A.
Pengertian
Filsafat Ilmu
1. Secara Etimologi
Menurut
Wikipedia, Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa
pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam
dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan
epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan
masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat
disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu
dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi cara
menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode
ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan
kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan
terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
2. Secara
Terminologi
a. Robert Ackerman “philosophy of science in one
aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven
past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline
autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi
adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan
perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari
pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu
kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual).
b. Lewis White Beck “Philosophy of science questions
and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the
value and significance of scientific enterprise as a whole”. (Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan).
c.
A.
Cornelius Benjamin
“That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of
science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its
place in the general scheme of intellectual discipines”. (Cabang
pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya
metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
d. Michael V. Berry “The study of the inner logic if
scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of
scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori
ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah).
e.
May
Brodbeck “Philosophy
of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description,
and clarifications of science”. (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan
dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu).
f.
Peter
Caws “Philosophy
of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what
philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does
two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the
universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it
examines critically everything that may be offered as a ground for belief or
action, including its own theories, with a view to the elimination of
inconsistency and error”.
(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu
apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat
melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi
keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan,
termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan
dan kesalahan).
g. Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy
of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process
of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of
representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and
then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal
logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu,
filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola
perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan,
pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita
memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang
ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik
mengakaji hakikat ilmu, seperti :
1. Obyek apa yang ditelaah ilmu?
Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? (Landasan
ontologis)
2.
Bagaimana
proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana
prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang
benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
3.
Untuk
apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral/profesional? (Landasan aksiologis).
B. Konsep
dalam Ilmu
1. Konsep Klasifikasi adalah suatu
konsep yang meletakan obyek yang sedang ditelaah dalam suatu kelas tertentu.
Contohnya: konsep taxonomi dalam botani dan zoologi.
2. Konsep Perbandingan merupakan konsep
yang lebih efektif dalam memberikan informasi. Konsep ini berperan sebagai
perantara antara konsep klasifikasi dan konsep kuantitatf. Konsep perbandingan
melibatkan suatu struktur hubungan logis yang rumit. Sekali kita menetapkan
struktur ini maka kita tidak bebas lagi untuk menolak dan mengubahnya. Jadi
kita melihat dua segi di mana konsep perbandingan dalam ilmu tidak bersifat
konvensional: mereka harus diterapkan kepada fakta-fakta alami dan mereka harus
sesuai dengan struktur hubungan logis.
3. Konsep Kuantitatif, konsep ini
mempunyai pasangan yang berhubungan dengan konsep komparatif dimana dalam
perkembangan sebuah bidang keilmuan, biasanya berfungsi sebagai langkah pertama
terhadap kuantiatif.
C. Ciri-Ciri
dan Cara Kerja Filsafat Ilmu
1. Mengkaji dan menganalisis
konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.
2. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu
dengan ilmu yang lainnya.
3. Mengkaji persamaan ilmu yang satu
dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan persamaan kedudukan masing-masing ilmu.
4. Mengkaji cara perbedaan suatu ilmu
dengan ilmu yang lainnya.
5. Mengkaji analisis konseptual dan
bahasa yang digunakannya.
6. Menyelidiki berbagai dampak
pengetahun ilmiah terhadap:
a. Cara pandang manusia
b. hakikat manusia
c. nilai-nilai yang dianut manusia
d. tempat tinggal manusia
e. sumber-sumber pengetahuan dan
hakikatnya
f. logika dengan matematika
g. logika dan matematika dengan
realitas yang ada
D. Tujuan Filsafat Ilmu
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu,
sehingga secara mnyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan
perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat
gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan
mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi terutama untuk membedakan
persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan untuk
konsisten dalam mendalami ilmu dan dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan
sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Sementara
itu Obyek material filsafat adalah fenomena-fenomena didunia ini yang ditelaah
oleh ilmu, sedang obyek formal adalah pusat perhatian dalam penelaahan ilmuan
terhadap fenomena itu. Penggabungan antara obyek material dan obyek formal
sehingga merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam pengetahuan ilmiah
merupakan obyek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang bersangkutan. Pembagian
obyek-obyek itu dikemukakan oleh George Klubertanz. Penjelasan yang
diberikannya berbunyi demikian: Obyek material secara tak menentu dan dalam
keseluruhannya menunjukkan pokok soal suatau pengetahuan (terutama suatu
pengetahuan demonstratif) dalam hubungan dengan proposisi-proposisi yang dapat
dibuat tentangnya. Dengan kata sifat “material” kita tidak
mengimplikasikan bahwa ada materi dalam susunan pokok soal itu, kita bermaksud
menunjukkan bahwa obyek itu bagi pengetahuan seperti bahan-bahan bagi seorang
seniman atau seorang tukang.
Bila kita
memandang pengetahuan-pengetahuan demonstratif sebagaimana telah dikembangkan
dewasa ini, kita menemukan bahwa ada pengetahuan-pengetahuan berbeda-beda tentang
pokok soal yang sama (misalnya, Biologi, Psikologi, dan Filsafat kodrat manusia
mempunyai sekurang-kurangnya sebagian, pokok soal yang sama, manusia). Dan
semuanya itu bermaksud menemukan apa yang dapat diketahui tentang manusia,
semuanya itu mempunyai obyek material yang sama. Lalu apa perbedaaannya?
cara-cara mengetahui, dan macam-macam pengetahuan yang diperolehnya, berbeda-beda,
macam perbedaan ini adalah obyek yang dipandang secara eksplisit sebagaimana
obyek itu dapat diketahui. Oleh karenanya, cara pengetahuan kita, asas-asas
yang kita pakai, jenis argumentasi yang kita gunakan, termasuk dalam pengertian
obyek formal. Untuk memberikan lukisan yang cermat dan lengkap tentang suatu
pengetahuan, kita menunjukkan obyek materialnya sebagaimana dicirikan oleh
obyek formalnya, ini kita sebut obyek sebenarnya dari suatu pengetahuan.
Daftar Pustaka:
Abbas
Hamami M. 1976. Filsafat (Suatu Pengantar Logika Formal-Filsafat
Pengatahuan). Yogyakarta : Yayasan Pembinaan Fakultas Filsafat UGM.
Abbas
Hamami M1982. Epistemologi Bagian I Teori Pengetahuan. Diktat.
Yogyakarta: Fakultas Filsafat UGM.
Referensi:
No comments:
Post a Comment