A.
Analisa
Saringan Agregat Halus
Analisa
saringan adalah pentuan persentase berat butor agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian
angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir . Sifat-sifat suatu macam agregat
tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu, pengukuran
besarnya butiran agregat merupakan suatu percobaan yang sangat penting
dilakukan dalam bidang ilmu bahan. Besarnya butiran menjadi dasar untuk
pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam agregat tertentu.
Sifat-sifat suatu macam tanah
tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu, pengukuran
besarnya butiran tanah merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan
dalam bidang ini.
Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada
macam-macam tanah tertentu.
Pada analisa ini sangatlah penting dikarenakan sangat mempengaruhi pada
kondisi produk yang akan dibuatkan. Pada agregat halus banyak lagi macam
macamnya menurut ukurannya masing masing. Ukuran yang berbeda beda ini juga
harus di perhitungkan tidak bisa sembarangan dalam memperhitungkannya.
Analisa Saringan dilakukan dengan cara
mengayak dengan menggetarkan contoh agregat kasar melalui Analisa satu set
ayakan, dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan
makin kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat kasar yang diayak
dengan saringan berdiameter #38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm,
#1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm, pan
Dalam
analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang berbeda-beda
disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh agregat kasar
yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus yang tertahan pada masing-masing saringan
ditimbang dan selanjutnya dihitung persentase dari agregat halus yang tertahan
pada saringan tersebut. Bila Wi adalah berat agregat halus yang tertahan pada
saringan ke-i (dari atas susunan saringan) dan W adalah berat agregat halus total,
maka persentase berat yang tertahan adalah :
%tertahan= x100%
|
.............................................(2.1)
Modulus halus butir=
|
...........................................(2.2)
Penyaringan
merupakan metode yang biasanya secara langsung untuk menentukan ukuran partikel
dengan didasarkan pada batas-batas bawah ukuran lubang saringan yang digunakan.
Batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel pasir.
Ukuran saringan yang umum digunakan untuk menentukan ukuran partikel tanah.
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan butir gradasi agregat halus dengan menggunakan saringan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah presentase butiran agregat halus. Seperti yang sudah dijelaskan diatas
kalau agregat halus juga mempunyai kelasnya masing masing, dengan inilah kita
harus membagi bagikan. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang
sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang
sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;
1. Satu
set saringan no 1; ¾; ½;3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 200.
2. Mesin pengguncang (sieve shaker).
3. Timbangan elektrik.
4. Oven.
5. Kuatring
(alat pemisah benda uji).
6. Desicator.
7. Cawan.
8. Pan.
|
9. Kuas.
10. Sendok Agregat
Pada percobaan kali ini alat alat yang
digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah
ini;
B.
Analisa
Saringan Agregat Kasar
Analisa
saringan adalah pentuan persentase berat bruto agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian
angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.Sifat-sifat suatu macam agregat
tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Yang
dimaksudkan dengan analisa saringan agregat ialah penetuan persentase yang
lolos dari satu saringan kemudian angka angka persentase digambarkan pada
grafik pembagian butir. Oleh karena itu, pengukuran besarnya butiran agregat merupakan suatu
percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang ilmu bahan. Besarnya
butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam agregat
tertentu.
Analisa Saringan dilakukan dengan cara
mengayak dengan menggetarkan contoh agregat kasa rmelalui Analisa satu set
ayakan, dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan
makin kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat kasar yang diayak
dengan saringan berdiameter #38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm,
#1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm, pan
Pada analisa ini sangatlah penting
dikarenakan sangat mempengaruhi pada kondisi produk yang akan dibuatkan. Pada
agregat halus banyak lagi macam macamnya menurut ukurannya masing masing.
Ukuran yang berbeda beda ini juga harus di perhitungkan tidak bisa sembarangan
dalam memperhitungkannya.
Dalam
analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang berbeda-beda
disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh agregat kasar
yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus yang tertahan pada masing-masing saringan
ditimbang dan selanjutnya dihitung persentase dari agregat halus yang tertahan
pada saringan tersebut. Bila Wi adalah berat agregat halus yang tertahan pada
saringan ke-i (dari atas susunan saringan) dan W adalah berat agregat halus total,
maka persentase berat yang tertahan adalah :
Modulus halus butir=
|
.................................................(1.1)
%tertahan= x100%
|
.................................................(1.2)
Penyaringan
merupakan metode yang biasanya secara langsung untuk menentukan ukuran partikel
dengan didasarkan pada batas-batas bawah ukuran lubang saringan yang digunakan.
Batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel pasir.
Ukuran saringan yang umum digunakan untuk menentukan ukuran partikel tanah.
Maksud dari percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar adalah sebagai
pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dengan
menggunakan saringan.Tujuan dari percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar
adalah untuk memperoleh besaran/jumlah presentase butiran agregat kasar. . Seperti yang sudah dijelaskan diatas
kalau agregat halus juga mempunyai kelasnya masing masing, dengan inilah kita
harus membagi bagikan Sehingga distribusi yang diperoleh dapat ditampilkan
dalam tabel serta grafik.
Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan
untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat
tersebut diantaranya ;
1. Seperangkat saringan berdiameter
#38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm, #1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm,
#0,15 mm, #0,08 mm,
2. Timbangan Digital.
3. Electrical
SieveShaker (mesin
pengguncang elektrik).
4. Drying
oven dengan suhu ±105o C.
5. Cawan/Wadah/Pan.
6. Desicator.
7. Sendok
8. Kuas
9. Quatring (alat pemisah benda uji).
10. Pan
Pada
percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan
diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini
C.
Abrasi
(Los Angeles Abration)
Untuk menguji
kekuatan agregat dapat menggunakan Los
AngelosAbration Test sesuai dengan SII/SNI (PB. 1989) cara uji kekuatan
dengan menggunakan alat Los Angelos Test. Mesin ini berupa silinder baja yang
tertutup pada keduan sisinya dengan diameter 71 cm dan panjang 50 cm. Silider
bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar, pada siinder terdapat
lubang untuk memasukan benda uji dan tertutup rapat sedemikian hingga, sehingga
permukaan dalam silinder tidak terganggu.
Dibagian dalam
silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. Silinder ini
dilengkapi dengan bola- bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat
masing-masing antara 390 – 445 gram atau sesuai dengan gradasi benda uji (tabel
dilampirkan). Untuk mengetahui nila Los Angelos Silinder diputar dengan
kecepatan 30-33 rpm.
Pada pengerjaan praktikum ini dijalankan dengan
metode tertentu. Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan
agregat kasar dengan ukuran 75 mm (3inci) sampai dengan ukuran 2,36 (saringan
no.8) dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles.
Caranya dengan
mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke 100 kali yang pertama
dibandingakan dengan 500. Umumnya jika butitan yang pecah pada akhir ke 100
sudah lebih besar dari 20% daripada 500 dianggap bagian yang lunak sudah
terlalu banyak .
DaftarTabel 3.1 Sebaran
Gradasi Untuk LAA
|
||||||||
UKURANSARINGAN(MM)
|
BERAT DAN GRADASI BENDA
UJI
|
|||||||
LOLOS
|
TERTAHAN
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
76,5
|
63,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2500
|
-
|
-
|
63,5
|
50,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2500
|
-
|
-
|
50,5
|
38,1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5000
|
5000
|
-
|
38,1
|
25,4
|
1250
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5000
|
25,4
|
19,05
|
1250
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5000
|
19,05
|
12,7
|
1250
|
2500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12,7
|
9,57
|
1250
|
2500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9,57
|
6,35
|
-
|
-
|
2500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6,35
|
4,75
|
-
|
-
|
2500
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4,75
|
2,35
|
-
|
-
|
-
|
5000
|
-
|
-
|
-
|
JUMLAH BOLA
|
12
|
11
|
8
|
6
|
12
|
12
|
12
|
|
BERAT
BOLA (GRAM)
|
5000
|
4584
|
3300
|
2500
|
5000
|
5000
|
5000
|
|
JUMLAH
PUTARAN (KALI)
|
500
|
500
|
500
|
500
|
1000
|
1000
|
1000
|
|
|
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan menggunakan mesin
Pengaus Los Angelos, dengan mana tidak boleh terajadi kehilangan berat lebih
dari 40%.
Maksud
dari percobaan ini adalah sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan suatu agregat
terhadap campuran pada suatu bahan uji. Agregat yang diuji pada pengujian ini
adalah agregat kasar dengan menggunkan mesin Abrasi Los Angeles atau ketahanan
suatu agregat terhadap campuran pada bahan uji. Benda uji yang telah diuji pada
pengujian kali biasanya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan
perkerasan jalan atau konstruksi beton. Sangatlah penting pengujian ini
dilakukan karena adanya produk yang sangat penting untuk infrasrtuktur kota
pada suatu negara.
Tujuan dari percobaan
ini adalah untuk mengetahui besaran nilai dari ketahanan agregat terhadap keausan
dengan menggunakan mesin abrasi LOS ANGELES, sehingga dapat diketahui angka keausan
tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan haus lolos saringan
no.12 terhadap berat semula dalam persen. Benda uji yang telah diuji pada
pengujian kali biasanya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan
perkerasan jalan atau konstruksi beton. Sangatlah penting pengujian ini
dilakukan karena adanya produk yang sangat penting untuk infrasrtuktur kota
pada suatu negara.
Pada praktikum ini harus
menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal
dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;
1. MesinAbrasi
Los Angeles.
2. Saringan
no ¾; ½;3/8;dan 12.
3. Cawan.
4. Timbangan
elektrik.
5. Bola
– bola baja yang berjumlah 11 buah dengan berat masing – masing antara 400 gram
– 440 gram.
6.
Oven.
Pada
percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan
diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini
D.
Berat
Jenis Agregat Halus
Berat jenis SSD disebut juga dengan
berat jenis jenuh kering permukaan (Saturated
and Surface-Dry, SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan
jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 25° C. Pada keadaan ini permukaan agregat kering (tidak ada air),
tetapi butiran-butiran agregat jenuh dengan air. Dengan demikian butiran-butiran
agregat pada keadaan jenuh kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak
menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran aduk beton.
Berat
jenis curah ialah perbandingan antara erat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25o
C. berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 25o C. Berat jenis semua ialah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 25o C. penyerapan ialah perbandingan berat air yang
dapat diserap quarry terhadap berat agregat kering dinyatkan dalam persen.
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan dalam
pengujian untuk menentukan berat jenis semua agregat tersebut dan angka penyerapan.
Pada percobaan ini juga dapat diketahui bahwa juga ada banyak macam macam jenis
agregat yang daya penyerapannya berbeda beda dengan yang lainnya. Dengan demikian
butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap
air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran aduk beton.
Dan pada percobaan ini juga banyak macam macam
kondisi yang harus ditinjau seperti pada saat berat jenis kering permukaan
jenuh. Pada kondisi dimana perbandingan antara berat agregat kering permukaan
jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
Berat jenis semu (apparent specivic
gravity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang
isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu.
Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat
agregat kering. . Pada kondisi dimana perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan jenuh pada suhu
tertentu. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering.
Berat
jenis curah ialah perbandingan antara erat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu ruang. berat jenis
kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan
jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu ruang. Berat jenis semua ialah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada
suhu ruang. penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry
terhadap berat agregat kering dinyatkan dalam persen.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh besaran
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semua dan
besaran angka penyerapan. Dikarenakan sangat pentinglah pada percobaan kali ini
untuk memperoleh nilai nilai diatas untuk memperoleh hasil yang maksimal pada
pembuatan pembuatan seperti beton dan aspal. Dengan adanya perhitungan pada
percobaan ini, maka kita dapat membuat produk beton dan aspal sesuai keinginan
kita.
Pada praktikum ini harus
menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal
dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;
1. Timbangan
elektrik.
2. Picnometer
kapasitas 500 ml.
3. Oven.
4. Vacum
Pump.
5. Kerucut
Abraham dan batang penumbuk.
6. Saringan
no.4.
7. Desicator.
8. Cawan.
9. Kain
Lap.
10. SendokAgregat.
E.
Berat
Jenis Agregat Kasar
Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara
berat agregat kering permukaan jenuh dan air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Jenuh kering muka (saturated and surface-dry, SSD). Pada
keadaan ini permukaan agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran – butiran
agregat jenuh dengan air. Berat jenis relatif jenuh dan permukaan kering dapat
didefinisikan sebagai perbandingan dari berat bahan yang tidak kedap air
diudara dalam keadaan jenuh air dan
permukaan kering kepada berat air dengan volume yang sama di udara.
Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
kering pada suhu 25°. Berat jenis volume agregat dalam keadaan kering oven
adalah perbandingan berat agregat setelah proses pengeringan terhadap volume
agregat dalam air. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi
oleh agregat.
Dan pada percobaan ini
juga banyak macam macam kondisi yang harus ditinjau seperti pada saat berat
jenis kering permukaan jenuh. Pada kondisi dimana perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu tertentu. Berat jenis semu (apparent
specivic gravity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu
tertentu. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering.
Yang
dimaksud dengan :
1.
Berat jenis curah ialah perbandinagn
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C
2.
Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu
perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250
C
3.
Berat jenis semu ialah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C
4.
Penyerapoan ialah perbandingan berat air
yang dapat diserap quarry terhadap
berat agregat kering dinyatakan dalam persen.
Maksud
dari percobaan Berat Jenis Agregat Kasar adalah sebagai pemeriksaan atau pun
pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis semu agregat tersebut dan
angka penyerapannya Pada percobaan ini juga dapat diketahui bahwa juga ada
banyak macam macam jenis agregat yang daya penyerapannya berbeda beda dengan
yang lainnya. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering
muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai
dalam campuran aduk beton. Berat
jenis relatif jenuh dan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai
perbandingan dari berat bahan yang tidak kedap air diudara dalam keadaan jenuh air dan permukaan kering
kepada berat air dengan volume yang sama di udara.
Tujuan
dari percobaan Berat Jenis Agregat Kasar adalah untuk memperoleh besaran/jumlah
berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
dan besaran angka penyerapannya. Dikarenakan sangat pentinglah pada percobaan
kali ini untuk memperoleh nilai nilai diatas untuk memperoleh hasil yang
maksimal pada pembuatan pembuatan seperti beton dan aspal. Dengan adanya
perhitungan pada percobaan ini, maka kita dapat membuat produk beton dan aspal sesuai
keinginan kita.
Pada praktikum ini harus
menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal
dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;
1. Saringan
nomor 4.
2. Kain
Lap.
3. Cawan/Wadah/Pan.
4. Desicator.
5. Timbangan
Digital.
6. Keranjang
Kawat.
7. Bak
Perendam.
8. Oven
F.
Berat
Jenis Aspal
Aspal adalah bahan hidro
karbon yang bersifat melekat (adhesive),
berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering
juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang
dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasaan lentur. Aspal beerasal
dari aspal alam (aspal buton) atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak
bumi. Berdasarkan konsistennya, aspal dapat diklasifikasi menjadi aspal padat,
dan aspal cair.
Aspal atau bitumen adalah
suati cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit
mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam
perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada
suhu ruang, dan cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat
kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama
aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh alifatik, aromatic yang
mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom atom selain hydrogen dan karbon yang juga
menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen belerang, dan beberapa atom lainnya.
Secara kuantitatif, biasanya aspal 80% berasal dari karbon, 10% hydrogen, 6%
belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel,
dan vanadium. Senyawa senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa
molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung
5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.
Berat jenis aspal adalah
perbandingan antara berat aspal padat dan beratair suling dengan isi yang sama
pada suhu 25C atau 15,6C. Aspal merupakan campuran yang digunakan sebagai bahan
perekat antar agregat yang digunakan dalam praktikum perkerasan jalan. Ketika
pengujian dapat terlihat pemakaian kadar aspal dengan persentase yang berbeda
yang nantinya akan berpengaruh terhadap stabilitas perkerasan tersebut. Ketika
kadar aspal yang digunakan terlalu banyak maka akan terjadi stabilitas yang
lemah dan ketika aspal yang digunakan sesuai untuk campuran perkerasan maka
stabilitas yang terjadi pun akan baik. Aspal dijalan raya biasanya tidak tahan
dengan suhu yang sangat panas makanya jika dalam pemakaian aspal terlalu banyak
sering kita lihat campuran bahan perkerasan di jalan raya yang memuai. Di
Indonesia sendiri masih banyak daerah yang mampu memproduksi aspal dengan
kualitas yang sangat baik, terutama hanya ada di daerah timur Indonesia. Karena
suplai aspal ke daerah pulau jawa sangat
jauh jaraknya, maka tidak heran jika jalan raya yang ada di daerah pulau jawa
beralih menggunakan perkesan beton semen (rigid).
Aspal di Indonesia yang sangat baik kualitasnya yaitu ada di daerah Buton.
Daerah ini memiliki cadangan aspal yang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan
aspal di daerah timur Indonesia, aspal yang dihasilkan pun sangat berkualitas,
sehingga banyak daerah di luar Buton yang memakai produk hasil numi daerah
tersebut. Namun semakin pesatnya kebutuhan aspal, jenis aspal ini sangat langka.harga yang diahsilkannya pun
sangat tinggi, sehingga dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan beralih
dengan menggunakan aspal yang ada di daerah lain yang kualitasnya dibawah kualitas
aspal buton.
Maksud
dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan
pengujian berat jenis aspal. Acuan pada pelaksanaan pengujian pada aspal ini
untuk mengetahui berat jenis aspal yang berbeda beda dikarenakan aspal juga ada
beberapa jenisnya.
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan berat jenis aspal dengan picnometer,
sehingga berat jenis aspal padat dapat diketahui
besarnya. Pada percobaan kali ini sangatlah penting dikarenakan pada percobaan
ini kita dapat mengetahui berat jenis masing masing aspal, yang pada
pelaksanaanya kita harus mengetahui peraturan peraturan yang akan dilakukan
dilapangan yang setiap aspal berbeda beda setiap peraturan pelaksaannya
dilapangan.
Pada
praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk
mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut
diantaranya ;
1. Picnometer
2. TimbanganElektrik
3. Water
bath
4. Lap
5. KomporListrik
Pada
praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur yang telah dituliskan dibawah
ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam pengaplikasian pada percobaan kali
ini, inilah prosedur prosedur tersebut;
1. Menyiapkan picnometer kemudian
membersihkannya.
2. Menimbanglah picnometer + tutup dengan
menggunakan timbangan elektrik.
3. Memasukan air kedalam picnometer sampai
penuh kemudian menutupnya.
4. Memasukan picnometer yang telah berisi air
kedalam water bath selama ± 30 menit dengan suhu ± 25 ̊ C.
5. Setelah
merendam, mengeringkan sisi picnometer dengan lap, kemudian menimbangnya
(picnometer + air + tutup).
6. Membuang air dalam picnometer kemudian
mengeringkannya.
7. Setelah
kering, memasukan aspal cair kedalam picnometer sampai ¾ tinggi picnometer dan
mendiamkan selama ± 40 menit.
8. Menimbang picnometer + aspal + tutup.
9. Mengisikan air kedalam picnometer yang
berisi aspal sampai penuh lalu menutupnya.
10. Menimbang picnometer + aspal + air + tutup.
11. Membersihkan dan Mengeluarkan aspal dari dalam
picnometer dengan cara memanasinya hingga leleh dan aspal yang tersisa pada
dinding dalam picnometer dibersihkan dengan cara mengelap menggunakan bensin.
Pada
percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas
mempunyai gambar seperti dibawah ini
G.
Analisa
Pengujian Marshall
Rancangan
campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah
distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM
D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah
pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori
dari campuran padat yang terbentuk. Alat Marshall merupakan alat tekan yang
dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs)
dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan
flowmeter untuk mengukur 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm).
Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90,
atau ASTM D 1559-76.
Pada kondisi
lapangan sebagai contoh jalan di Sulawesi Utara
khususnya didaerah Manado dan Minahasa, baik jalan nasional maupun jalan
propinsi mengalami kerusakan sebelum mencapai umur rencana. Kondisi ini dapat
diakibatkan oleh berbagai factor, antara lain; proses pengerjaan, mutu
material, beban lalu lintas dan kondisi lingkungan (AASHTO 1993). Factor factor
ini bisa sendir sendiri mempengaruhi kinerja konteruksi perkerasan jalan,
tetapi bisa juga mempengaruhi perkerasan jalan secara bersama sama dan pada
akhirnya menyebabkan kerusakan permanen. Mutu material pembentuk lapisan
perkerasan jalan dalam hal ini campuran beton aspal lapis pengikat (Lasto) atau
Asphalt It Concrete Binder Course (AC_-
BC) adalah salah satu factor penentu kinerja lapis perkerasan jalan (ASSHTO,
1993).
Terutama
agregat, mengingat persentase agregat dalam campuran perkerasan dapat mencapai
75-85% dari total volume campuran atau berkisar 90% dari total berat campuran
(Shen, et al, 2004). Besarnya persentase ini tentunya akan memberikan pengaruh
yang besar pada kinerja kontruksi lapis peekerasan yang dibentuknya. Sifat
sifat fisik agregat seperti penyebaran ukuran butir (gradasi) sangat
mempengaruhi kinerja campuran perkerasan sepertikekuata , stabilitas, dayataha,
permeabilitas, daya dukung, ketahan terhadap kelelahan dan kesanggupan untuk
menahan pengaruh kelembapan. Diwaktu yang lalu, ketika perhatian utama banyak
diberikan pada laisan perkerasan beraspal, meskipun sifat dari masing masing
lapisan beraspal dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja lapisan
perkerasan, namun peranan dari agregat gradasi agregat terhadap kelelahan tidak
dapat disangkal. Namun demikian gradasi agregat dapat direkayasa sedemikian
rupa sehinggan memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan, tetapi sifat sifat fisik
dan mekanik yahng lainynya dari agregat seperti abrasi, beradt jenis dan
penyerapan aspal adalah sifat sifat yag tidak dapat direkayasa karena sudah
melekat sebagaimana keberadaaan agregat itu, dan sifat sifat ini akan sangat
menentukan kinerja campuran konstruksi perkerasan jalan, mengingat jumlah aspal
yang akan diserap oleh agregat dalam suatu campuran sangat ditentukan oleh
berat jenis agregat dan penyerapannya.
Ditinjau dari
jumlah anggaran yang dialokasikan untuk setiap proyek pembangunan prasarana
jalan baik jalan nasional maupun jalan propinsi, lebih dari sepertiga dana
pembangunan jalan dihabiskan untuk kebutuhan pengadaan agregat. Tingginya biaya
yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan agregat dalam suatu campuran lapis
perkerasan dan mengingat besarnya pengaruh agregat dalam menentukan kualitas
campuran lapis perkerasan jalan, maka perlu adannya penelitian yang
komprehensif dan mendalam tentang sifat sifat fisik agregat yang digunakan
dalam campuran lapis perkerasan dan pengujian lanjutan tentang sifat sifatmekanis
dari campuran perkerasan, sehinggan kinerja campuran dapat memenuhi tugas utama
dari suatu lapisan perkerasan (lapis permukaan) yakni sebagai lapisan yang
memikul beban dan sebagai lapis tahan aus sehingga umur rencana jalan dapat
dicapai sesuatu dengan yang direncanakan
Untuk mengetahui
tingkat kelayakan dari agregat yang digunakan dalam pencampuran kontruksi
perkerasan jalan, pada peneliti ini akan dilakukan pemeriksaan sifat sifat
fisik dari material agregat dan menghubungkannya dengan anaisa Volumetric
Marshall dari pencampuran aspal panas jenis AC-BC. Dalam penelitian ini
material agregat yang digunakan adalah yang berasal dari daerah Sawangan,
Kakaskasen dan Taleti.
Secara garis
besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan berat jenis
bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan perhitungan
sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan antara lain:
1. Jumlah
benda uji yang disiapkan
2. Persiapan
agregat yang akan digunakan
3. Penentuan
temperature pencampuran dan pemadatan
4. Persiapan
campuran aspal beton
5. Pemadatan
benda uji
6. Persiapan
untuk pengujian Marshall.
Menurut Pedoman Perencanaaan Campuran
Beraspal Panas (1999:5), Laston adalah “lapisan penutup konstruksi perkerasan
jalan yang mempunyai nilai struktural. Campuran ini terdiri atas agregat
bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan
dalam keadaan panas pada suhu tertentu”. Ada beberapa jenis beton aspal
campuran panas, namun dalam penelitian ini jenis beton aspal campuran panas
yang ditinjau adalah AC-BC dan AC-WC.
Laston sebagai lapisan pengikat (Binder
Course) adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan aus. Tidak berhubungan
langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban
lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan dengan tebal nominal
minimum 5 cm. Sedangkan laston sebagai lapis aus (Wearing Course) adalah
lapisan perkerasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan
lapisan yang kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang
disyaratkan dengan tebal nominal minimum 4 cm.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa
muatan kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda
kendaraan (getaran). Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima
oleh masing–masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin besar. Lapisan
yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan ini harus
mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja. Oleh karena itu lapisan
permukaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Lapis
perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan
beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapis
kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke lapisan
dibawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan tersebut.
3. Lapis
aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem dari kendaraan
sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapisan
yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain
yang ada di bawahnya.
Aspal beton (AC) terdiri dari tiga macam
campuran, Laston Lapis Pengikat (AC-BC), Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston
Lapis Pondasi (AC-Base) yang ukuran maksimum masing-masing agregatnya adalah
25.4 mm, 19 mm dan 37,5 mm. Lapis aus permukaan (Wearing Course) mempunyai
fungsi:
1. Menyelimuti
perkerasan dari pengaruh air.
2. Menyediakan
permukaan yang halus.
3. Menyediakan
permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata sehingga aman dan
nyaman untuk dilalui pengguna.
4. Menyebarkan
beban ke lapisan di bawahnya.
Maksud
dari percobaan ini ialah sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian
campuran dengan alat Marshall. Karena sangatlah penting pada percobaan kali ini
untuk mengetahui kadar kadar material yang ada diaspal untuk tidak terjadi
pengerutan pada medan jalan yang diakibatkan beratnya kendaraan yang lewat
diatasnya.
Tujuan
dari Analisa Pengujian Marshall ialah untuk mendapatkan suatu campuran aspal
yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan didalam perencanaan.
Pada
praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk
mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut
diantaranya ;
1.
Lengkap 3 buah cetakan benda uji yang
berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher
sambung.
2.
Mesin penumbuk manual lengkap dengan :
a. Penumbuk
yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat
4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b. Landasan
pemadat yang terdiri dari balok kayu berukuran 20,32 cm x 20,32 cm x 45,72 cm,
dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 cm x 30,48 cm x 2,54 cm di
jangkarkan pada lantai beton di empat bagian sudutnya.
3.
Alat pengeluar benda uji
Untuk
mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji,
dipakai sebuah alat ekstruder berdiameter 10cm.
4.
Alat Marshall lengkap dengan :
a. Kepala
penekan (Breaking Head) berbentuk
lengkung.
b. Cincin
penguji (Proving Ring) kapasitas 2500
kg atau 5000 kg, dilengkapi arloji (dial)
tekan dengan ketelitian 0,25mm beserta pelengkapnya.
5.
Oven yang dilengkapi dengan pengatur
suhu yang mampu memanasi sampai 200°C (± 3°C)
6.
Bak Perendam (Water Bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20-60° (± 1°C)
7.
Timbangan Elektrik.
8.
Pengukur suhu dari logam (Metal Thermometer) berkapasitas 250°C
dan 100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9.
Perlengkapan lain:
a. Pan
b. Sendok
c. Kompor
atau pemanas
d. Sarung
tangan
10.
Bahan penunjang uji
a. Kantong
plastic
b. Gas
elpiji
Pada praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur
yang telah dituliskan dibawah ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam
pengaplikasian pada percobaan kali ini, inilah prosedur prosedur tersebut;
1. Persiapan
Benda Uji
a. Mengeringkan
agregat pada suhu 105o-110oC minimum selama 4 jam,
setelah itu mengeluarkan benda uji dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai
beratnya tetap.
b. Memisahkan
agregat kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan.
c. Memanaskan
aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (Viscositas)
yang disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti
Tabel 7.1.
Tabel
7.1
Tingkat
Kekentalan (Viscositas) Aspal Untuk Aspal Padat Dan Aspal Cair
ALAT
|
PENCAMPURAN
|
PEMADATAN
|
||||
Aspal Padat
|
Aspal Cair
|
Satuan
|
Aspal Padat
|
Aspal Cair
|
Satuan
|
|
Kinematik
Viscosimeter
|
170±20
|
170±20
|
C.ST
|
280±30
|
280±30
|
C.ST
|
Say Bolt Furol
Viscosimeter
|
85±10
(+28oC)
|
85±10
(+14oC)
|
DET
S.F
|
140±15
|
140±15
|
DET
S.F
|
d. Pencampuran
dilakukan sebagai berikut :
1) Untuk
setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga menghasilkan
benda uji kira-kira 63,5mm ± 1,27 mm.
2) Memanaskan
panci/wajan pencampur beserta agregat kira-kira 28oC diatas suhu
pencampuran untuk aspal padat, bila
menggunakan aspal cair, pemanasan sampai 14°C diatas suhu pencampur.
3) Menuangkan
aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 7.1 sebanyak yang
dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kemudian mengaduknya
dengan cepat pada suhu yang sesuai sampai agregat terselimuti aspal secara
merata.
e. Pemadatan
dilakukan sebagai berikut :
1) Membersihkan
perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan memanaskannyasampai
suhu antara 93.3 – 148.9°C.
2) Meletakkan
cetakan diatas landasan pemadat, serta menahannya dengan pemegang cetakan.
3) Meletakkan
selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah diguntingmenurut ukuran
cetakan kedalam dasar cetakan.
4) Memasukkan
seluruh campuran kedalam cetakandan menusuk-tusuk campuran keras-keras dengan
spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10 kali bagian
tengahnya.
5) Melakukan
pemadatan dengan penumbuk sebanyak:
·
75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
·
50 tumbukan untuk lalu lintas sedang
·
35 tumbukan untuk lalu lintas ringan
f. Melepas
pelat alat berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian membalikkan cetakan
yang berisi benda uji dan memasang kembali plat alas berikut leher sambung pada
cetakan yang dibalikkan tadi.
g. Menumbuk
kembali permukaan benda uji yang sudah dibalikan dengan jumlah tumbukan yang
sama.
h. Setelah
pemadatan, melepaskan keping alas dan memasangkan ke alat pengeluar benda uji
pada permukaan ujung ini.
i.
Kemudian mengeluarkan benda uji dengan
hati-hati dan meletakkan benda uji di atas permukaan yang ratadanmembiarkan
selama kira-kira ±24 jam pada suhu ruangan.
2. Persiapan
Pengujian
Persiapan pengujian mencakup :
a. Membersihkan
benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b. Memberikan
tanda pengenal pada masing-masing benda uji,
c. Mengukur
tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
d. Menimbang
benda uji.
e. Merendam
benda uji di dalam air selama ±24jam pada suhu ruangan.
f. Setelah
merendam ±24 jam, kemudian menimbang benda uji dalam air untuk mendapatkan isi.
g. Menimbang
benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
h. Membersihkan
batang penumbuk (guide rod) dan
permukaan dalam dari kepala penekan, sehingga kepala penekan yang ada dapat
meluncur bebas.
3. Cara
Pengujian
Cara menguji dilakukan dengan
langkah seperti berikut :
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya
benda uji dari bak perendam atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak
boleh melebihi 30 detik.
a. Merendam
benda uji dalam bak perendam (water bath)
selama 30-40menit dengan suhu tetap 60oC±1oC untuk benda
uji yang menggunakan aspal padat.
b. Mengeluarkan
benda uji dari bak perendam dan meletakkan benda uji kedalam segmen bawah
kepala penekan.
c. Memasang
segmen atas diatas benda uji dan meletakkan keseluruhannya dalam benda uji.
d. Memasang
arloji pengukur alir (Flow) pada
kedudukannya atas salah satu batang penuntun dan mengatur kedudukan jarum penunjuk
pada angka nol sementara selubung tangkai(sleeve)
dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e. Menaikan
kepala beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin penguat sebelum
memberikan pembebanan.
f. Menekan
alur arloji pada kedudukan angka nol
g. Memberikan
pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50mm/menit sampai
pembebanan maksimum tercapai.
h. Mencatat
nilai akhir (flow) yang ditunjukan
oleh jarum arloji pengukur alir pada saat pembebanan maksimum.
H.
Penetrasi
Aspal
Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat
penting, itu dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Penetrasi
adalah masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik
dengan beban 100 gram pada suhu 25o
C (SNI 06 – 2456 -1991). Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan
kelembekan suatu aspal. Semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal
tersebut dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi makan aspal tersebut
semakin keras.
Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna
hitam kecoklatan tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang
didapat dari alam atau dari proses pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen
adalah bahan berwarna hitam, dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga
bersifat lembek (malthine).
Klasifikasi
aspal sendiri dapat dilihat pada RSNI S-01-2003
Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan
temperature perlu dilakukan sehingga diperoleh informasi rentang temperature
yang baik untuk pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna
hitam, dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek
(malthine) Kepekaan tehadap temperature akan menjadi dasar perbedaan umur aspal
untuk menjadi retak atau mengeras.
Penetuan penetrasi adalah suatu cara untuk
mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan
aspal yang sangat dipengaruhi oleh suatu temperature. Untuk aspal keras atau
lembek penentuan konsistensi dilakukan dengan penetrometer.
Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu
masuknya jarum penetrasi dengan beban
tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25o C selama 5
detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1mm.
Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif
terhadap aspal dengan angka penetrasi berkisar 50-200. Seandainya kurang atau
melebihi dari angka tersebut maka konsentrasi dari penetrasi tersebut kurang
efektif pada aspal tersebut.
Maskud pada percobaan ini adalah untuk mengetahui
dan menetukan persentase kadar residu dalam aspal emulsi. Pada percobaaan ini
dapat dilakukan untuk mengetahui dan memahami sifat sifat fisik, mekanik dan
teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan benar.
Tujuan dari percobaan ini mahasiswa akan dapat
mengetahui sera memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai
bahan perkerasan jalan dengan benar. Setelah melakukan pekerjaan ini mahasiswa
dapat ;
1.
Menentukan nilai penetrasi aspal leras (solid)
2.
Menjelaskan prosedur pelaksanaan
pengujian penetrasi aspal keras memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu
beban dan waktu tertentu ke dalam aspal pada suhu tertentu.
3.
Menggunakan peralatan dengan terampil.
Pada
praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk
mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut
diantaranya ;
1. Labu
gelas berleher panjang dengan cabang berkapasitas 500 ml
2. Alat
penyuling lengkap, terdiri dari
·
Labu gelas
·
Tabung pendingin
3.
Tabung pengarah
4.
Tabung penerima (gelas ukur 100 ml)
5.
Thermometer
6.
Pembakaran gelang
7.
Timbangan ketelitian
Pada praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur
yang telah dituliskan dibawah ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam
pengaplikasian pada percobaan kali ini, inilah prosedur prosedur tersebut;
1.
Merendam cawan yang telah diisi dengan
aspal cair tersebut kedalam tanah yang telah diisi dengan air suling sampai
bagian aspal tersebut tercelup semua. Kemudian diamkan dalam ruangan bersuhu
(25oC) selama 1 jam.
2.
Memeriksa pemegang jarum pada alat
penetrometer agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum tersebut
pada pemegang jarum.
3.
Memasang pemberat 50 gram diatas jarum
untuk memperoleh beban seberat 100 gram.
4.
Memindahkan nampan air yang berisi benda
uji tersebut kebawah alat penetrasi.
5.
Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga
jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah arloji (jarum
penunjuk penetrasi) penetrometer pada angka 0.
6.
Pemegang jarum dilepas dan secara
bersamaan jalankan stop watch selama jangka waktu 5 detik.
7.
Arloji penetrometer diputar berihkan dan
siapkan alat penetrasi untuk pembacaan berikutnya.
8.
Melakukan pembacaan penetrasi diatas
tidak kurang dari 5 kali pada benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap
titik pemeriksaan berjarak satu sam lain dan dari tepi dinding cawan tidak
kurang dari 10 mm.
Pada
percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan
diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;
I.
Persentase
Kadar Residu dan Aspal Emulsi
Aspal Emulsi Aspal emulsi yang digunakan untuk
campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi adalah
jenis aspal emulsi kationik CSS-1h atau CSS-1. Aspal Emulsi yang digunakan
untuk lapis ikat dan lapis resap ikat aspal emulsi kationik CRS-h yang dibuat
secara fabrikasi dan harus memenuhi persyaratan sesuai Tabel 5.3. Tabel 5.3.
Persyaratan aspal emulsi kationik Jenis Pengujian Metode Pengujian CRS-h CSS-1
CSS-1h Kekentalan Saybolt Furol pada 25oC, detik SNI 06-6721-2002 20-100 20-100
20-100 Pengendapan, 1 hari, % Maks. 1 Maks. 1 Maks. 1 Tes klasifikasi baik baik
baik Pemeriksaan muatan listrik Positif Positif Positif Analisa
ayakan/saringan, % Maks. 0,10 Maks. 0,10 Maks. 0,10 Pemeriksaan hasil
penyulingan: - Kadar minyak dari emulsi, % - Sisa Penyulingan Penetrasi,
25oC,100gr, 0,1mm Daktilitas, 25oC, cm Kelarutan terhadap C2HCl3, % berat SNI
03-6832-2002 SNI 03-4798-1998 SNI 06-2456-1991 SNI 06-2432-1991 RSNI M-04-2004
Maks.3 Min. 65 100-250 Min.40 Min.97 - Min.57 100-250 Min. 40 Min.97,5 - Min.57
40-90 Min. 40 Min.97,5 Hasil Uji campuran semen,% SNI-03-4798-1998 - Maks. 20 -
2) Asbuton Butir a) Jenis Asbuton Butir yang akan digunakan harus kering, homogen,
bebas dari bahan organik, lempung dan bahan-bahan lain yang tidak diijinkan.
Asbuton Butir yang digunakan dapat dipilih salah satu tipe
Takaran pemakaian Asbuton Butir harus sesuai dengan
Formula Campuran Rancangan (DMF). Namun demikian, untuk acuan bahwa penggunaan
asbuton butir untuk masing-masing tipe adalah maksimum 5% untuk Asbuton Butir
Tipe 5/20, maksimum 7% untuk Asbuton Butir Tipe 15/20, maksimum 8,5% untuk
Asbuton Butir Tipe 15/25 dan maksimum 10,5% untuk Asbuton Butir Tipe 20/25.
Metoda kerja proses pencampuran serta lama pencampurannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya. Asbuton Butir yang akan digunakan harus dalam
kemasan kantong atau kemasan lain yang kedap air serta mudah penanganannya saat
dicampur di ruang pencampur (pugmill). Asbuton butir tersebut harus ditempatkan
padaBuku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 8 tempat yang kering dan beratap
sehingga terlindung dari hujan atau sinar matahari langsung. Tinggi penimbunan
Asbuton butir tidak boleh lebih dari 2 meter. Kemasan asbuton harus memiliki
label yang jelas dan memuat informasi berikut: · logo pabrik · kode pengenal antara lain tipe, berat, penetrasi
bitumen, diameter butir dan kelas kadar bitumen asbuton
Jenis
pengujian dan persyaratan Asbuton Butir Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian
Tipe 5/20 Tipe 15/20 Tipe 15/25 Tipe 20/25 Kadar bitumen asbuton; % SNI
03-3640-1994 18-22 18 - 22 23-27 23 - 27 Ukuran butir - Lolos Ayakan No 4 (4,75
mm); % SNI 03-1968-1990 100 100 100 100 - Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI
03-1968-1990 100 100 100 Min 95 - Lolos Ayakan No 16 (1,18 mm); % SNI
03-1968-1990 Min 95 Min 95 Min 95 Min 75 Kadar air, % SNI 06-2490-1991 Maks 2
Maks 2 Maks 2 Maks 2 Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5 detik; 0,1 mm
SNI 06-2456-1991 ≤10 10 - 18 10 - 18 19 - 22 Keterangan: 1. Asbuton butir Tipe
5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20 %. 2. Asbuton
butir Tipe 15/20 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20 %. 3.
Asbuton butir Tipe 15/25 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen
25 %. 4. Asbuton butir Tipe 20/25 : Kelas penetrasi 20 (0,1 mm) dan kelas kadar
bitumen 25 %. 3) Aspal Cair cutback Untuk bahan lapis ikat dan lapis resap
ikat, sealin aspal Emulsi dapat juga menggunkaan aspal cair cutback. Jenis aspal
cair cutback untuk lapis ikat adalah aspal cair cutback jenis RC-250 yang
dibuat dari aspal keras pen 60 ditambah premium. Sedangkan untuk lapis resap
ikat dapat menggunakan aspal cair cutback jenis MC-30 atau MC-70 yang dibuat
dari aspal keras pen 60 ditambah kerosin.
Ketiga jenis
aspal cair yang akan digunakan sebagai lapis ikat dan lapis resap ikat harus
memenuhi persyaratan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Jenis
pengujian dan persyaratan Aspal Cair (Cutback) Jenis Pengujian Metode Pengujian
MC-30 MC-70 MC-250 MC-800*) RC-250 Kekentalan kinematic pada 60oC,Cst SNI
06-6721-2002 30 – 60 70–140 250–500 800-1600 250-500 Titik nyala (TOC), oC SNI
06-2433-1991 Min.38 Min.38 Min. 66 Min.26 Min.27 Kadar Air, % SNI 06-2490-1991
Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Penyulingan, % isi : SNI
06-2488-1991 Sulingan sampai 225 oC Maks.25 0-20 0-10 - Min.35 260 oC 40-70
20-60 15-55 0-35 Min.60 315 oC 75-93 65-90 60-87 45-80 Min.80 sisa pada 360 oC
Min.50 Min.55 Min.67 Min.75 Min.67 Pengujian Sisa Penyulingan: -Penetrasi, 0,1
mm SNI 06-2456-1991 - 120 – 250 120 – 250 120-250 80-120 -Kekentalan absolut
pada 60oC, Poise 300-1200 300-1200 300-1200 300-1200 600-2400 -Daktilitas, cm
SNI 06-2432-1991 Min.100 Min.100 Min.100 Min.100 Min.100 -Kelarutan dalam
C2HCl3, % berat SNI 06-2438-1991 Min.99 Min.99 Min.99 Min.99 Min.99 Pelekatan
dalam air, % permukaan tertutup SNI 03-2439-1991 Min.80 Min.80 Min.80 Min.80
Min.80 Spot Test AASHTO T 102 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif *) untuk
campuran dingin diambil MC-800 dengan viskositas di atas 1500 Cst.Buku 5:
Pedoman Pemanfaatan Asbuton 9 5.2.2. Persyaratan campuran
Gradasi agregat gabungan Gradasi gabungan untuk
campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi,
ditunjukkan dalam persen berat, harus memenuhi batasbatas yang diberikan dalam
Tabel 5.6. Gradasi gabungan merupakan gradasi dari agregat kasar, halus dan
mineral asbuton. Tabel 5.6. Gradasi gabungan campuran beraspal dingin dengan
asbuton butir dan peremaja aspal emulsi Persyaratan Gradasi Gabungan Ukuran
Saringan Lapis Permukaan Lapis Antara Nominal 12,5 mm Nominal 19 mm 1” (25) 100
¾ ” (19) 100 90 - 100 ½ ” (12,5) 90 - 100 - 3/8 ” (9,5) 68 -85 60 - 80 No. 4
(4,76) 45 -70 35 – 65 No. 8 (2,36) 25 -55 20 - 50 No. 50 (0,300) 5 - 20 3 - 20
No. 200 (0,075) 2 - 9 2 - 8 b. Komposisi Umum Campuran Campuran beraspal dingin
dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi terdiri atas agregat, filler dan
asbuton butir. Sifat campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja
aspal emulsi harus memenuhi persyaratan
Persyaratan campuran beraspal dingin dengan asbuton
butir dan peremaja aspal emulsi Sifat campuran Persyaratan Jumlah tumbukan 2 x
50 Rongga di antara mineral agregat (VMA), (%) Min. 16 Rongga dalam campuran (VIM)
Marshall, (%) 3 -12 Stabilitas Marshall pada 22 oC, (kg) Min. 450 Stabilitas
sisa setelah perendaman 4 x 24 jam (%) Min. 60 Tebal film aspal, mikron Min. 8
Penyelimutan agregat kasar , % Min. 75 5.2.3. Persyaratan hasil pelaksanaan a.
Toleransi terhadap formula campuran kerja yang diijinkan Seluruh campuran
beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang dihampar
dalam pekerjaan harus sesuai dengan Formula Campuran Kerja, dalam batas rentang
toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 5.8.Buku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton
10 Tabel 5.8. Toleransi campuran Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Sama
atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat 2,36 mm sampai No.50 ±
3 % berat total agregat No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
No.200 ± 1 % berat total agregat Kadar aspal Toleransi Kadar aspal ± 0,3 %
berat total campuran b. Persyaratan kepadatan 1) Kepadatan semua jenis campuran
beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang telah
dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang
dari 98%
Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density). 2)
Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan
peremaja aspal emulsi dan pemadatan benda uji di laboratorium masingmasing
harus sesuai dengan RSNI M-01-2003. 3) Kepadatan campuran beraspal dingin
dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi dianggap telah memenuhi
persyaratan, bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih
besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 5.9. Bilamana rasio kepadatan
maksimum dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama
yang mewakili setiap lokasi yang diukur lebih besar dari 1,08 maka benda uji
inti tersebut harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Tabel 5.9. Persyaratan kepadatan Kepadatan yang disyaratkan (% JSD) Jumlah
benda uji per pengujian
Kepadatan Minimum Rata-rata (% JSD) Nilai minimum
setiap pengujian tunggal (% JSD) 3 - 4 98,1 95 5 98,3 94,9 98 6 98,5 94,8 c.
