Saturday, December 31, 2016

Adab Bergaul dalam Islam



"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yg ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh" (QS. Al A'raf 199)
Bagian terpenting dalam bersahabat itu adalah: "terciptanya saling pengertian dan hubungan timbal balik yg harmonis." Untuk itu Islam telah mengatur tatacara atau etika hubungan timbal balik dalam pergaulan tersebut dg beberapa prinsip, diantaranya sbb:
1.      Mengucapkan salam kala menemui saudara sesama muslim
Rasulullah SAW bersabda: "Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada 6...", di antaranya adalah; "...mengucapkan salam kepadanya apabila kamu menemui mereka".
Ucapan salam secara Islami tersebut adalah mengucapkan kalimat salam "assalamu'alaikum" (keselamatan Allah atasmu). Dan bila memungkinkan diiringi dengan berjabat tangan bagi sesama jenis dan kepada muhrimnya. Kepada yg tidak muhrim cukuplah dengan isyarat saja.
Jawaban salam adalah dengan kalimat/ucapan "wa'alaikumussalam" dan bila ingin disempurnakan, tambahkan dengan ucapan/kalimat "warahmatullahi wabarakatuh."
Salam secara Islami ini adalah do'a bagi orang yg ditemui untuk keselamatan, rahmat, keberkatan dan perlindungan dari Allah. Aturan pengucapannya adalah bagi siapa yg datang dan menemui seseorang ataupun orang lain, tanpa pandang umur dan kedudukan.
Kalimat salam ini akan menambah akrab dan indahnya pertemuan dan pergaulan dg saudara atau teman.
2.       Bersikap ramah, sopan dan bermanis muka 
Rasulullah SAW bersaada: "Senyum yang kamu ungkapkan menyambut saudaramu, adalah merupakan shadaqah baginya." Senyum adalah rona wajah yang menarik dan simpatik, disukai siapa saja yg melihatnya. Sambutlah saudara atau teman dengan sikap ramah, tersenyum dan hangat. Sikap ramah adalah keluarnya kalimat-kalimat yang baik dan menyenangkan. Sedangkan sopan adalah menunjukkan bahasa fisik yg baik atau sikap tampilan yg menarik. Berbicaralah dengan suara yang penuh kelembutan dan indah didengar, karena suara yang paling disukai itu adalah suara buruk, parau tak berirama seperti suara himar (keledai) sebagaimana firman Allah SWT "Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara himar (keledai)." Allah SWT juga berfirman: "Dan jika kamu bersikap kasar niscaya orang-orang akan menghindar dari sekitarmu”. Hindarkan sama sekali pertengkaran yang menyulut emosi dan kemarahan, karena pertengkaran akan membawa kegagalan dan menghilangkan kekuatan (QS Al Anfal 46).
Bertengkar itu tidak akan pernah mendekatkan seorang dengan orang lain. Dan jangan lupa bahwa etika bertegur sapa dalam adat ketimuran adalah yang muda menegur yang lebih tua, sekalipun tidak terlarang bila yang lebih tua menegur terlebih dahulu. Kebesaran jiwa seseorang dengan menegur terlebih dahulu biasanya akan melunturkan kesombongan dan keangkuhan seseorang.
3.      Bertutur kata dengan penuh arti dan bijaksana (QS An Nahl 125)
Bertutur dengan penuh kebijakan adalah suatu kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat dan bermakna, tidak menyinggung perasaan, mempertimbangkan situasi dan kondisi yg tepat. Firman Allah: "Hendaklah kamu saling memberi nasihat dengan baik dan kesabaran" (QS Al Ashr 3). Biasakan mengisi obrolan dengan kata yang berguna dan bermanfaat, terutama untuk membangun wawasan ilmu agama. Hindari berbicara yang tidak baik, membicarakan aib orang lain dan hindarkan juga pembicaraan yang bersifat porno karena hal itu akan mengundang ikut campurnya syaithan dalam pergaulan. Dan kurangi tertawa terbahak-bahak, sehingga membuat lupa diri dan melupakan yang prinsip, yaitu ingat kepada Allah. Dan jika pada suatu waktu kita tidak menyenangi orang lain, jangan ungkapkan perasaan itu dengan bahasa lidah maupun tubuh. Mengemas ucapan dan sikap yang baik berarti kita sedang membuat satu suasana yang indah dalam pergaulan.
4.      Berkasih sayang dan saling menyantuni
Sabda Rasulullah SAW: "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam kasih mengasihi, sayang menyayangi dan santun menyantuni bagaikan satu tubuh yang apabila menderita satu anggota dari tubuh itu, ikut menderita pula keseluruhan tubuh." HR Muslim Dan sabda Rasul lainnya: "Orang mukmin terhadap orang mukmin lainnya bagaikan suatu bangunan yang bagian-bagiannya kuat menguatkan." HR Bukhari Dan sabda Rasul lainnya: "Tiadalah sempurna iman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." HR Muslim  Menumbuhkan rasa kasih sayang dalam diri seseorang terhadap orang lain, di awali dengan mencoba merasakan dan membayangkan apa-apa yang dirasakan dan diderita orang lain dan bagaimana jika hal itu terjadi pula pada diri kita sendiri. Bila kita merasakan senang dan bahagia, maka orang lainpun pasti seperti itu. Dan bila kita merasakan kelaparan karena belum makan, bagaimana pula