Tuesday, December 27, 2016

(Resume) Perkerasan Jalan



A.    Analisa Saringan Agregat Halus
Analisa saringan adalah pentuan persentase berat butor agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir . Sifat-sifat suatu macam agregat tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu, pengukuran besarnya butiran agregat merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang ilmu bahan. Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam agregat tertentu.

          Sifat-sifat suatu macam tanah tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Oleh karena itu, pengukuran besarnya butiran tanah merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang ini. Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam tanah tertentu. 

           Pada analisa ini sangatlah penting dikarenakan sangat mempengaruhi pada kondisi produk yang akan dibuatkan. Pada agregat halus banyak lagi macam macamnya menurut ukurannya masing masing. Ukuran yang berbeda beda ini juga harus di perhitungkan tidak bisa sembarangan dalam memperhitungkannya.

Analisa Saringan dilakukan dengan cara mengayak dengan menggetarkan contoh agregat kasar melalui Analisa satu set ayakan, dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan makin kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat kasar yang diayak dengan saringan berdiameter #38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm, #1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm, pan
Dalam analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh agregat kasar yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus  yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan selanjutnya dihitung persentase dari agregat halus yang tertahan pada saringan tersebut. Bila Wi adalah berat agregat halus yang tertahan pada saringan ke-i (dari atas susunan saringan) dan W adalah berat agregat halus total, maka persentase berat yang tertahan adalah :
%tertahan=  x100%
.............................................(2.1)
Modulus halus butir=  

 ...........................................(2.2)
Penyaringan merupakan metode yang biasanya secara langsung untuk menentukan ukuran partikel dengan didasarkan pada batas-batas bawah ukuran lubang saringan yang digunakan. Batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel pasir. Ukuran saringan yang umum digunakan untuk menentukan ukuran partikel tanah.
Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan butir gradasi agregat halus dengan menggunakan saringan. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah presentase butiran agregat halus. Seperti yang sudah dijelaskan diatas kalau agregat halus juga mempunyai kelasnya masing masing, dengan inilah kita harus membagi bagikan. Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.
Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;
1.      Satu set saringan no 1; ¾; ½;3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 200.
2.      Mesin pengguncang (sieve shaker).
3.      Timbangan elektrik.
4.      Oven.
5.      Kuatring (alat pemisah benda uji).
6.      Desicator.
7.      Cawan.
8.      Pan.

9.      Kuas.
10.  Sendok Agregat

Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;


















 
B.     Analisa Saringan Agregat Kasar
Analisa saringan adalah pentuan persentase berat bruto agregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.Sifat-sifat suatu macam agregat tertentu banyak tergantung kepada ukuran butirnya. Yang dimaksudkan dengan analisa saringan agregat ialah penetuan persentase yang lolos dari satu saringan kemudian angka angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Oleh karena itu, pengukuran besarnya butiran agregat merupakan suatu percobaan yang sangat penting dilakukan dalam bidang ilmu bahan. Besarnya butiran menjadi dasar untuk pemberian atau klasifikasi nama kepada macam-macam agregat tertentu.

Analisa Saringan dilakukan dengan cara mengayak dengan menggetarkan contoh agregat kasa rmelalui Analisa satu set ayakan, dimana lubang lubang atau diameter dari ayakan tersebut berurutan dan makin kecil. Analisa saringan ini dilakukan pada agregat kasar yang diayak dengan saringan berdiameter #38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm, #1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm, pan

        Pada analisa ini sangatlah penting dikarenakan sangat mempengaruhi pada kondisi produk yang akan dibuatkan. Pada agregat halus banyak lagi macam macamnya menurut ukurannya masing masing. Ukuran yang berbeda beda ini juga harus di perhitungkan tidak bisa sembarangan dalam memperhitungkannya.

Dalam analisis saringan, sejumlah saringan yang memiliki ukuran lubang berbeda-beda disusun dengan ukuran yang terbesar di atas yang kecil. Contoh agregat kasar yang akan diuji dikeringkan dalam oven,. Agregat halus  yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang dan selanjutnya dihitung persentase dari agregat halus yang tertahan pada saringan tersebut. Bila Wi adalah berat agregat halus yang tertahan pada saringan ke-i (dari atas susunan saringan) dan W adalah berat agregat halus total, maka persentase berat yang tertahan adalah :

Modulus halus butir=

.................................................(1.1)
%tertahan=  x100%

.................................................(1.2)

Penyaringan merupakan metode yang biasanya secara langsung untuk menentukan ukuran partikel dengan didasarkan pada batas-batas bawah ukuran lubang saringan yang digunakan. Batas terbawah dalam saringan adalah ukuran terkecil untuk partikel pasir. Ukuran saringan yang umum digunakan untuk menentukan ukuran partikel tanah.

