Wednesday, December 14, 2016

Ciri-Ciri Berrpikir dan Ciri Berfilsafat



Berfilsafat itu berarti berpikir, tapi berpikir itu tidak berarti berfilsafat. Hal ini disebabkan oleh berfilsafat berarti berpikir artinya dengan bermakna dalam arti berpikir itu ada manfaat, makna, dan tujuannya, sehingga mudah untuk direalisasikan dari berpikir itu karena sudah ada acuan dan tujuan yang pasti/sudah ada planning dan contohnya, dan yang paling utama hasil dari berpikir itu bermanfaat bagi orang banyak, tapi berpikir tidak berarti berfilsafat, karena isi dari berpikir itu belum tentu bermakna atau mempunyai tujuan yang jelas atau mungkin hanya khayalan saja.
Filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan pemahaman yang lengkap. Orang yang berpikir filsafat harus mengindahkan ciri-ciri berpikir sebagai berikut:
1.      Berpikir filsafat Radikal. Yaitu berpikir sampai ke akar-akarnya, sampai pada hakekat atau substansi, esensi yang dipikirkan. Sifat filsafat adalah radikal atau mendasar, bukan sekedar mengetahui mengapa sesuatu menjadi demikian, melainkan apa sebenarnya sesuatu itu, apa maknanya.
2.      Berpikir filsafat Universal. Yaitu berpikir kefilsafatan sebagaimana pengalaman umumnya. Misalnya melakukan penalaran dengan menggunakan rasio atau empirisnya, bukan menggunakan intuisinya. Sebab, orang yang dapat memperoleh kebenaran dengan menggunakan intuisinya tidaklah umum di dunia ini. Hanya orang tertentu saja.
3.      Berpikir filsafat Konseptual. Yaitu dapat berpikir melampaui batas pengalaman sehari-hari manusia, sehingga menghasilkan pemikiran baru yang terkonsep.
4.      Berpikir filsafat Koheren dan Konsisten. Yaitu berpikir kefilsafatan harus sesuai dengan kaedah berpikir (logis) pada umumnya dan adanya saling kait-mait antara satu konsep dengan konsep lainnya.
5.      Berpikir filsafat Sistematis. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan antara satu konsep dengan konsep yang lain memiliki keterkaitan berdasarkan azas keteraturan untuk mengarah suatu tujuan tertentu.
6.      Berpikir filsafat Komprehensif. Yaitu dalam berpikir filsafat, hal, bagian, atau detail-detail yang dibicarakan harus mencakup secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi bagian-bagian yang tersisa ataupun yang berada diluarnya.
7.      Berpikir filsafat Bebas. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan tidak ditentukan, dipengaruhi, atau intervensi oleh pengalaman sejarah ataupun pemikiran-pemikiran yang sebelumnya, nilai-nilai kehidupan social budaya, adat istiadat, maupun religius.
8.      Berpikir filsafat Bertanggung jawab. Yaitu dalam berpikir kefilsafatan harus bertanggungjawab terutama terhadap hati nurani dan kehidupan sosial.

Sedangkan ciri-ciri orang berfilsafat adalah sebagai berikut:
1.      Deskriptif merupakan upaya pengolahan sebuah objek menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas/terperinci dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh manusia. Deskriptif diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol. Pada umumnya deskriptif menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya? Bagaimana bunyinya? Lalu bagaimana rasanya?
2.      Kritis atau Analitis merupakan suatu proses intelektual dalam pembuatan konsep, mengaplikasikan, mensintesis, menganalisis fakta, menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat perbandingan, menarik kesimpulan, dan memecahkan masalah atau mengevaluasi berbagai informasi yang didapat dari hasil observasi, pengalaman, refleksi, dimana hasil proses ini digunakan sebagai dasar saat mengambil tindakan/keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
3.      Evaluatif merupakan proses penilaian/pengukuran akan efektifitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi berikutnya.
4.      Spekulatif sering disebut tindakan asal-asalan yaitu tindakan yang hanya didasarkan oleh tebakan atau perkiraan manusia yang tidak berdasar atau tindakan mencoba-coba. Spekulatif sering diterapkan pada pemain sepak bola, saat mereka mencoba menendang ke arah gawang, terkadang berhasil dan terkadang meleset. Pelajar juga sering dihadapkan dengan masalah-masalah seperti itu. Misalnya, dalam menjawab soal-soal ujian yang tak terduga dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Guru atau Dosen yang sama sekali belum diketahui jawabannya. Memang dalam hal ini resiko tertinggi hanyalah mendapat nilai yang tidak memuaskan. Akan tetapi, kepuasan akan lebih terpancar ketika dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kemampuan sendiri tanpa mengharap bantuan teman. Tindakan spekulatif juga harus di dasari pada logika yang sesuai sehingga menghasilkan jawaban-jawaban yang spektakuler dan tajam serta mendekati kebenaran bahkan bisa benar.
5.      Sistematis merupakan segala usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut obyeknya. Dalam mengemukakan jawaban terhadap suatu masalah, para filsuf memakai pendapat-pendapat sebagai wujud dari proses befilsafat. Pendapat-pendapat itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung maksud dan tujuan tertentu tersusun secara logis. Dalam berpikir, masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan, sehingga dapat tersusun suatu pola pemikiran yang filosofis.
6.      Mendalam artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamentalis atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya berhenti pada kulitnya saja, tetapi tembus sampai ke kedalamannya.
7.      Mendasar artinya berpikir sampai pada hakikat, esensi atau sampai pada substansi yang dipikirkan. Manusia yang berfilsafat dengan akalnya berusaha untuk dapat menangkap pengetahuan hakiki, yaitu pengetahuan yang mendasari segala pengetahuan indrawi.
8.      Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan-hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup. Berfikir secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Muatan kebenarannya sampai tingkat umum, mengarah pada pandangan dunia, mengarah pada realitas hidup dan realitas kehidupan umat manusia secara keseluruhan.


Referensi:

No comments:

Post a Comment