dengan orang lain yang belum makan atau tidak ada yang di makan sama sekali? Dan bila kita merasa sakit di perlakukan orang lain dengan kasar, maka mestinya kita mengerti pula bahwa orang lain merasa sakit bila kita sakiti. Bagaimana pilunya dan sedihnya seseorang tidak menapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua (yatim piatu) dan bayangkan atau rasakan pula bagaimana kalau diri kita pada satu saat tidak mendapatkan kasih sayamg karena orang tua kita sudah tiada. Demikian seterusnya. Rasulullah SAW sangat penyayang pada anak yatim dan orang miskin, karena beliau pernah merasakan kepiluan yatim dan miskin dalam dirinya. Beliau tak tega melihat orang menderita dan kelaparan, dari itu beliau rela memberikan apa yang ada pada dirinya untuk menyenangkan orang lain. Pendidikan kasih sayang dan santun menyantuni diajarkan Rasulullah kepada para sahabatnya kaum Muhajirin dan Anshar, sehingga Allah SWT dalam satu ayatnya dalam surah Al Hasyr ayat 9, menggambarkan hal demikian.
5.      Utamakan memberi dan menyenangkan orang lain
Rasulullah bersabda: "Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah". Artinya orang yang memberi lebih mulia dari orang yang menerima pemberian. Hadits ini sebagai pendorong bagi orang yang beriman agar suka memberi. Pemberian dalam bentuk apapun yang baik, adalah satu cara untuk menyenangkan dan menggembirakan orang lain. Etika Islam ini sekaligus untuk mendidik umatnya untuk mandiri dan tidak punya karakter memelas dan selalu mengharapkan belas kasihan orang lain. Sabda Rasulullah: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain". Perhatikan sifat lebah madu yang diceritakan Hadits Rasulullah: "Orang beriman itu seperti lebah madu, apabila dia memakan sesuatu dia memakan yang baik, dan apabila mengeluarkan sesuatu dia mengeluarkan yang baik, dan apabila dia hinggap diranting dia tidak mematahkannya". Berbeda dengan seekor ulat, dimanapun dia menjalar, bekas kakinya membuat busuk daun-daun yang dilaluinya. Ciri-ciri orang baik adalah; apabila berada ditengah-tengah orang banyak dia disayangi dan dapat menggembirakan dan menyenangkan orang lain dan pada suatu kali dia tidak hadir, dia dirindukan orang banyak. Dan ciri-ciri orang yang tidak baik adalah bila dia hadir dalam satu majelis, orang merasa risau dan terganggu, dan bila dia tidak datang, orang merasa senang dan gembira.
6.      Pemaaf dan tidak suka mencari-cari kesalahan orang lain
Pemaaf adalah sikap yang mulia, sedangkan pendendam adalah sikap buruk dan tercela. Orang pemaaf hatinya menjadi lapang dan otaknya jadi bersih. Sedangkan orang pendendam hatinya menjadi sempit, dadanya menjadi sesak, otaknya sering menjadi kotor. Sikap pendendam itu disenangi syaithan, karena seluruh rencana buruknya akan mendapat peluang untuk dipenuhi. Dan jangan suka membesar-besarkan permasalahan dan kesalahan orang lain yang sebenarnyaa kecil. Karena bara api yang kecil bila ditiup angin akan menjadi kobaran api yang bisa melalap apa saja. Lihatlah orang lain apalagi saudara sendiri dengan cinta dan kasih sayang. Dengan kasih sayang dunia menjadi lapang, kehidupan menjadi bahagia. Terapkan dalam kehidupan cara berpikir positif dan melihat seseorang dengan khusnudzon (berbaik sangka). Melihat dan menilai seseorang hendaknya seperti melihat satu gelas yang berisiair. Lihatlah isinya dan jangan lihat yang kosongnya. Bila kita melihat yang kosonya sekalipun yang kosong hanyalah sebahagian kecil dari gelas itu, maka isi yang banyakpun menjadi tidak berarti. Tapi bila yang dilihat isinya, sekalipun isinya sedikit, pasti ada manfaatnya. (HR Muslim)
7.      Hilangkan sifat pemarah dan emosional
Pemarah adalah sikap syaithaniyah. Karena marah itu adalah merupakan hembusan nafas syaithan kedalam diri seseorang. Bila sifat ini merasuk kedalam hati, maka seseorang akan bersikap kasar dan menjadi emosional, baik dalam menyikapi orang dengan kata-kata atau tindakan fisik. Rasulullah SAW bersabda: "Orang-orang beriman itu bukanlah pencela, bukan pengutuk, bukan kasar ataupun keji perkataannya dan bukan pula pengecut". (HR Ahmad). Memarahi seseorang artinya kita telah menanamkan satu titik hitam (kebencian) dihati orang yang dimarahi, dan berbekas untuk selamanya serta sulit untuk dilupakan. Emosional adalah gambaran dan luapan kemarahan yang tak terkendali. Orang yang emosi tersebut, ketika itu dadanya seperti dipukuli oleh dentuman jantungnya yang sangat kencang. Nafasnya menjadi sesak dan perasaannya menjadi galau dan gelisah. Obatnya tak lain adalah dengan bersabar atau menahan diri. Bersabar artinya adalah menformulasikan satu kekuatan diri untuk menahan gejolak yang datang dari dalam diri sendiri dengan tidak mengekspresikan dalam bentuk kata-kata, wajah ataupun kepalan tangan.



No comments:

Post a Comment