Jenazah (Mayat atau Jasad) adalah orang yang telah meninggal dunia.
Setelah proses pengurusan jenazah, termasuk di dalamnya memandikan, mengkafani,
dan menyolatkannya, atau proses lainnya berdasar ajaran agama masing-masing,
biasanya mayat dikuburkan atau dikremasi (dibakar). Proses pengurusan jenazah
ini biasanya dilakukan oleh keluarga jenazah dengan dukungan pemuka agama.
A.
Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang
meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu
sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum
memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi
jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh
mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah
ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yang artinya:
“Bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda mengenai orang yang melakukan ihram, yang dicampakkan
oleh untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan bidara”.” (H.R. al-Bukhari: 1208,
dan Muslim: 1206)
Hadits Ummu
‘Athiyah rodhiyallohu ‘anha:
“Nabi
shollallohu ‘alaihi wa sallam memasuki tempat kami, sedangkan kami tengah
memandikan jenazah anak beliau (yaitu Zainab). Maka beliau bersabda:
“Mandikanlah dia dengan tiga atau lima atau lebih jika hal itu
diperlukan…” (HR. Bukhori dan Muslim)
Adapun
beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu
diperhatikan yaitu:
1.
Orang
yang utama memandikan jenazah
2.
Untuk
mayat laki-laki
Orang yang utama
memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya,
kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.
1.
Untuk
mayat perempuan.
Orang yang
utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya,keluarga terdekat dari
pihak wanita serta suaminya.
2.
Untuk
mayat anak laki-laki dan anak perempuan.
Untuk mayat
anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat
anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya.
3.
Jika
seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki
dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal
sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri,
maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah
seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Hal ini berdasarkan sabda
Rasulullah SAW, yang artinya:
“Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan
tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan
dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu
dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud
dan Baihaqi)
B.
Syarat
bagi orang yang memandikan jenazah
1.
Muslim,
berakal, dan baligh.
2.
Berniat
memandikan jenazah.
3.
Jujur
dan sholeh
4.
Terpercaya,
amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya sebagaimana yang
diaajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.
C.
Mayat
yang wajib untuk dimandikan.
1.
Mayat
seorang muslim dan bukan kafir.
2.
Bukan
bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak
dimandikan.
3.
Ada
sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan.
4.
Bukan
mayat yang mati syahid.
D.
Tata
cara memandikan jenazah
1.
hal-hal
yang perlu dipersiapkan:
1.
Sediakan
tempat mandi.
2.
Air
bersih.
3.
Sabun
mandi.
4.
Sarung
tangan
5.
Sedikit
kapas
6.
Air
kapur barus.
2
. Cara
memandikan.
1.
Letakkan
mayat di tempat mandi yang disediakan.
2.
Yang
memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.
3.
Air
bersih.
4.
Sediakan
air sabun.
5.
Sediakan
air kapur barus.
6.
Istinjakkan
mayat terlebih dahulu.
7.
Kemudian
bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah
ketiaknya, celah jari
tangan dan kaki dan rambutnya.
8.
Mengeluarkan
kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara
perlahan-lahan.
9.
Siram
atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
10.
Kemudian
siram dengan air yyang bersih seluruh anggota mayat sambil
berniat.
Lafaz niat
memandikan jenazah lelaki :
Ù†َÙˆَÙŠْتُ الْغُسْÙ„َ Ù„ِÙ‡َØ°َاالْÙ…َÙŠِّتِ للهِ تَعَالَÙ‰
Lafaz niat
memandikan jenazah perempuan :
Ù†َÙˆَÙŠْتُ الْغُسْÙ„َ Ù„ِÙ‡َØ°ِÙ‡ِ الْÙ…َÙŠِّتَØ©ِ للهِ تَعَالَÙ‰
1.
Siram
atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
2.
Siram
sebelah kanan 3 kali.
3.
Siram
sebelah kiri 3 kali.
4.
Kemudian
memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan
sebelah
belakang.
5.
Memiringkan
mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.
6.
Siram
kembali dari kepala hingga ujung kaki.
7.
Setelah
itu siram dengan air kapur barus.
8.
Setelah
itu jenazahnya diwudukkan.
Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :
Ù†َÙˆَÙŠْتُ
الْÙˆُضُÙˆْØ¡َ Ù„ِÙ‡َØ°َاالْÙ…َÙŠِّتِ للهِ تَعَالَÙ‰
“aku berniat mewudukkan
jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t”
Ù†َÙˆَÙŠْتُ
الْÙˆُضُÙˆْØ¡َ Ù„ِÙ‡َØ°ِÙ‡ِ الْÙ…َÙŠِّتَØ©ِ للهِ تَعَالَÙ‰
“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”
“aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t”
Cara
mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai
dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya. Jenazah
lelaki hendaklah dimandikan
oleh lelaki dan mayat wanita hendaklah dimandikan oleh perempuan. Setelah selesai dimandikan dan
diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada seluruh badan mayat.
E. Hal-hal
yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah adalah:
1.
Kain
kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan
menutupi seluruh tubuh mayat.
2.
Kain
kafan hendaknya berwarna putih.
3.
Jumlah
kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4.
Sebelum
kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani
jenazah, kain kafan hendaknya diberi
wangi-wangian terlebih dahulu.
5.
Tidak
berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
Adapun tata cara mengkafani jenazah adalah
sebagai berikut:
1.
Untuk
mayat laki-laki
a.
Bentangkan
kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta
setiap lapisan diberi kapur barus.
b.
Angkatlah
jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c.
Tutuplah
lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d.
Selimutkan
kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang
lembut.
e.
Ikatlah
dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima
ikatan.
f.
Jika
kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan
daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali
sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.
2.
Untuk
mayat perempuan
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5
lemabar kain putih, yang terdiri dari:
a.
Lembar
pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b.
Lembar
kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c.
Lembar
ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d.
Lembar
keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
F.
Menyolatkan Mayit
Shalat
jenazah terdapat tujuh rukun:
a.
Berniat (di dalam hati).
b.
Berdiri bagi yang mampu.
c.
Melakukan empat kali takbir (tidak
ada ruku’ dan sujud).
d.
Setelah takbir pertama, membaca Al
Fatihah.
e.
Setelah takbir kedua, membaca
shalawat (minimalnya adalah allahumma
sholli ‘ala Muhammad).
f.
Setelah takbir ketiga, membaca doa
untuk mayit. Inilah maksud inti dari
shalat jenazah.
g.
Salam setelah takbir keempat.
G.
Menguburkan Mayit
a.
Mayit dikuburkan di liang lahat
dengan diarahkan ke arah kiblat.
b.
Mayit dimasukkan dalam kubur dengan
mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan lemah lembut.
c.
Bagi yang memasukkan ke liang lahat
hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan
nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
H.
Larangan Terhadap Kubur
Dilarang mendirikan bangunan di atas
kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat dalam madzhab Syafi’i namun
banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita karena kubur yang ada saat
ini dipasang kijing, marmer dan atap. Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi
semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR.
Muslim no. 970).
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung, Sinar Baru Algensindo
2014
http://auliyaberbagi.blogspot.co.id/2013/12/tata-cara-mengurus-jenazah.html
No comments:
Post a Comment