar pribadi. Mc Cielland menemukan ciri-ciri individu yang memiliki kebutuhan ini, antara lain sebagai berikut :
§  Menyenangi sistuasi dimana ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
§  Menyenangi umpan balik (feedback) yang cepat, nayat dan efisien atas segala perbuatannya.
§  Dalam menentukan prestasinya, ia lebih memilih resiko yang besar.
§  Berusaha melakukan sesuatu dengan cara yang baru dan kreatif.
§  Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.
ü  Need for Power atau N-Pow (kebutuhan untuk berkuasa) yaitu suatu kebutuhan untuk memberikan kesan atau memberi pengaruh atas orang lain dianggap sebagai orang yang berkuasa. Ciri- ciri orang yang memiliki kebutuhan ini adalah :
§  Senang dalam menentukan kegiatan organisasi tempat ia bernaung.
§  Sangat peka terhadap struktur pengaruh anatr pribadi dari kelompok atau organisasi.
§  Senang menjadi anggota organisasi yang mencerminkan prestise.
§  Berusaha menolong orang lain walau tidak diminta.
ü  Need for Affiliation atau N- Aff (kebutuhan untuk berafiliasi), yaitu kecenderungan beberapa individu untuk mencari atau menjalin persahabatan dengan orang lain tanpa melihat statusnya. Ciri-ciri orang yang memiliki kebutuhan seperti ini adalh :
§  Lebih senang berkumpul dengan orrang lain.
§  Sering berhubungan dengan orang lain.
§  Lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi.
§  Mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.
§  Lebih aktif dalam melakukan pekerjaan.

E.     Perkembangan Fisik, Genetik, Dan Lingkungan Peserta Didik
Perkembangan fisik disebut juga sebagai pertumbuhan biologis yang merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal sangat penting bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak, baik secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, pertumbuhan fisik ini akan menentukan keterampilan mereka dalam bergerak. Sedangkan secara langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik mempengaruhi cara peserta didik memandang dirinya sendiri dan orang lain.
·         Keadaan Berat Dan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah
Badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada tubuh bagian bawah sampai anak berusia 6 tahun. Selama akhir anak-anak, tinggi badan bertambah 5-6% dan badanya bertambah hingga 10% per tahun, saat anak berumur 6 tahun tinggi rata- ratanya adalah 46 inchi dan beratnya 42,5 kg dan pada saat berumur 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inchi dan bertanya 40-42,5 kg.
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya, kaki dan tangan lebih panjang sedangkan dada dan panggul lebih besar. Pada waktu yang sama, masa dan kekuatan otot secara perlahan bertambah dan gemuk bayi (bayi fat) berkurang, pertambahan kekuatan otot ini bisa karena faktor keturunan dan latihan (olahraga).

F.     Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
Mc Devitt dan Ormrod (2002) merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembangan peerta didik, yaitu seperti berikut :
a.       Memahami dan menghargai perbedaan- perbedaan individual anak
b.      Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan
·      Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT, untuk mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar suatu gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar keseluruh tubuh.
Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara scecara baik dan teratur dapat bertahan hingga 100 tahun. Sama seperti aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai masa prenatal, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi.Pada awal masa ini otak terlihat seperti tabung yang tidak rata dan sangat halus. Tabung- tabung halus ini berisi sel-sel dan membentuk kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang-ruang tersebut terbagi menjadi 3 ruang yaitu: forebrain(otak depan), mildbrain (otak tengah), hindbrain(otak belakang).
Perkembangan otak pada masa prenatal ini menentukan perkembangan anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa prenatal ini janin sudah dilengkapi dengan sebuah sel saraf (neuron) yang akan dimilikinya selama ia hidup. Menurut ahli saraf, sel otak tidak akan di produksi lagi setelah anak tersebut lahir, tetapi perkembangan otak setelah lahir terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah jaringan antar neuron meningkat, maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal yang lebih kompleks (Treys,2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan antar neuron yang dendrit. Dendrit ini mengalami secara dramatis hingga bayi berusia 2 tahun. Saat bayi berusia 2 bulan, dendritnya sudah mencapai 50 sampai 1000 triliun myelin yang memungkinkan neuron mentransmisikan pesan-pesan lebih cepat ( Mc Devit & Ormrod, 2002).
ü  Masa pubertas (10-14 Tahun)
Akhir usia sekolah anak akan memasuki masa yang disebut dengan “pubertas” yaitu awal terjadinya pematangan seksual. Biasanya anak perembuan 2 tahun lebih awal memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa pubertas ini terjadi perubahan fisik yang dramatis yang disebut juga dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan) dimana terjadi perubahan pertumbuhan baik diseluruh bagian fisik, pertambahn berat badan dan tinggi badan, proposisi dan bentuk tubuh, maupun kematangan seksual.
Perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas disebabkan oleh matangnya kelenjar pituitary, yaitu kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat berada dibawah hipotelamus. Kelenjar ini memiliki beberapa hormon, yaitu hormone pertumbuhan, gonadopropik, dan hormon kortikoprotik. Hormon gonadoprotik mempercepat pematangan sel-sel telur dan sperma hingga mempengaruhin produksi hormon seks.Sedangkan hormon kortikotropik mempenagruhi kelenar suprarenalis. Hormon seks, yaitu testosterone pada anak laki-laki dan esterogen pada anak perempuan bersama-sama dengan hormon perumbuhan  dan suprarenalis mempengaruhi pertumbuhan anak. Pada gilirannya disebut dengan percepatan pertumbuhan.
Percepatan pertumbuhan terjadi hanya selama 2 tahun, setelah berakhirnya fase ini anak memasuki kematangan seksual. Percepatan pertumbuhan selama masa puberta juga terjadi pada proposi tubuh, yang sebelumnya percepatan pertumbuhannya terlalu kecil, tetapi masa pubertas menjadi lebih besar.
Kematangan seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primery seks characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks characteristics).
a.       Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer
Ciri-ciri primer anak laki-laki ditunjukan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (skrotum)yang terjadi sejak usia anak sekita 12 tahun dan terjadi selam 5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum. Pada skrotum terdapat 2 buah testis yang bergantung dibawah penis. Testis ini sudah anak sejak anak dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran matangnya, testis mencapai ukuran kematangannya saat anak berusia 20-21 tahun.
Pada anak perempuan perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi, yaitu disebut dengan menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali oleh anak perempuan. Menstruasi yang dialami anak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut di bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesterone.
Progesterone bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap dibuahi. Sedangkan hormon esterogen adalah hormon yang mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pembesaran payudara dan pinggul, suara, dan lain-lain). Hormon ini yang mengatur siklus haid dan menyebabkan ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat.
b.      Perubahan Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda jasmaniah yang terjadi pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis, janggut, jakun, bahu dan dada lebar, suara berat, tumbuh bulu ketiak, dada, kaki dan lengan dan sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat.Sedangkan perempuan terlihat pada payudara dan pinggul membesar, suar menjadi halus, tumbuh bulu ketiak dan disekitar kemaluan.
Mc Devitt dan Ormrod merekomendasikan beberapa hal pentingyang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembangan peserta didik.
§  Memahami dan memahami prbedaan-perbedaan individual anak.
§  Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan.
§  Menentukan siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan.

G.    Implikasi Perkembangan Otak terhadap Pendidikan
Otak anak memang mempunyai kemampuan untuk menyusun ribuan sambungan neuron. Namun kemmapuan itu berhenti saat ia usia 10 samapai 11 tahun jika dikembangkan dan digunakan. Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses kematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami peluang yang makin luas. Dalam hal ini, pendiidkan harus menguasai keterampilan yang memungkinkan otaknya berkembang.
Otak adalah mata air yang seharusnya dialirkan secara berangsur-angsur, bukan sebagai wadah yang harus diisi secara penuh. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan sebagai potensi anak, melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikirn dan imajinasi, memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.






BAB V
PENGEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

A.    Pengembangan Konsep Diri dan Harga Diri Peserta Didik
Konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Setelah ter-install, konsep diri akan masuk kepikiran bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu waktu.
1.      Konsep Diri dan Harga Diri
Menurut Santrock (1998), self-esteem adalah dimensi penilaian yang menyeluruh Dri diri. Self-esteem juga sering disebut dengan self-worth atau self-image. Sedangkan, self-concept adalah penilaian terhadap domain yang spesifik.
Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad), harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.
Para ahli pun berbeda pendapat dalam menerapkan dimensi-dimensi konsep diri. Namun secara umum, para ahli menyebutkan 3 dimensi diri. Meskipun menggunakan istilah yang berbeda. Calhoun dan Acocella (199-) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri sebagai berikut:
a.      Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan gambaran tentang diri saya.
b.      Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan di masa depan. Kita juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri, penghargaan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.
c.       Penilaian
Dimensi ketiga dalam konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri sendiri. Menurut Calhoun dan Acocela(1990), setiap hari kita berperan sebagai penilaian tentang diri sendiri, menilai apakah kita bertentangan dengan : (1) pengaharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat menjadi apa); (2) sandaran yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi apa).
2.      Konsep Diri dalam Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Nylor (1972) misalnya, mengemukakan banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar di sekolah.
Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri atau prestasi belajar, Fink (dalam Burns, 1982) melakukan penelitian dengan menggunakan sejumlah siswa laki-laki dan siswa perempuan yang dipasangkan berdasarkan tingkat inteligensi mereka, selain itu mereka juga digolongkan berdasarkan prestasi belajar mereka, yaitu kelompok prestasi lebih (overachievers) dan kelompok prestasi kurang (underachievers).

B.     Karakteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik
Anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru atau negatif, ditambah dengan lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini adalah karena anak cenderung menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan yang ia dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungannya memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya berharga, sehingga perkembangan konsep diri yang positif.
1.      Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah Dasar
Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan konsep diri anak selama bertahun-tahun sekolah dasar dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karateristik konsep diri berikut.
a.       Karateristik Internal. Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia sekolah dasar lebih memahami dirinya melalui karakter internal dirinya melalui karakteristik eksternal.
b.      Karakteristik Aspek Sosial. Selama bertahun-tahun sekolah dasar, aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat dalam suatu investigasi, anak-anak sekolah dasar seringkali menjadi kelompok-kelompok sosial sebagai acuan dalam deskripsi mereka (Liversly dan Bromley, 1983).
c.       Karakteristik Perbandingan Sosial. Pemahaman diri anak-anak usia sekolah dasar juga mengacu pada perbandingan sosial. Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain, secara komparatif daripada secara absolut.

2.      Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)
Santrock (1998) menyebutkan sejumlah karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu sebagai berikut.
a.         Abstract and Idealistic. Gambaran tentang konsep diri yang abstrak, misalnya dapat dilihat dari pernyataan remaja usia 14 tahun mengenai dirinya. Meskipun tidak semua remaja menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan yang diidamkannya.
b.         Differentiated. Konsep diri remaja biasa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi yang semakin terdiferensiasi.
c.         Contradictions Within the Self. Remaja mendefinisikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang berbeda-beda.
d.        The Fluctuating Self. Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktusiasi diri dalam berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan.
e.         Real and Ideal, True and False Selves. Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal menunjukan adanya peningkatan kemampuan kognitif mereka.

C.    Implikasi Perkembangan Konsep Diri terhadap Pendidikan
Peserta didik mengalami permasalahan disekolah pada umumnya menunjukan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik. Berikut ini beberapa strategi yang mungkin dilakukan guru dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik.
1.      Membuat siswa merasa mendapatkan dukungan dari guru
2.      Membuat siswa merasa bertanggung jawab
3.      Membuat siswa merasa mampu
4.      Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
5.      Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
6.      Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis
Sedangkan karakteristik individu adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada individu sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungannya. Untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu, baik fisik, mental, ataupun emosional biasa digunakan istilah nature dan nuture. Nature adalah karakteristik individu atau sifat khas seseorang sejak lahir atau yang diwarisi sebagai pembawaan, sedangkan nuture adalah faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi individu sejak masa pembuahan sampai selanjutnya. Nature dan nuture ini merupakan dua faktor yang memengaruhi karakteristik individu, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang lain, dalam hal ini proses pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik peserat didik secara individu. Berdasarkan pemahaman ini, secara esensial proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru adalah menyediakan kondisi yang kondusif agar masing-masing individu peserta didik dapat belajar secara optimal.

D.    Karakeristik Belajar Anak Usia Sekolah Dasar (SD)
Pengertian belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera atau pengalamannya.
1.      Cara Anak Belajar
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dalam beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif).  Belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga ciri, yaitu sebagai berikut:
a.         Konkret, mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret, yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan iotak-atik, dengan titik penekanan lingkungan akan menghasilkan proses dan sumber belajar.
b.        Intergratif, anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berfikir anak yang deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
c.         Hierarkis, cara anak belajar berkembang secara bertahap mulai dari hai-hai yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta kedalaman materi.
Adapun karakteristik pembelajaran yang perlu dilakukan terhadap anak-anak tersebut dengan menggunakan hal berikut.
a.       Belajar dan Pembelajaran Bermakna
b.      Pembelajaran Tematik
Dalam kegiatan pembelajaran guru memenuhi karakteristik belajar anak usia sekolah dasar (SD), diperlukan motivasi dari guru, karena motivasi belajar siswa merupakan hal yang amat penting bagi pencapaian kinerja atau prestasi belajar siswa. Berikut ini 18 kiat atau cara yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa:
a.       Gunakan metode dan kegiatan yang bervariasi.
b.      Jadikan siswa peserta aktif.
c.       Buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai.
d.      Ciptakan suasana yang kondusif.
e.       Berikan tugas secara proporsional.
f.       Libatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil.
g.      Berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar.
h.      Hindari kompetisi antar pribadi.
i.        Berikan masukan.
j.        Hargai kesuksesan dan keteladanan.
k.      Antusias dalam mengajar.
l.        Tentukan standar yang tinggi (namun realistis) bagi seluruh siswa.
m.    Pemberian penghargaan untuk memotivasi.
n.      Ciptakan aktivitas yang melibatkan seluruh siswa dalam kelas.
o.      Kenali minat siswa-siswa.
p.      Peduli dengan siswa-siswa.
q.      Hindari penggunaan ancaman.
r.        Hindari komentar buruk.

No comments:

Post a Comment