Saturday, December 3, 2016

Filsafat Pendidikan

A.    Pengertian Filsafat Pendidikan

Menurut Wikipedia, filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan menganalisa secara kritis struktur dan manfaat pendidikan.  Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Salah satu yang sering dibicakan dewasa ini adalah pendidikan yang menyentuk aspek pengalaman. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain.
Filsafat dan pendidikan sebenarnya adalah dua istilah yang mempunyai makna sendiri. Akan tetapi ketika digabungkan akan menjadi sebuah tema yang baru dan khusus. Filsafat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari ilmu filsafat secara umum. Filsafat pendidikan memandang kegiatan pendidikan sebagai objek yang dikaji. Ada banyak defisini mengenai filsafat pendidikan tapi akhirnya semua mengatakan dan mengajukan soal kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam rangka menyelesaikan permasalahan pendidikan. Upaya ini kemudian menghasilan teori dan metode pendidikan untuk menentukan gerak semua aktivitas pendidikan.
Menurut Al-Syaibany (1979 : 36), filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat menjadi sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan. Artinya Filsafat pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya. 
Filsafat pendidikan juga bisa didefenisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.
Menurut John Dewey, fisafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia. Sementara menurut Thopmson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara total dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode atau alat-alatnya, tapi juga memiliki dengan sama hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk menemukan hakekat masalah, sedangkana suatu hakekat itu dapat dibakukan melalui proses kompromi (Arifin, 1993: 2).
Menurut Imam Barnadib (1993: 3), filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi suatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan.

B.     Jenis-jenis filsafat pendidikan
1.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Inti dari ajaran filsafat pendidikan idealisme adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi kehidupan manusia, roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut dengan penjelmaan dari roh atau sukma. Menurut paham idealisme guru harus membimbing atau mendiskusikan dengan pesrta didik bukan prinsip-prinsip ekternal, malainkan sebagai kemungkinan-kemungkinan yang perlu dikembangkan, serta juga harus diwujudkan sedapat mungkin watak yang terbaik. Pendidikan bukan menjejalkan pengetahuan dari luar kedalam diri seseorang, melainkan memberikan kesempatan untuk membangun atau mengkonstruksikan pengalaman dalam diri seseorang.
2.      Filsafat Pendidikan Realisme
Realisme dalam berbagai bentuk menurut ahli menarik garis pemisah yang tajam antara yang mengetahui dan yang diketahui, dan pada umumnya cenderung ke arah dualisme atau monisme materialistik. Seorang pengikut materialisme mengatakan bahwa jiwa dan materi sepenuhnya sama. Jika demikian halnya, sudah tentu dapat juga sama-sama dikatakan jiwa adalah materi seperti mengatakan materi adalah nyawa. Tetapi apakah orang berusaha melacak roh samapai kepada materi ataukah materi sampai kepada roh?  Sistem pendidikan realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, dan yang hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.hubungan fisik yang berbeda.
3.      Filsafat Pendidikan Meterialisme
Karakteristik umum pendidikan yang menganut filsafat materialime pendidikan adalah semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kasual (sebab akibat), apa yang dikatakan jiwa dan segala kegiatannya adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau oragan-organ tubuh lainnya, apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan serta kebebasan, hanyalah sekedar nama nama atau semboyan, simbol subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena sosial maupum alam fenomena psikologi adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kasual. 
4.      Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Pendidikan dalam paham ini bukan merupakan suatu proses pembentukandari luar, dan juga bukanmerupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengna sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-pengalaman individu, yangberarti bahwa setiap manusia belajar dari pengalaman. 
5.      Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaan-pengalaman individu. Eksistensi adalah cara manusia hidup. Pendidikan, proses pembelajaran, harus berlangsung sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, tidak ada pemaksaan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan, melainkan ditawarkan. Tuntunlah peserta didik agar dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Guru hendaknya memberian kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan mereka.
6.      Filsafat Pendidikan Progretivisme
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu daerah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa datang. Guru atau pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik terdorong atau terbantu untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal-hal yangpenting bagikehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi. Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar memiliki kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif di dalam kelompok, memecahka masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam kelompoknya.
7.      Filsafat Pendidikan Perenialisme
Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Ciri utama perenialisme memandang bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang tergangganggu oleh kekacauan, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan pangkalan yang demikian ini merupakan tugas yang pertama dari filsafat dan filsafat pendidikan.
Perenialisme bukan merupakan suatu aliran baru dalam filsafat, dalam arti perenialisme bukanlah suatu pengetahuan yang menyusun filsafat baru, yang berbeda dengan filsafat yang telah ada. Teori dan konsep pendidikan perenialisme dilatar belakangi oleh filsafat- filsafat plato sebagai bapak realism klasik, dan filsafat Thomas Aquinas yang mencoba memadukan antara filsafat Aristoteles dengan ajaran (filsafat) gereja katolik yang tumbuh pada zamannya (Abad pertengahan).
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorag untuk bersikap yang tegas dan lurus.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada Abad ke dua puluh.Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.Perenialisme menentang pandangan progrivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru.Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sisio-kultural.Oleh karena itu, perlu ada usaha mengamankan ketidakberesan tersebut.
Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan untuk kembali atau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti ke dalam keadaan ideal. Perenialisme tidak terlihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa keperibadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (yunani kuno) dan kebudayaan abad pertengahan.
a.       Pendidikan
Perenialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau perenial. Tujuan pendidikan, menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.
b.      Kurikulum
Menurut kaum perenialisme harus menekankan pada pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “terpelajar secara kultural”, para siswa harus berhadapan dengan bidang-bidang ini yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia. Kurikulum perenialis Hutchins didasarkan pada asumsi mengenai pendidikan :
1)      Pendidikan harus mengangkat pencairan kebenaran manusia yang berlangsung terus –menerus.
2)      Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan.
3)      Pendidikan harus menstimulasi para mahasiswa untuk berfikir serta mendalami mengenai gagasan-gagasan signifikan.
8.      Filsafat Pendidikan Esensialisme
Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Bringgs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu bangunan filsafat itu sendiri, melainkan suatu gerakan yang memprotes pendidkan progresivisme. ESENSI (Essence) ialah hakikat barang sesuatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari suatu sebagai satuan yang konseptual dan akali.
9.      Filsafat Pendidikan Pancasila
Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spirituaal keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdaasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menyediakan kesempatan atau kondisi optimal bagi terjadinya belajar dan proses pembelajaran. Pendidik berperan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator, memfasilitasi pembelajaran, mengarahkan atau menuntun, dan mendorong peserta didik dlam aktifitas belajarnya agar berlangsung efektif dan efisien.
Selanjutnya dalam UU Sisdiknas tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan pendidikan sebagai berikut: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan memebentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

C.    Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Ruang lingkup filsafat adalah semua lapangan pemikiran manusia yang komprehensif. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar ada (nyata), baik material konkret maupun nonmaterial (abstrak). Jadi, objek filsafat itu tidak terbatas (Muhammad Noor Syam, 1988:22).
Secara makro, apa yang menjadi objek pemikiran filsafat yaitu permasalahan kehidupan manusia, alam semesta, dan alam sekitarnya, juga merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Namun secara mikro, ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
1.      Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the natureof education);
2.      Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the nature of man);
3.      Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama dan kebudayaan; 
4.      Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan;
5.      Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideology), filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan);
6.      Merumuskan system nilai norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan. 
Kesimpulannya, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.

D.    Subjek/Objek Filsafat Pendidikan
Subjek filsafat adalah seseroang yang berfikir/memikirkan hakekat sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Seperti halnya pengetahuan, Maka filsafatpun (sudut pandangannya) ada beberapa objek yang dikaji oleh filsafat:
1.      Obyek material yaitu segala sesuatu yang realitas
a.       Ada yang harus ada, disebut dengan absoluth/ mutlak yaitu Tuhan Pencipta.
b.      Ada yang tidak harus ada, disebut dengan yang tidak mutlak, ada yang relatif (nisby), bersifat tidak kekal yaitu ada yang diciptakan oleh ada yang mutlak (Tuhan Pencipta alam semesta)
2.      Obyek Formal/ Sudut pandangan
Filsafat itu dapat dikatakan bersifat non-pragmentaris, karena filsafat mencari pengertian realitas secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini, maka seluruh pengalaman-pengalaman manusia dalam semua instansi yaitu etika, estetika, teknik, ekonomi, sosial, budaya, religius dan lain-lain haruslah dibawa kepada filsafat dalam pengertian realita.

E.     Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup oleh suatu masyarakat atau bangsa merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa, termasuk aspek pendidikan. Filsafat pendidikan yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa. Sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat itu sendiri. Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem-sistem norma tingkah laku yang didasarkan pada dasar-dasar filsafat yang dijunjung lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin upaya pendidikan dan proses tersebut efektif, dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan (Muhammad Noor Syam, 1988:39). Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan:
1.      Filsafat , dalam arti filosofis, merupakan satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli. 
2.      Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memilki relevansi dengan kehidupan yang nyata. 
3.      Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan (pedagogic).
Menurut Ali Saifullah, antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan terdapat hubungan yang suplementer: filsafat pendidikan sebagi suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatian dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah, yaitu: 
1.      Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan. 
2.      Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat (Zuhairini, 1992:18).
Bahwa antara filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
F.     Fungsi Filsafat Pendidikan
1.      Memahami persoalan pendidikan secara umum,merumuskanya dalam gambaran pokok sebagai pelengkap yang ada dan hubungannya dengan faktor lain.
2.      Penetu arah dan pedoman.
3.      Memberi norma dan pertimbangan.
4.      Filsafat memberikan landasan yang mendasar bagi perkembangan ilmu
5.      Ilmu memberikan bahan untuk berbagai pemikiran para filsuf.
6.      Pengembangan Kurikulum merupakan salah satu aplikasi dari ilmu yang telah dikaji Sehingga harapan terbesar semuanya dapat membantu manusia dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

G.    Manfaat Filsafat Pendidikan
Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua wilayah yaitu humanisme dan akademiSisi humanisme mengembangkan manusia dari segi ketrampilan dan praktik hidup. Sementara aspek akademik menekankan nilai kognitif dan ilmu murni. Keduanya merupakan aspek penting yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan.  Filsafat pendidikan berperan untuk terus menganalisa dan mengkritisi aspek akademik dan humanis demi sebuah pendidikan yang utuh dan seimbang. Filsafat pendidikan akan terus melakukan peninjauan terhadap proses pendidikan demi perkembangan pendidikan yang mencetak manusia handal



Referensi:

No comments:

Post a Comment