Saturday, December 24, 2016

Hati-Hati! Es Batu Balok Ternyata "BERBAHAYA"



Halo pembaca-pembacaku dimanapun kalian berada! Kali ini saya akan mengulas tentang es balok. Saya tertarik untuk mencari tahu mengenai es balok, karena saya suka melihat abang-abang bawa gerobak yang berisi es balok dan doi ngirim es-es itu di kantin kampus UNTIRTA kesayangan. Loh kok ngirim es baloknya di kampus? UNTIRTA itu kampus atau pasar ikan sih?
Sebagai gambaran, Es-es itu dibungkus dengan karung atau biasanya juga dibungkus dengan kantung kresek, lalu dihancurkan dengan menggunakan besi atau pisau. Seperti yang kita tahu, UNTIRTA itu panasnya minta ampun, otomatis mahasiswa/i nya selalu membutuhkan segelas es untuk menyegarkan tenggorokan. Apalagi kalau cuaca panas, ditambah liat mantan jalan sama pacar barunya. Ini sih udah pasti badan panas, hati juga ikut panas (yaampun ini lebay gak sih? Haha). Dan es-es balok yang sudah dihancurkan tadi, disediakan dengan teh manis, bisa teh poci atau teh galau (galau karna harganya murah banget. Cuma Rp.2000! Murah banget dari harga akwa haha). Nah! Apakah es balok itu aman untuk dikonsumsi?
Sebagai konsumen, kita hanya bisa menikmati apa yang disajikan oleh penjual minuman, jika kita mau protektif maka kita harus berani untuk bertanya dari mana asalnya es batu yang dicampurkan pada minuman yang kita beli. Masalahnya, kita gak ada keberanian buat bertanya. Sebagian orang selalu bersikap masa bodo dan gak mau tau darimana es itu berasal.
Tidak hanya di kantin UNTIRTA saja, di luar sana juga banyak sekali penjual-penjual es balok. Biasanya, pedagang es balok membawa becak atau gerobak yang berisikan es balok untuk dikirim ke para pelanggannya, es balok tersebut tidak dalam bentuk kemasan melainkan hanya tertutupi oleh terpal, karung atau kain lainnya, padahal bakteri atau virus penyebab penyakit selalu mengancam di tempat yang tidak terlindungi.
Kebanyakan es balok dibuat menggunakan air mentah. Tak jarang airnya berasal dari sungai yang disuling dan ditambahkan bahan kimia sebagai penjernih. Kemudian dimasukan ke dalam pendingin dan jadilah es balok. Kondisi sungai yang digunakan airnya sebagai bahan pembuatan es balok tidak dihiraukan. Padahal kondisi sungai yang ada di Indonesia kemungkinan besar tercemar oleh sampah domestik, pertanian, dan industri. Hal ini menyebabkan harga es balok yang ekonomis dengan harga setiap baloknya Rp. 6.000 – Rp. 7.000.
Menurut catatan Badan Kesehatan dunia (WHO), air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja.  Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya. Bakteri penghuni usus manusia dan hewan berdarah panas ini telah mengkontaminasi hampir keseluruhan air baku air minum, sungai, sumur. Setelah tinja memasuki badan air, Escherichia coli akan mengkontaminasi perairan, bahkan pada kondisi tertentu Escherichia coli dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati. Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa angka Escherichia coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus dipenuhi.
Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah satu stasiun televisi swasta untuk mengetahui kandungan dalam es batu. Tim investigasi dari stasiun televisi swasta tersebut mengambil contoh secara random di beberapa penjual yang mencampurkan es balok pada aneka minuman yang mereka jual. Lalu tim tersebut membawanya ke laboratorium untuk mengetes kandungan dari es tersebut. Hasilnya sungguh menakutkan dan mengejutkan setiap orang. Ternyata dalam es itu terkandung bakteri Escherichia coli jauh di atas batas normal (10.000 – 20.000 per 100 mL). Dengan lain kata, es balok ini mengandung bakteri hampir Setara dengan kotoran manusia. Dapat diartikan bahwa air es balok lebih kotor dari pada air toilet (Anonim, 2015).
Echerichia coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya di dalam air minum maupun makanan. Hal ini karena bila dalam sumber air ditemukan bakteri Escherichia coli, maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh tinja manusia atau hewan-hewan berdarah panas.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia. Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia (Arisman, 2009). Adapun menurut Ruth Melliawati (2009) bahwa E. coli atau Bacterium coli commune adalah sebuah nama bakteri yang diambil dari nama orang yang menemukannya itu Theodor Escherich. Pada tahun 1907 Massini memberi nama E. coli sebagai Bacterium coli mutabile. Pernyataan dalam artikel ini didukung dengan pernyatan yang ada pada buku bahwa E. coli adalah salah satu jenis bakteri yang secara normal hidup dalam saluran pencernaan baik manusia maupun hewan sehat. Nama bakteri ini diambil dari nama seorang Bacteriologist yang barasal dari German yaitu Thedor Von Escherich yang berhasil melakukan isolasi bakteri ini pertama kali pada tahun 1885. Dr. Escherich juga berhasil membuktikan bahwa diare dan gastroenteristis yang terjadi pada infant disebabkan oleh bakteri E. coli (Jawetz, 1995). Sifat-sifat virulensi dari E. coli dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      E. coli Enteropatogenik (EPEC) adalah penyebab penting diare pada bayi, khusunya dinegara berkembang. EFEC melekat pada sel mukosa usus kecil. Akibat dari infeksi EFEC adalah diare cair, yang biasanya sembuh sendiri tapi dapat juga menjadi kronik.