            Maksud dari percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar adalah sebagai pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar dengan menggunakan saringan.Tujuan dari percobaan Analisa Saringan Agregat Kasar adalah untuk memperoleh besaran/jumlah presentase butiran agregat kasar. . Seperti yang sudah dijelaskan diatas kalau agregat halus juga mempunyai kelasnya masing masing, dengan inilah kita harus membagi bagikan Sehingga distribusi yang diperoleh dapat ditampilkan dalam tabel serta grafik.

             Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      Seperangkat saringan berdiameter #38,00 mm, # 19,00 mm, # 9,6 mm, #4,8 mm, # 2,4 mm, #1,2 mm, #0,6 mm, #0,3 mm, #0,15 mm, #0,08 mm,
2.      Timbangan Digital.
3.      Electrical SieveShaker (mesin pengguncang elektrik).
4.      Drying oven dengan suhu ±105o C.
5.      Cawan/Wadah/Pan.
6.      Desicator.
7.      Sendok
8.      Kuas
9.      Quatring (alat pemisah benda uji).
10.  Pan


Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini










C.    Abrasi (Los Angeles Abration)

Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan Los AngelosAbration Test sesuai dengan SII/SNI (PB. 1989) cara uji kekuatan dengan menggunakan alat Los Angelos Test. Mesin ini berupa silinder baja yang tertutup pada keduan sisinya dengan diameter 71 cm dan panjang 50 cm. Silider bertumpu pada sebuah sumbu horizontal tempat berputar, pada siinder terdapat lubang untuk memasukan benda uji dan tertutup rapat sedemikian hingga, sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu.

Dibagian dalam silinder terdapat blade baja melintang penuh setinggi 8.9 cm. Silinder ini dilengkapi dengan bola- bola baja dengan diameter rata-rata 4.68 cm dan berat masing-masing antara 390 – 445 gram atau sesuai dengan gradasi benda uji (tabel dilampirkan). Untuk mengetahui nila Los Angelos Silinder diputar dengan kecepatan 30-33 rpm.

Pada pengerjaan praktikum ini dijalankan dengan metode tertentu. Metode pengujian ini meliputi prosedur untuk pengujian keausan agregat kasar dengan ukuran 75 mm (3inci) sampai dengan ukuran 2,36 (saringan no.8) dengan menggunakan mesin abrasi Los Angeles.

Caranya dengan mengukur butiran yang pecah pada akhir putaran ke 100 kali yang pertama dibandingakan dengan 500. Umumnya jika butitan yang pecah pada akhir ke 100 sudah lebih besar dari 20% daripada 500 dianggap bagian yang lunak sudah terlalu banyak .



DaftarTabel 3.1 Sebaran Gradasi Untuk LAA

UKURANSARINGAN(MM)
BERAT DAN GRADASI BENDA UJI
LOLOS
TERTAHAN
A
B
C
D
E
F
G
76,5
63,5
-
-
-
-
2500
-
-
63,5
50,5
-
-
-
-
2500
-
-
50,5
38,1
-
-
-
-
5000
5000
-
38,1
25,4
1250
-
-
-
-
-
5000
25,4
19,05
1250
-
-
-
-
-
5000
19,05
12,7
1250
2500
-
-
-
-
-
12,7
9,57
1250
2500
-
-
-
-
-
9,57
6,35
-
-
2500
-
-
-
-
6,35
4,75
-
-
2500
-
-
-
-
4,75
2,35
-
-
-
5000
-
-
-
JUMLAH BOLA
12
11
8
6
12
12
12
BERAT
BOLA (GRAM)
5000
4584
3300
2500
5000
5000
5000
JUMLAH
PUTARAN (KALI)
500
500
500
500
1000
1000
1000

Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angelos, dengan mana tidak boleh terajadi kehilangan berat lebih dari 40%.

            Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan untuk menentukan ketahanan suatu agregat terhadap campuran pada suatu bahan uji. Agregat yang diuji pada pengujian ini adalah agregat kasar dengan menggunkan mesin Abrasi Los Angeles atau ketahanan suatu agregat terhadap campuran pada bahan uji. Benda uji yang telah diuji pada pengujian kali biasanya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton. Sangatlah penting pengujian ini dilakukan karena adanya produk yang sangat penting untuk infrasrtuktur kota pada suatu negara.

  Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui besaran nilai dari ketahanan agregat terhadap keausan dengan menggunakan mesin abrasi LOS ANGELES, sehingga dapat diketahui angka keausan tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan haus lolos saringan no.12 terhadap berat semula dalam persen. Benda uji yang telah diuji pada pengujian kali biasanya dapat digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan bahan perkerasan jalan atau konstruksi beton. Sangatlah penting pengujian ini dilakukan karena adanya produk yang sangat penting untuk infrasrtuktur kota pada suatu negara.

Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      MesinAbrasi Los Angeles.
2.      Saringan no ¾; ½;3/8;dan 12.
3.      Cawan.
4.      Timbangan elektrik.
5.      Bola – bola baja yang berjumlah 11 buah dengan berat masing – masing antara 400 gram – 440 gram.
6.      Oven.

Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini















D.    Berat Jenis Agregat Halus

Berat jenis SSD disebut juga dengan berat jenis jenuh kering permukaan (Saturated and Surface-Dry, SSD) yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Pada keadaan ini permukaan agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran-butiran agregat jenuh dengan air. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran aduk beton.

            Berat jenis curah ialah perbandingan antara erat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25o C. berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25o C. Berat jenis semua ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25o C. penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat agregat kering dinyatkan dalam persen.


Maksud dari percobaan ini adalah sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis semua agregat tersebut dan angka penyerapan. Pada percobaan ini juga dapat diketahui bahwa juga ada banyak macam macam jenis agregat yang daya penyerapannya berbeda beda dengan yang lainnya. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran aduk beton.

Dan pada percobaan ini juga banyak macam macam kondisi yang harus ditinjau seperti pada saat berat jenis kering permukaan jenuh. Pada kondisi dimana perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Berat jenis semu (apparent specivic gravity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering. . Pada kondisi dimana perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

            Berat jenis curah ialah perbandingan antara erat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu ruang. berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu ruang. Berat jenis semua ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu ruang. penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat agregat kering dinyatkan dalam persen.

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh besaran berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semua dan besaran angka penyerapan. Dikarenakan sangat pentinglah pada percobaan kali ini untuk memperoleh nilai nilai diatas untuk memperoleh hasil yang maksimal pada pembuatan pembuatan seperti beton dan aspal. Dengan adanya perhitungan pada percobaan ini, maka kita dapat membuat produk beton dan aspal sesuai keinginan kita. 

Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;


 
1.      Timbangan elektrik.
2.      Picnometer kapasitas 500 ml.
3.      Oven.
4.      Vacum Pump.
5.      Kerucut Abraham dan batang penumbuk.
6.      Saringan no.4.
7.      Desicator.
8.      Cawan.
9.      Kain Lap.
10.  SendokAgregat.














E.     Berat Jenis Agregat Kasar
Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25° C. Jenuh kering muka (saturated and surface-dry, SSD). Pada keadaan ini permukaan agregat kering (tidak ada air), tetapi butiran – butiran agregat jenuh dengan air. Berat jenis relatif jenuh dan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari berat bahan yang tidak kedap air diudara  dalam keadaan jenuh air dan permukaan kering kepada berat air dengan volume yang sama di udara.

Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°. Berat jenis volume agregat dalam keadaan kering oven adalah perbandingan berat agregat setelah proses pengeringan terhadap volume agregat dalam air. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh agregat.

Dan pada percobaan ini juga banyak macam macam kondisi yang harus ditinjau seperti pada saat berat jenis kering permukaan jenuh. Pada kondisi dimana perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu. Berat jenis semu (apparent specivic gravity) ialah perbandingan antara agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu tertentu. Penyerapan ialah prosentase berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.

Yang dimaksud dengan :
1.      Berat jenis curah ialah perbandinagn antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C
2.      Berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 250 C
3.      Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C
4.      Penyerapoan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap quarry terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen.


 
      Maksud dari percobaan Berat Jenis Agregat Kasar adalah sebagai pemeriksaan atau pun pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis semu agregat tersebut dan angka penyerapannya Pada percobaan ini juga dapat diketahui bahwa juga ada banyak macam macam jenis agregat yang daya penyerapannya berbeda beda dengan yang lainnya. Dengan demikian butiran-butiran agregat pada keadaan jenuh kering muka (JKM) atau SSD tidak menyerap air dan tidak menambah jumlah air bila dipakai dalam campuran aduk beton. Berat jenis relatif jenuh dan permukaan kering dapat didefinisikan sebagai perbandingan dari berat bahan yang tidak kedap air diudara  dalam keadaan jenuh air dan permukaan kering kepada berat air dengan volume yang sama di udara.

      Tujuan dari percobaan Berat Jenis Agregat Kasar adalah untuk memperoleh besaran/jumlah berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan besaran angka penyerapannya. Dikarenakan sangat pentinglah pada percobaan kali ini untuk memperoleh nilai nilai diatas untuk memperoleh hasil yang maksimal pada pembuatan pembuatan seperti beton dan aspal. Dengan adanya perhitungan pada percobaan ini, maka kita dapat membuat produk beton dan aspal sesuai keinginan kita. 

Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      Saringan nomor 4.
2.      Kain Lap.
3.      Cawan/Wadah/Pan.
4.      Desicator.
5.      Timbangan Digital.
6.      Keranjang Kawat.
7.      Bak Perendam.
8.      Oven
















F.     Berat Jenis Aspal

                      Aspal adalah bahan hidro karbon yang bersifat melekat (adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan visoelastis. Aspal sering juga disebut bitumen merupakan bahan pengikat pada campuran beraspal yang dimanfaatkan sebagai lapis permukaan lapis perkerasaan lentur. Aspal beerasal dari aspal alam (aspal buton) atau aspal minyak (aspal yang berasal dari minyak bumi. Berdasarkan konsistennya, aspal dapat diklasifikasi menjadi aspal padat, dan aspal cair.
                     
                      Aspal atau bitumen adalah suati cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung sulfur, oksigen, dan klor. Aspal sebagai bahan pengikat dalam perkerasan lentur mempunyai sifat viskoelastis. Aspal akan bersifat padat pada suhu ruang, dan cair bila dipanaskan. Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks, dan secara kimia belum dikarakterisasi dengan baik. Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh, dan tak jenuh alifatik, aromatic yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom  atom selain hydrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen belerang, dan beberapa atom lainnya. Secara kuantitatif, biasanya aspal 80% berasal dari karbon, 10% hydrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen, dan nitrogen, serta sejumlah renik besi, nikel, dan vanadium. Senyawa senyawa ini sering dikelaskan atas aspalten (yang massa molekulnya kecil), dan malten (yang massa molekulnya besar). Biasanya aspal mengandung 5 sampai 25% aspalten. Sebagian besar senyawa di aspal adalah senyawa polar.

                      Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal padat dan beratair suling dengan isi yang sama pada suhu 25C atau 15,6C. Aspal merupakan campuran yang digunakan sebagai bahan perekat antar agregat yang digunakan dalam praktikum perkerasan jalan. Ketika pengujian dapat terlihat pemakaian kadar aspal dengan persentase yang berbeda yang nantinya akan berpengaruh terhadap stabilitas perkerasan tersebut. Ketika kadar aspal yang digunakan terlalu banyak maka akan terjadi stabilitas yang lemah dan ketika aspal yang digunakan sesuai untuk campuran perkerasan maka stabilitas yang terjadi pun akan baik. Aspal dijalan raya biasanya tidak tahan dengan suhu yang sangat panas makanya jika dalam pemakaian aspal terlalu banyak sering kita lihat campuran bahan perkerasan di jalan raya yang memuai. Di Indonesia sendiri masih banyak daerah yang mampu memproduksi aspal dengan kualitas yang sangat baik, terutama hanya ada di daerah timur Indonesia. Karena suplai aspal  ke daerah pulau jawa sangat jauh jaraknya, maka tidak heran jika jalan raya yang ada di daerah pulau jawa beralih menggunakan perkesan beton semen (rigid). Aspal di Indonesia yang sangat baik kualitasnya yaitu ada di daerah Buton. Daerah ini memiliki cadangan aspal yang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan aspal di daerah timur Indonesia, aspal yang dihasilkan pun sangat berkualitas, sehingga banyak daerah di luar Buton yang memakai produk hasil numi daerah tersebut. Namun semakin pesatnya kebutuhan aspal, jenis aspal ini  sangat langka.harga yang diahsilkannya pun sangat tinggi, sehingga dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan jalan beralih dengan menggunakan aspal yang ada di daerah lain yang kualitasnya dibawah kualitas aspal buton.

Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian berat jenis aspal. Acuan pada pelaksanaan pengujian pada aspal ini untuk mengetahui berat jenis aspal yang berbeda beda dikarenakan aspal juga ada beberapa jenisnya.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan berat jenis aspal dengan picnometer,  sehingga berat jenis aspal padat dapat diketahui besarnya. Pada percobaan kali ini sangatlah penting dikarenakan pada percobaan ini kita dapat mengetahui berat jenis masing masing aspal, yang pada pelaksanaanya kita harus mengetahui peraturan peraturan yang akan dilakukan dilapangan yang setiap aspal berbeda beda setiap peraturan pelaksaannya dilapangan.


Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      Picnometer
2.      TimbanganElektrik
3.      Water bath
4.      Lap
5.      KomporListrik

Pada praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur yang telah dituliskan dibawah ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam pengaplikasian pada percobaan kali ini, inilah prosedur prosedur tersebut;

1.      Menyiapkan picnometer kemudian membersihkannya.
2.      Menimbanglah picnometer + tutup dengan menggunakan timbangan elektrik.
3.      Memasukan air kedalam picnometer sampai penuh kemudian menutupnya.
4.      Memasukan picnometer yang telah berisi air kedalam water bath selama ± 30 menit dengan suhu ± 25 ̊ C.
5.      Setelah merendam, mengeringkan sisi picnometer dengan lap, kemudian menimbangnya (picnometer + air + tutup).
6.      Membuang air dalam picnometer kemudian mengeringkannya.
7.      Setelah kering, memasukan aspal cair kedalam picnometer sampai ¾ tinggi picnometer dan mendiamkan selama ± 40 menit.
8.      Menimbang picnometer + aspal + tutup.
9.      Mengisikan air kedalam picnometer yang berisi aspal sampai penuh lalu menutupnya.
10.  Menimbang picnometer + aspal + air + tutup.
11.  Membersihkan dan Mengeluarkan aspal dari dalam picnometer dengan cara memanasinya hingga leleh dan aspal yang tersisa pada dinding dalam picnometer dibersihkan dengan cara mengelap menggunakan bensin.

Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini












                                                                          
G.    Analisa Pengujian Marshall

Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan flowmeter untuk mengukur 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm). Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau AASHTO T 245-90, atau ASTM D 1559-76.
Pada kondisi lapangan sebagai contoh jalan di Sulawesi Utara  khususnya didaerah Manado dan Minahasa, baik jalan nasional maupun jalan propinsi mengalami kerusakan sebelum mencapai umur rencana. Kondisi ini dapat diakibatkan oleh berbagai factor, antara lain; proses pengerjaan, mutu material, beban lalu lintas dan kondisi lingkungan (AASHTO 1993). Factor factor ini bisa sendir sendiri mempengaruhi kinerja konteruksi perkerasan jalan, tetapi bisa juga mempengaruhi perkerasan jalan secara bersama sama dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan permanen. Mutu material pembentuk lapisan perkerasan jalan dalam hal ini campuran beton aspal lapis pengikat (Lasto) atau Asphalt It Concrete Binder Course (AC_- BC) adalah salah satu factor penentu kinerja lapis perkerasan jalan (ASSHTO, 1993).

Terutama agregat, mengingat persentase agregat dalam campuran perkerasan dapat mencapai 75-85% dari total volume campuran atau berkisar 90% dari total berat campuran (Shen, et al, 2004). Besarnya persentase ini tentunya akan memberikan pengaruh yang besar pada kinerja kontruksi lapis peekerasan yang dibentuknya. Sifat sifat fisik agregat seperti penyebaran ukuran butir (gradasi) sangat mempengaruhi kinerja campuran perkerasan sepertikekuata , stabilitas, dayataha, permeabilitas, daya dukung, ketahan terhadap kelelahan dan kesanggupan untuk menahan pengaruh kelembapan. Diwaktu yang lalu, ketika perhatian utama banyak diberikan pada laisan perkerasan beraspal, meskipun sifat dari masing masing lapisan beraspal dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kinerja lapisan perkerasan, namun peranan dari agregat gradasi agregat terhadap kelelahan tidak dapat disangkal. Namun demikian gradasi agregat dapat direkayasa sedemikian rupa sehinggan memenuhi spesifikasi yang diisyaratkan, tetapi sifat sifat fisik dan mekanik yahng lainynya dari agregat seperti abrasi, beradt jenis dan penyerapan aspal adalah sifat sifat yag tidak dapat direkayasa karena sudah melekat sebagaimana keberadaaan agregat itu, dan sifat sifat ini akan sangat menentukan kinerja campuran konstruksi perkerasan jalan, mengingat jumlah aspal yang akan diserap oleh agregat dalam suatu campuran sangat ditentukan oleh berat jenis agregat dan penyerapannya.

Ditinjau dari jumlah anggaran yang dialokasikan untuk setiap proyek pembangunan prasarana jalan baik jalan nasional maupun jalan propinsi, lebih dari sepertiga dana pembangunan jalan dihabiskan untuk kebutuhan pengadaan agregat. Tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan agregat dalam suatu campuran lapis perkerasan dan mengingat besarnya pengaruh agregat dalam menentukan kualitas campuran lapis perkerasan jalan, maka perlu adannya penelitian yang komprehensif dan mendalam tentang sifat sifat fisik agregat yang digunakan dalam campuran lapis perkerasan dan pengujian lanjutan tentang sifat sifatmekanis dari campuran perkerasan, sehinggan kinerja campuran dapat memenuhi tugas utama dari suatu lapisan perkerasan (lapis permukaan) yakni sebagai lapisan yang memikul beban dan sebagai lapis tahan aus sehingga umur rencana jalan dapat dicapai sesuatu dengan yang direncanakan

Untuk mengetahui tingkat kelayakan dari agregat yang digunakan dalam pencampuran kontruksi perkerasan jalan, pada peneliti ini akan dilakukan pemeriksaan sifat sifat fisik dari material agregat dan menghubungkannya dengan anaisa Volumetric Marshall dari pencampuran aspal panas jenis AC-BC. Dalam penelitian ini material agregat yang digunakan adalah yang berasal dari daerah Sawangan, Kakaskasen dan Taleti.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda uji, penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan perhitungan sifat volumetric benda uji. Pada persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1.      Jumlah benda uji yang disiapkan
2.      Persiapan agregat yang akan digunakan
3.      Penentuan temperature pencampuran dan pemadatan
4.      Persiapan campuran aspal beton
5.      Pemadatan benda uji
6.      Persiapan untuk pengujian Marshall.

Menurut Pedoman Perencanaaan Campuran Beraspal Panas (1999:5), Laston adalah “lapisan penutup konstruksi perkerasan jalan yang mempunyai nilai struktural. Campuran ini terdiri atas agregat bergradasi menerus dengan aspal keras, dicampur, dihamparkan dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu”. Ada beberapa jenis beton aspal campuran panas, namun dalam penelitian ini jenis beton aspal campuran panas yang ditinjau adalah AC-BC dan AC-WC.
Laston sebagai lapisan pengikat (Binder Course) adalah lapisan yang terletak dibawah lapisan aus. Tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi perlu memiliki stabilitas untuk memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan dengan tebal nominal minimum 5 cm. Sedangkan laston sebagai lapis aus (Wearing Course) adalah lapisan perkerasan yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang kedap air, tahan terhadap cuaca, dan mempunyai kekesatan yang disyaratkan dengan tebal nominal minimum 4 cm.
Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya berupa muatan kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (Horizontal) dan pukulan Roda kendaraan (getaran). Karena sifat penyebaran beban, maka beban yang diterima oleh masing–masing lapisan berbeda dan semakin kebawah semakin besar. Lapisan yang paling atas disebut lapisan permukaan dimana lapisan permukaan ini harus mampu menerima seluruh jenis beban yang bekerja. Oleh karena itu lapisan permukaan mempunyai fungsi sebagai berikut :
1.      Lapis perkerasan penahan beban roda, harus mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2.      Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh diatasnya tidak meresap ke lapisan dibawahnya dan melemahkan lapisan–lapisan tersebut.
3.      Lapis aus, lapisan yang langsung menerima gesekan akibat gaya rem dari kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4.      Lapisan yang meyebarkan beban kelapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh lapisan lain yang ada di bawahnya.
Aspal beton (AC) terdiri dari tiga macam campuran, Laston Lapis Pengikat (AC-BC), Laston Lapis Aus (AC-WC) dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) yang ukuran maksimum masing-masing agregatnya adalah 25.4 mm, 19 mm dan 37,5 mm. Lapis aus permukaan (Wearing Course) mempunyai fungsi:
1.      Menyelimuti perkerasan dari pengaruh air.
2.      Menyediakan permukaan yang halus.
3.      Menyediakan permukaan yang mempunyai karakteristik yang kesat, rata sehingga aman dan nyaman untuk dilalui pengguna.
4.      Menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.

Maksud dari percobaan ini ialah sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian campuran dengan alat Marshall. Karena sangatlah penting pada percobaan kali ini untuk mengetahui kadar kadar material yang ada diaspal untuk tidak terjadi pengerutan pada medan jalan yang diakibatkan beratnya kendaraan yang lewat diatasnya.

Tujuan dari Analisa Pengujian Marshall ialah untuk mendapatkan suatu campuran aspal yang memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan didalam perencanaan.

Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      Lengkap 3 buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 cm dan tinggi 7,62 cm, lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
2.      Mesin penumbuk manual lengkap dengan :
a.       Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
b.      Landasan pemadat yang terdiri dari balok kayu berukuran 20,32 cm x 20,32 cm x 45,72 cm, dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 cm x 30,48 cm x 2,54 cm di jangkarkan pada lantai beton di empat bagian sudutnya.
3.      Alat pengeluar benda uji
Untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan dari dalam cetakan benda uji, dipakai sebuah alat ekstruder berdiameter 10cm.
4.      Alat Marshall lengkap dengan :
a.       Kepala penekan (Breaking Head) berbentuk lengkung.
b.      Cincin penguji (Proving Ring) kapasitas 2500 kg atau 5000 kg, dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,25mm beserta pelengkapnya.
5.      Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai 200°C (± 3°C)
6.      Bak Perendam (Water Bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20-60° (± 1°C)
7.      Timbangan Elektrik.
8.      Pengukur suhu dari logam (Metal Thermometer) berkapasitas 250°C dan 100°C dengan ketelitian 1% dari kapasitas.
9.      Perlengkapan lain:
a.       Pan
b.      Sendok
c.       Kompor atau pemanas
d.      Sarung tangan
10.  Bahan penunjang uji
a.       Kantong plastic
b.      Gas elpiji

Pada praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur yang telah dituliskan dibawah ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam pengaplikasian pada percobaan kali ini, inilah prosedur prosedur tersebut;

1.      Persiapan Benda Uji
a.       Mengeringkan agregat pada suhu 105o-110oC minimum selama 4 jam, setelah itu mengeluarkan benda uji dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
b.      Memisahkan agregat kedalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan cara penyaringan.
c.       Memanaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (Viscositas) yang disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan seperti Tabel 7.1.
Tabel 7.1
Tingkat Kekentalan (Viscositas) Aspal Untuk Aspal Padat Dan Aspal Cair
ALAT
PENCAMPURAN
PEMADATAN
Aspal Padat
Aspal Cair
Satuan
Aspal Padat
Aspal Cair
Satuan
Kinematik
Viscosimeter
170±20
170±20
C.ST
280±30
280±30
C.ST
Say Bolt Furol
Viscosimeter
85±10
(+28oC)
85±10
(+14oC)
DET
S.F
140±15
140±15
DET
S.F

d.      Pencampuran dilakukan sebagai berikut :
1)      Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga menghasilkan benda uji kira-kira 63,5mm ± 1,27 mm.
2)      Memanaskan panci/wajan pencampur beserta agregat kira-kira 28oC diatas suhu pencampuran  untuk aspal padat, bila menggunakan aspal cair, pemanasan sampai 14°C diatas suhu pencampur.
3)      Menuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan seperti Tabel 7.1 sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kemudian mengaduknya dengan cepat pada suhu yang sesuai sampai agregat terselimuti aspal secara merata.
e.       Pemadatan dilakukan sebagai berikut :
1)      Membersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dengan seksama dan memanaskannyasampai suhu antara 93.3 – 148.9°C.
2)      Meletakkan cetakan diatas landasan pemadat, serta menahannya dengan pemegang cetakan.
3)      Meletakkan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah diguntingmenurut ukuran cetakan kedalam dasar cetakan.
4)      Memasukkan seluruh campuran kedalam cetakandan menusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling pinggirnya dan 10 kali bagian tengahnya.
5)      Melakukan pemadatan dengan penumbuk sebanyak:
·         75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat
·         50 tumbukan untuk lalu lintas sedang
·         35 tumbukan untuk lalu lintas ringan
f.       Melepas pelat alat berikut leher sambung dari cetakan benda uji, kemudian membalikkan cetakan yang berisi benda uji dan memasang kembali plat alas berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
g.      Menumbuk kembali permukaan benda uji yang sudah dibalikan dengan jumlah tumbukan yang sama.
h.      Setelah pemadatan, melepaskan keping alas dan memasangkan ke alat pengeluar benda uji pada permukaan ujung ini.
i.        Kemudian mengeluarkan benda uji dengan hati-hati dan meletakkan benda uji di atas permukaan yang ratadanmembiarkan selama kira-kira ±24 jam pada suhu ruangan.
2.      Persiapan Pengujian
Persiapan pengujian mencakup :
a.       Membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel.
b.      Memberikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji,
c.       Mengukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
d.      Menimbang benda uji.
e.       Merendam benda uji di dalam air selama ±24jam pada suhu ruangan.
f.       Setelah merendam ±24 jam, kemudian menimbang benda uji dalam air untuk mendapatkan isi.
g.      Menimbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh.
h.      Membersihkan batang penumbuk (guide rod) dan permukaan dalam dari kepala penekan, sehingga kepala penekan yang ada dapat meluncur bebas.

3.      Cara Pengujian
Cara menguji dilakukan dengan langkah seperti berikut :
Waktu yang diperlukan dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendam atau oven sampai tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
a.       Merendam benda uji dalam bak perendam (water bath) selama 30-40menit dengan suhu tetap 60oC±1oC untuk benda uji yang menggunakan aspal padat.
b.      Mengeluarkan benda uji dari bak perendam dan meletakkan benda uji kedalam segmen bawah kepala penekan.
c.       Memasang segmen atas diatas benda uji dan meletakkan keseluruhannya dalam benda uji.
d.      Memasang arloji pengukur alir (Flow) pada kedudukannya atas salah satu batang penuntun dan mengatur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol sementara selubung tangkai(sleeve) dipegang teguh terhadap segmen atas kepala penekan.
e.       Menaikan kepala beserta benda ujinya sehingga menyentuh alas cincin penguat sebelum memberikan pembebanan.
f.       Menekan alur arloji pada kedudukan angka nol
g.      Memberikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sekitar 50mm/menit sampai pembebanan maksimum tercapai.
h.      Mencatat nilai akhir (flow) yang ditunjukan oleh jarum arloji pengukur alir pada saat pembebanan maksimum.

















H.    Penetrasi Aspal

Penetrasi merupakan suatu pengujian yang sangat penting, itu dikarenakan penetrasi dapat menunjukan mutu suatu aspal. Penetrasi adalah masuknya jarum penetrasi kedalam permukaan aspal dalam waktu 5 detik dengan beban 100 gram pada suhu  25o C (SNI 06 – 2456 -1991). Pengujian ini ditujukan untuk menentukan kekerasan dan kelembekan suatu aspal. Semakin besar angka penetrasi makin lembek aspal tersebut dan sebaliknya semakin kecil angka penetrasi makan aspal tersebut semakin keras.

Menurut ASTM D-8-31, aspal adalah bahan berwarna hitam kecoklatan tua, bersifat perekat, terutama terdiri dari bitumen yang didapat dari alam atau dari proses pembuatan minyak bumi. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine).

