Thursday, December 29, 2016

Tata Cara Mengurus Jenazah

Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal dunia. Setelah proses pengurusan jenazah, termasuk di dalamnya memandikan, mengkafani, dan menyolatkannya, atau proses lainnya berdasar ajaran agama masing-masing, biasanya mayat dikuburkan atau dikremasi (dibakar). Proses pengurusan jenazah ini biasanya dilakukan oleh keluarga jenazah dengan dukungan pemuka agama.
A.    Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.  Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yang artinya:
“Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang dicampakkan oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara”.” (H.R. al-Bukhari: 1208, dan Muslim: 1206)

Hadits Ummu ‘Athiyah rodhiyallohu ‘anha:
“Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam memasuki tempat kami, sedangkan kami tengah memandikan jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka beliau bersabda: “Mandikanlah dia dengan tiga atau lima atau lebih jika hal itu diperlukan…” (HR. Bukhori dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan yaitu:
1.         Orang yang utama memandikan jenazah
2.         Untuk mayat laki-laki

Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.
1.      Untuk mayat perempuan.
Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.
2.      Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan.
Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
3.      Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang artinya:
“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi)

B.     Syarat bagi orang yang memandikan jenazah
1.        Muslim, berakal, dan baligh.
2.        Berniat memandikan jenazah.
3.        Jujur dan sholeh
4.        Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang diaajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

C.     Mayat yang wajib untuk dimandikan.
1.      Mayat seorang muslim dan bukan kafir.
2.      Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan.
3.      Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan.
4.      Bukan mayat yang mati syahid.

D.    Tata cara memandikan jenazah
1.    hal-hal yang perlu dipersiapkan:
1.        Sediakan tempat mandi.
2.        Air bersih.
3.        Sabun mandi.
4.        Sarung tangan
5.        Sedikit kapas
6.        Air kapur barus.
2 . Cara memandikan.
1.    Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.    Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.    Air bersih.
4.    Sediakan air sabun.
5.    Sediakan air kapur barus.
6.    Istinjakkan mayat terlebih dahulu.
7.    Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
     ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya.
8.    Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara
perlahan-lahan.
9.    Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.     Kemudian siram dengan air yyang bersih seluruh anggota mayat sambil
       berniat.

Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِهَذَاالْمَيِّتِ للهِ تَعَالَى
Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِهَذِهِ الْمَيِّتَةِ للهِ تَعَالَى
1.        Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
2.        Siram sebelah kanan 3 kali.
3.        Siram sebelah kiri 3 kali.
4.        Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan
sebelah belakang.
5.        Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
6.        Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.
7.        Setelah itu siram dengan air kapur barus.
8.        Setelah itu jenazahnya diwudukkan.
 
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
                                                    نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِهَذَاالْمَيِّتِ للهِ تَعَالَى
   “aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”   
                                                    نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِهَذِهِ الْمَيِّتَةِ للهِ تَعَالَى
    “aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”

                 
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah lelaki hendaklah dimandikan oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh perempuan. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada seluruh badan  mayat.

E.     Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
1.        Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
      menutupi seluruh tubuh mayat.
2.        Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3.        Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi     
      mayat perempuan 5 lapis.
4.        Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
      jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5.        Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mayat laki-laki
a.         Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b.        Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c.         Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d.        Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
e.         Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan.
f.         Jika kain  kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

2.      Untuk mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
a.         Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b.        Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c.         Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d.        Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e.         Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

F.      Menyolatkan Mayit
Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:
a.       Berniat (di dalam hati).
b.      Berdiri bagi yang mampu.
c.       Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
d.      Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
e.       Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma
sholli ‘ala Muhammad).
f.       Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari
shalat jenazah.
g.      Salam setelah takbir keempat.

G.    Menguburkan Mayit
a.         Mayit dikuburkan di liang lahat dengan diarahkan ke arah kiblat.
b.        Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan lemah lembut.
c.         Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
H.    Larangan Terhadap Kubur
Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita karena kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap. Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970).



DAFTAR PUSTAKA


Rasyid Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung, Sinar Baru Algensindo 2014
http://auliyaberbagi.blogspot.co.id/2013/12/tata-cara-mengurus-jenazah.html



No comments:

Post a Comment