  1. E. coli Enterosigenik (ETEC) adalah penyebab yang sering dari diare wisatawan dan sangat penting menyebabkan diare pada bayi di negara berkembang. Faktor kolonisasi ETEC yang spesifik untuk manusia menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil. Beberapa strain ETEC menghasilkan eksoroksin tidak tahan panas (LT) yang berada dibawah kendali genik dari plasmid. LT bersifat antigenik dan beraksi silang dengan hetralisasi dalam serum pada orang yang sebelumnya terinfeki dengan enterosigenik E. coli.
  2. E. coli Enterohemoragic (EHEC) menghasilkan verotoksin. EHEC berhubungan dengan kolitis hemoragik, berbentuk diare yang berat dan dengan sidroma uremia hemolitik suatu penyakit akibat gagal ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopatik dan trombositopenia.
  3. E. coli Enteroinuasif (EIEC) menimbulkan penyakit yang sangat mirip dengan shigelosis. Seperti shigella, stran EIEC bersifat nonlaktosa atau melakukan fermentasi laktosa dengan lambat serta bersifat tidak dapat bergerak. EIFC menimbulkan penyakit melalui invasinya ke sel epitel mukosa usus (Jawetz, 1995).
Adapun cara mengurangi kandungan E. coli salah satunya dengan merebus air karena seperti yang telah dijelakan di atas bahwa E. coli termasuk bakteri mesofilik dengan suhu pertumbuhannya dari 7ºC sampai 50ºC dan suhu optimum sekitar 37ºC (Adams dan Moss, 2008), oleh sebab itu masaklah air yang akan digunakan sebagai bahan es balok sampai mendidih.
Lalu bagaimana cara membedakan es yang baik untuk diminum? Pada sebuah situs internet dimuat cara membedakan es batu dari air mentah dan es batu dari air matang (Fitrah, 2012).
a.       Ciri-ciri Es batu yang terbuat dari Air Mentah:
1.      Perhatikan Warna Es. Es yang dibuat dari air mentah memiliki warna yang putih. Secara ilmiah, air yang bersuhu dingin akan meyebabkan udara terperangkap di dalam air. sehingga ketika air tersebut membeku maka akan tampak gelembung udara tadi menjadi berwarna putih seperti salju.
2.      Jumlah Gelembung Es. Gelembung-gelembung udara akan tampak di dalam es dengan jumlah yan begitu besar.
b.      Ciri-ciri Es batu yang menggunakan Air Masak/Matang:
1.      Kejernihan Es. Es batu yang menggunakan air masak akan terlihat lebih jernis dan sangat bening. Hal ini dikarenakan udara sudah lepas ketika proses pemasakan air. Es juga akan terlihat jernih tanpa kotoran karena Sebelum dijadikan es, terlebih dahulu air yang sudah dimasak di dinginkan sehingga kotoran-kotoran air akan mengendap seluruhnya.
2.      Gelembung Es. Secara Ilmiah, walaupun saat pendinginan air menjadi es pada suhu 0°C, udara tidak bisa masuk kedalam pembungkus es batu sehingga sangat sedikit gelembung yang terperangkap di dalam es batu. Ini juga membuktikan bahwa kandungan udara di dalam air menjadi berkurang.
Setelah mengetahui informasi ini kita harus berhati-hati bila mengkonsumsi minuman dingin dari warung tepi jalan serta restoran-restoran siap saji.
Sekarang kita sudah mengetahui bahaya dari Es batu bagi tubuh kita, biasakan minum Es batu yang kita buat sendiri atau mengkonsumsi minuman ditempat yang menjual es batu kristal sehingga lebih aman bagi kesehatan kita.



Referensi:
Adams MR, Moss MO. Food Microbiology 3rd Edition. Cambridge: RSC Pub. 2008.
Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: EGC. 2009.
Fadilah, Meiry. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: UIN-Press. 2011.
Forsythe SJ. The Microbiology of Safe Food. London: Blackwell Science. 2000.
Jawetz, dkk.. Mikrobiologi Kedokteran Ed. 20. Jakarta: EGC. 1995.
Pelczar, Michael. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. 1988.
Songer, J.G. dan Post, K.W. Veterinary Microbiology: Bacterial and Fungal Agents of Animal Disease, Elsivier Saunders. 2005.
Anonim, Bahaya Es Batu Dalam Kesehatan. 
Departemen Kesehatan, Persyaratan Kualitas Air Minum.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf
Fitrah, Cara Mebedakan Es Batu dari Air Mentah dan Es Batu dari Air Matang.
I Wayan, dkk., Identifikasi Escherichia coli O157: H7 Dari Feses Ayam dan Uji Profil Hemolisisnya Pada Media Agar Darah.
Kementrian Kesehatan, Pengawasan Kualitas Air Minum.
Ruth Melliawati, Esherichia coli dalam kehidupan manusia.

1 comment: