Berfilsafat
itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal ini
disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti
berpikir itu ada manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk
direalisasikan dari berpikir itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang
pasti/sudah ada planning dan contohnya, dan yang paling utama hasil dari
berpikir itu bermanfaat bagi orang banyak, tapi berpikir tidak berarti
berfilsafat, karena isi dari berpikir itu belum tentu bermakna atau mempunyai
tujuan yang jelas atau mungkin hanya khayalan saja.
Filsafat
membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran
substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek,
serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap. Orang yang
berpikir filsafat harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai berikut:
1. Berpikir filsafat Radikal. Yaitu berpikir sampai ke
akar-akarnya, sampai pada hakekat atau substansi, esensi yang dipikirkan. Sifat
filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu
menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
2. Berpikir filsafat Universal. Yaitu berpikir kefilsafatan
sebagaimana pengalaman umumnya. Misalnya melakukan penalaran dengan menggunakan
rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat
memperoleh kebenaran dengan menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini.
Hanya orang tertentu saja.
3. Berpikir filsafat Konseptual. Yaitu dapat berpikir melampaui
batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga menghasilkan pemikiran baru yang
terkonsep.
4. Berpikir filsafat Koheren dan
Konsisten. Yaitu
berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada umumnya
dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
5. Berpikir filsafat Sistematis. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan
antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan berdasarkan
azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
6. Berpikir filsafat Komprehensif. Yaitu dalam berpikir filsafat, hal,
bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus mencakup secara menyeluruh
sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa ataupun yang berada
diluarnya.
7. Berpikir filsafat Bebas. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan
tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh pengalaman sejarah ataupun
pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan social budaya, adat
istiadat, maupun religius.
8. Berpikir filsafat Bertanggung jawab. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan
harus bertanggungjawab terutama terhadap hati nurani dan kehidupan sosial.
Sedangkan ciri-ciri orang
berfilsafat adalah sebagai berikut:
1. Deskriptif merupakan upaya
pengolahan sebuah objek menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara
jelas/terperinci dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh manusia.
Deskriptif diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar
pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain sehingga
mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol. Pada umumnya deskriptif
menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya? Bagaimana bunyinya?
Lalu bagaimana rasanya?
2. Kritis atau
Analitis merupakan
suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, mensintesis, menganalisis
fakta, menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik
kesimpulan, dan memecahkan masalah atau mengevaluasi berbagai informasi yang
didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, dimana hasil proses ini
digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan/keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan.
3. Evaluatif merupakan proses
penilaian/pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya
mencapai tujuan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan
digunakan sebagai analisis situasi berikutnya.
4. Spekulatif sering disebut tindakan asal-asalan
yaitu tindakan yang hanya didasarkan oleh tebakan atau perkiraan manusia yang
tidak berdasar atau tindakan mencoba-coba. Spekulatif sering diterapkan pada
pemain sepak bola, saat mereka mencoba menendang ke arah gawang, terkadang
berhasil dan terkadang meleset. Pelajar juga sering dihadapkan dengan
masalah-masalah seperti itu. Misalnya, dalam menjawab soal-soal ujian yang tak
terduga dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Guru atau Dosen yang sama sekali
belum diketahui jawabannya. Memang dalam hal ini resiko tertinggi hanyalah
mendapat nilai yang tidak memuaskan. Akan tetapi, kepuasan akan lebih terpancar
ketika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kemampuan sendiri tanpa
mengharap bantuan teman. Tindakan spekulatif juga harus di dasari pada logika
yang sesuai sehingga menghasilkan jawaban-jawaban yang spektakuler dan tajam
serta mendekati kebenaran bahkan bisa benar.
5. Sistematis merupakan segala usaha untuk
meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur
dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat
menyangkut obyeknya.
Dalam mengemukakan jawaban terhadap
suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses
befilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan
terkandung maksud dan tujuan tertentu tersusun secara logis. Dalam berpikir,
masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu
keseluruhan, sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang filosofis.
6. Mendalam artinya pemikiran yang dalam sampai
pada hasil yang fundamentalis atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga
dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak
hanya berhenti pada kulitnya saja, tetapi tembus sampai ke kedalamannya.
7. Mendasar artinya berpikir sampai pada
hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang
berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki,
yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi.
8. Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena
tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu.
Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan-hubungan antara ilmu yang satu
dengan ilmu yang lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup.
Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
Muatan kebenarannya sampai tingkat umum, mengarah pada pandangan dunia,
mengarah pada realitas hidup dan realitas kehidupan umat manusia secara
keseluruhan.
Referensi:
No comments:
Post a Comment