Persyaratan ketebalan dan kerataan hamparan 1) Bilamana campuran beraspal
dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang dihampar lebih dari
satu lapis, seluruh tebal lapisan beraspal tidak boleh lebih dari toleransi
yang disyaratkan dalam Tabel 5.10. Tabel 5.10. Persyaratan/toleransi tebal
Jenis Campuran Beraspal Dingin Simbol Tebal Nominal Minimum (mm) Toleransi
Tebal (mm) Lapis Permukaan (Lapis Aus) WC 40 ± 4 Lapis Permukaan Antara BC 50 ±
5Buku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 11 2) Toleransi kerataan harus memenuhi
ketentuan berikut ini : a) Kerataan Melintang Bilamana diukur dengan mistar
lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu jalan tidak boleh
melampaui 4 mm untuk lapis aus dan 6 mm untuk lapis permukaan antara. b)
Kerataan Memanjang Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar
lurus atau mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan
sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm. 3) Perbedaan setiap dua
titik pada setiap penampang melintang untuk lapis aus tidak boleh melampaui 5
mm, lapis permukaan antara tidak boleh melampaui 8 mm dan untuk lapis pondasi
tidak boleh melampaui 10 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang
yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Pada
percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan
diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;
J.
Destilasi
Kadar Aspal Cair
Bitumen adalah zat
perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh
di alam atau hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa
hidrokarbon seperti aspal, ter, pitch.
Aspal didefinisikan
sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam atau coklat tua,
dengan unsure utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan
residu dari pengilang minyak bumi. Ter adalah material berwarna coklat atau
hitam berbentuk cair atau semi padat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil
kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi atau material
organik lainnya.
Pitch didefinisikan sebagai sebagai material perekat (cementitious)
padat, berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika
dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi
fraksional ter. Ter dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi
merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat tersebut, aspal merupakan material yang umum
digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen
disebut pula sebagai aspal.
Aspal adalah material yang pada temperature ruang berbentuk padat sampai
agak padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campurarn perkerasan jalan.
Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4 – 10% berdasarkan
berat campuran, atau 10 -15% berdasarkan volume campuran.
Jenis aspal
Berdasarkan tempat
diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam yaitu
aspal yang didapat di suatu tempat di alam dan dapat digunakan sebagaimana
diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal minyak adalah aspal yang
merupakan residu pengilangan minyak bumi.
Aspal alam
Indonesia memiliki
aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang brtupa aspal gunung, terkenal dengan nama
Asbuton (Aspal Batu Buton). Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal,
deposi asbuton membentang dari Kecamatan Lawele sampai Sampolawa. Cadangan
deposit berkisar 200 juta ton dengan kadar aspal bervariasi antara 10 – 35%
aspal. Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah
dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional.
Asbuton merupakan
campuran antara bitumen dengan bahan miberal lainnya dalam bentuk batuan. Karena
asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar
bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk
mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di
pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu :
a.Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton
kasar, asbuton halus, asbuton mikro dan butonite mastic asphalt.
b. Produk asbuton yang telah dimurnikan
menjadi aspal murni melalui proses ekatrasi atau proses kimiawi.
Aspal minyak
Aspal minyak adalah
aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat
menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak
mengandung aspal, parafin base crude oil yang banyak
mengandung parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung
campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan
aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.
Aspal padat
adalah aspal yang
berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika
dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement).
Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai bahan pengikat agregat.
Aspal cair (cutback asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada
suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan
pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin atau
solar. Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi :
a. Rapid curing cut back
asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC
merupakan aspal cair yang paling cepat menguap
b. Medium curing cut back asphalt (MC),
yaitu aspal cair dengan bahan pencair minyak tanah (kerosene)
c. Slow
curing cut asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
solar
(minyak disel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat
menguap.
Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air
dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini
lebih cair daripada aspal cair. Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut
dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir
yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Berdasarkan
muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a. Aspal kationik disebut juga
aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang butiran aspalnya bermuatan arus
listrik positif.
b. Aspal anionik disebut juga aspal
emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif.
c. Nonionik merupakan aspal emulsi
yang tidak mengalami ionisasi, yang berarti tidak mengantarkan listrik
Berdasarkan
kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a. Rapid Setting (RS),
aspal yang mengandun sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi
cepat dan aspal cepat menjadi padat atau keras kembali.
b. Medium
Setting (MS)
c. Slow
Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras.
Dari ketiga bentuk
aspal tersebut, semen aspal adalah bentuk yang paling banyak digunakan.
Sifat Kimiawi Aspal
Aspal terdiri dari
senyawa hidrokarbon, nitrogen dan logam lain, sesuai jenis minyak bumi dan
proses pengolahannya. Mutu kimiawi aspal ditentukan dari komponen pembentuk
aspal. Saat ini telah banyak metode yang digunakan untuk meneliti
komponen-komponen pembentuk aspal. Komponen fraksional pembentuk aspal
dikelompokkan berdasarkan karakteristik reaksi yang sama.
Secara garis besar komposisi
kimiawi aspal terdiri dari asphaltenes, resins dan oils.
Asphaltenes terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon, merupakan material
berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam n-heptane. Asphaltenes menyebar
di dalam larutan yang disebut maltenes. Maltenes larut
dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oils. Resins adalah
cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan adhesi dan aspal,
merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan,
sedangkan oils yang berwarna lebih muda merupakan media
dari asphaltenes dan resin.
Pengerasan aspal
dapat terjadi karena proses oksidasi, penguapan dan perubahan kimiawi lainnya.
Reaksi kimiawi dapat mengubah resins menjadi asphaltenes,
dan oils menjadi resins yang
secara keseluruhan akan meningkatkan viskositas asapal
Fungsi aspal sebagai
material perkerasan jalan
Aspal yang digunakan
sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai :
a. Bahan pengikat, memberikan
ikatan yang kuat antara aspal dan agregat dan antara sesama aspal.
b. Bahan pengisi, mengisi rongga antar
butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri.
Untuk dapat memenuhi
kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal harus memiliki sifat adhesi dan
kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan
tertentu. Penggunaan aspal pada kekerasan jalan dapat melalui pencampuran pada
agregat sebelum dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau
disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh
agregat-agregat yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi
makadam atau pelaburan.
Fungsi utama aspal
untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran
prahampar dan pascahampar itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang
dicampurkan dengan agregat akan membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat
mengisi pori antar butir dan meresap ke dalam pori masing-masing butir.
Pada proses
pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan, lalu
diatasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada proses ini aspal akan meresap ke
dalam pori-pori antar butir agregat di bawahnya. Fungsi utamanya adalah
menghasilkan lapisan perkerasan bagian atas yang kedap air dan tidak mengikat
agregat sampai ke bagian bawah.
Pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) dipakai material
aspal sebagai bahan pengikat agregat. Material aspal memiliki sifat kohesif,
adesif, dan termoplastis. Kohesif berarti sifat mengikat sesama komponen aspal,
yang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan daktilitas. Adesif adalah sifat
mengikat material lain, yaitu agregat pada campuran asphalt concrete (AC).
Sifat adesif dapat dievaluasi melalui pemeriksaan stabilitas Marshall (Thanaya,
2008). Sifat termoplastis adalah sifat aspal yang dipengaruhi oleh oleh
perubahan temperatur (temperatur suceptibility). Aspal akan mencair bila
dipanaskan, dan akan mengeras kembali bila didinginkan (Santosa, 1997).
Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap
kinerja campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal
yang rendah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami
retak-retak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan
mengalami bleeding. Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan
dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu
kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan
yang lainnya juga dipenuhi, seperti nilai VIM, Flow dan sebagainya, hingga pada
akhirnya memberi umur pelayanan jalan yang lebih lama.
Kadar aspal pada suatu campuran AC mempengaruhi nilai Specific
Gravity (SG), Voids in Mix (VIM), Voids in Material
Agregates (VMA), Voids Filled with Bitumen (VFB),Stability, Flow,
dan Marshall Qoutient. Specific Gravity akan
bertambah dengan bertambahnya kadar aslap sampai pada batas maksimum kemudian
nilainya menurun. Voids in Mix menurun secara konsisten dengan
bertambahnya ladar aspal. Voids in Material Agregates umumnya
menurun sampai pada batas tertentu, kemudian naik dengan bertambahnya kadar
aspal. Voids Filled with Bitumen secara konsisten bertambah
dengan bertambahnya kadar aspal. Stability naik dengan bertambahnya
kadar aspal sampai batas tertentu kemudian turun. Flow secara
konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal. Marshall Qoutient bertambah
dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian menurun
(Wirahaji, 2010).
Kadar aspal yang terpakai dalam campuran yang kemudian dihampar di lapangan
adalah kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum menjadi persyaratan mutlak
dalam setiap campuran lapis perkerasan beraspal. Besaran kadar aspal optimum
berbeda-beda, tergantung dari propertis aspal, agregat, gradasi agregat dan
jenis campuran itu sendiri. Lapis perkerasan yang di atas selalu lebih besar
kadar aspalnya. Lapisan atas yang kedap air seperti AC-WC memiliki kadar aspal
yang paling tinggi daripada lapis perkerasan di bawahnya. Hal ini disebabkan,
karena aspal mampu mengisi rongga-rongga dalam campuran. Pengisian
rongga-rongga ini dengan sendirinya akan memperkecil volume rongga, sehingga
air tidak bisa masuk meresap ke lapisan aspal di bawahnya. Dengan kemiringan
melintang badan jalan 2 – 4% air hujan akan mengalir keluar badan jalan.
Pada Proyek Paket pemeliharaan Berkala Ruas Jalan Simpang Sakah – Simpang
Blahbatuh tahun anggaran 2011, dengan Nomor Kontrak:
KU.08.08/742/SKPD-PEMEL/V/2011, tanggal 3 Mei 2011, juga dilakukan
tahapan-tahapan dalam menentukan kadar aspal optimum yang akan dipakai dalam
campuran lapis perkerasan Laston Lapis Aus atau Asphalt Concrete –
Wearing Course (AC-WC). Perusahaan Jasa Konstruksi (PJK) yang
melaksanakan pekerjaan paket proyek ini adalah CV. Sekar Alit Wiraguna.
Sedangkan konsultan supervisinya adalah PT. Wiranta Bhuana Raya. Lokasi Asphalt
Mixing Plant (AMP) berada di Base Camp PJK di dusun
Badeg, desa Subudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Lokasi penghamparan
pada ruas jalan simpang Sakah – simpang Blahbatuh.
Kegiatan mencari kadar aspal optimum dilakukan di laboratorium Base
Camp perusahaan jasa konstruksi (PJK) bersama petugas laboratorium
dari kontraktor, laboratorium teknisi danquality enginner dari
konsultan supervisi, serta pengawas mutu dari Satker Dinas PU SKPD-TP. Ketiga
pihak secara bersama-sama melakukan sejumlah pemeriksaan/pungujian gradasi dan
kadar aspal dengan seksama.
AC-WC adalah lapisan aus yang merupakan lapisan perkerasan yang ditempatkan
paling atas, sebagai lapis permukaan (surface). Persyaratan lapisan ini
(surface) adalah kedap air, yaitu lapisan ini harus dapat mengalirkan
air ke tepi badan jalan. Sifat kedap air ini untuk melindungi lapis perkerasan
di bawahnya agar tidak kemasukan air. Bila air dapat meresap ke dalam lapisan
bawahnya, maka jalan akan segera rusak, tidak akan bertahan sesuai dengan umur
rencana, yang biasanya direncanakan selama 10 tahun.
Pada percobaan
kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas
mempunyai gambar seperti dibawah ini;
K.
Kekentalan
Aspal
Tingkat material bitumen dan suhu yang
digunakan tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi
terhadap suhu dan tingkatakan padat, encer sampai cair. Hubungan antara
kekuatan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan penggunaan
material bitumen kekuatan akan berkurang ( dalam hal ini aspal menjadi lebih
encer). Ketika suhu meningkat.
Kekuatan absolute atau dinamik dinyatakan
dalam satuam pada detik atau poise (1 poise = 0,1 Pa detik) viskositas
kinematika dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan
stoket atau centitokes ( 1 stokes = 100 centistokes. 1 cm2/detik)
karena kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolute dibagi dengan
berat jenis ( kira-kira 1 cm2/detik untuk bitumen)
Kekentalan kinematik absolute dan
kekentalan kionematik mempunyai harga yang relative sama apabila kedua-duanya
dinyatakan masing-masing dalam stokes.
Pada pratikum kekentalan kedua-duanya dinyatakan
oleh waktu menetes ( dalam detik /menit) dan pada suhu berapa dilakukan
pengujian. Waktu yang didapat harus dirobah dalam bentuk c(cst)
C(cst) = Waktu yang dicatat x 2,18
C(cst)
berguna untuk pembuatan dan memasukan nilai pada grafik natinya pada pratikum
pengujian viskositas diperlukan 60 ml sampel untuk melalui suatu lubang yang
telah dikalibrasi. Diukur dibawah kondisi tertentu dan selanjutnya dilaporkan
sebagai nilai viskositas dari sampel tersebut pada suhu tertentu, sedangkan viskositas
kinematik dinyatakan dengan waktu Yang dibutuhkan oleh bitumen cair
dengan suhu 60o C untuk mengisi penuh wadah gelas (viskositas)
Penentuan kekentalan
dengan menggunakan alat saybolt ini sebenarnya kurang praktis karena hasilnya
didapat dari hasil percobaan tidak bisa digunakan langsung tetapi harus
dihitung dulu dengan menggunakan factor koreksi.
Tetapi
dengan mengabaikan ketidak praktisan diatas, sifat kekentalan
material bitumen merupakan salah satu factor penting dalam pelaksanaan
perencanaan campuran maupun dilapangan disini hubungan
antara kekentalan dan suhu mencapai peranan sifat campuran tertentu
. Apabila vikositas yang terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam
pelaksanaanya campuran sebaiknya apabila suhu viskositas terlalu rendah maka
bitumen tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan perekat pada
campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran.
Pada percobaan
kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas
mempunyai gambar seperti dibawah ini;
L.
Kehilangan
Berat Aspal
Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada
aspal. Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar mata hari , yang akna
merusak aspal, dengan di bantu oleh
Factor air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan
molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi, untungnya sinar yang merusak
ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul lapisan atas aspal. Oleh
karena itu , foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila
dilihat dari table aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak dapat di
abaikan dalam konstribusinya terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada pad
alapisan permukaan tipis aspal.
Karakteristik
campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat tergantung
Pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis
aspal. Untuk mengevaluasi durabitas material aspal tersedia prosedur yang
disebut Thin film Oven Test (TFOT) dengan melakukan
pembatasan evaluasinya hanya pada karakteristik aspal, seperti kehilangan
berat.
Padapengujian ini
kita menggnakan metoda TFOT , dimana suatu sampel tipis di panaskan dalam oven
selama periode tertentu, dan karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian
diperiksa untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan dari material aspal.
Pengujian TOFT bertujuan mengetahui
kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang, pengujian ini mengukur
perubahan kenerja aspal akibat kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai
efek yang merusak pada aspal karena kerusakan yang ditimbulkan sering berasal
dari matahari dan dibantu oleh aspek air dan cairan pelarut lainnya.
Kerusakan molekul
aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil pengaruhnya apabila dari tebak
aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat cuaca pada lapisan permukaan
agregat.
Kharakteristik
campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung pada karakteristik lapis
tipis aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan. Kemudian
diperiksa untuk meneliti adanya proses pengerasan atau proses pelapukan atau
proses pelapukan material aspal.
Pengujian
kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi karhakteristik
sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat adalah nilai penetrasi titik
lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat penyiapan sampel dibuat
2 buah sampel.
Untuk mendapatkan
material aspal yang akan dipakai untuk campuran, diharapkan pengujian TFOT dan
penurunan berat ini tidak terlalu besar, besarnya nilai penurunan berat ini
tidak terlalu besar , selisih dari nilai penetrasi sebelum dan sesudah
menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.
No comments:
Post a Comment