Klasifikasi aspal sendiri dapat dilihat pada RSNI S-01-2003

Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperature perlu dilakukan sehingga diperoleh informasi rentang temperature yang baik untuk pelaksanaan pekerjaan. Sedangkan bitumen adalah bahan berwarna hitam, dapat bersifat padat/keras (asphaltine) dapat juga bersifat lembek (malthine) Kepekaan tehadap temperature akan menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi retak atau mengeras.

Penetuan penetrasi adalah suatu cara untuk mengetahui konsistensi aspal. Konsistensi aspal merupakan derajat kekentalan aspal yang sangat dipengaruhi oleh suatu temperature. Untuk aspal keras atau lembek penentuan konsistensi dilakukan dengan penetrometer.
            
Konsistensi dinyatakan dengan angka penetrasi, yaitu masuknya jarum penetrasi dengan beban  tertentu ke dalam benda uji aspal pada suhu 25o C selama 5 detik. Penetrasi dinyatakan dengan angka dalam satuan 1mm.

Penentuan konsistensi dengan cara ini efektif terhadap aspal dengan angka penetrasi berkisar 50-200. Seandainya kurang atau melebihi dari angka tersebut maka konsentrasi dari penetrasi tersebut kurang efektif pada aspal tersebut.

Maskud pada percobaan ini adalah untuk mengetahui dan menetukan persentase kadar residu dalam aspal emulsi. Pada percobaaan ini dapat dilakukan untuk mengetahui dan memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan benar.

Tujuan dari percobaan ini mahasiswa akan dapat mengetahui sera memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi aspal sebagai bahan perkerasan jalan dengan benar. Setelah melakukan pekerjaan ini mahasiswa dapat ;

1.      Menentukan nilai penetrasi aspal leras (solid)
2.      Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian penetrasi aspal keras memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu beban dan waktu tertentu ke dalam aspal pada suhu tertentu.
3.      Menggunakan peralatan dengan terampil.

Pada praktikum ini harus menggunakan alat alat yang sudah ditentukan untuk mendapatkan hasil maksimal dan sesuai peraturan yang sudah sudah. Alat tersebut diantaranya ;

1.      Labu gelas berleher panjang dengan cabang berkapasitas 500 ml
2.      Alat penyuling lengkap, terdiri dari
·         Labu gelas
·         Tabung pendingin
3.      Tabung pengarah
4.      Tabung penerima (gelas ukur 100 ml)
5.      Thermometer
6.      Pembakaran gelang
7.      Timbangan ketelitian

Pada praktikum ini harus mengikuti prosedur prosedur yang telah dituliskan dibawah ini, sehingga tidak terjadi kesalaha dalam pengaplikasian pada percobaan kali ini, inilah prosedur prosedur tersebut;

1.      Merendam cawan yang telah diisi dengan aspal cair tersebut kedalam tanah yang telah diisi dengan air suling sampai bagian aspal tersebut tercelup semua. Kemudian diamkan dalam ruangan bersuhu (25oC) selama 1 jam.
2.      Memeriksa pemegang jarum pada alat penetrometer agar jarum dapat dipasang dengan baik dan bersihkan jarum tersebut pada pemegang jarum.
3.      Memasang pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh beban seberat 100 gram.
4.      Memindahkan nampan air yang berisi benda uji tersebut kebawah alat penetrasi.
5.      Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah arloji (jarum penunjuk penetrasi) penetrometer pada angka 0.
6.      Pemegang jarum dilepas dan secara bersamaan jalankan stop watch selama jangka waktu 5 detik.
7.      Arloji penetrometer diputar berihkan dan siapkan alat penetrasi untuk pembacaan berikutnya.
8.      Melakukan pembacaan penetrasi diatas tidak kurang dari 5 kali pada benda uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sam lain dan dari tepi dinding cawan tidak kurang dari 10 mm.
               Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;





I.       Persentase Kadar Residu dan Aspal Emulsi

Aspal Emulsi Aspal emulsi yang digunakan untuk campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi adalah jenis aspal emulsi kationik CSS-1h atau CSS-1. Aspal Emulsi yang digunakan untuk lapis ikat dan lapis resap ikat aspal emulsi kationik CRS-h yang dibuat secara fabrikasi dan harus memenuhi persyaratan sesuai Tabel 5.3. Tabel 5.3. Persyaratan aspal emulsi kationik Jenis Pengujian Metode Pengujian CRS-h CSS-1 CSS-1h Kekentalan Saybolt Furol pada 25oC, detik SNI 06-6721-2002 20-100 20-100 20-100 Pengendapan, 1 hari, % Maks. 1 Maks. 1 Maks. 1 Tes klasifikasi baik baik baik Pemeriksaan muatan listrik Positif Positif Positif Analisa ayakan/saringan, % Maks. 0,10 Maks. 0,10 Maks. 0,10 Pemeriksaan hasil penyulingan: - Kadar minyak dari emulsi, % - Sisa Penyulingan Penetrasi, 25oC,100gr, 0,1mm Daktilitas, 25oC, cm Kelarutan terhadap C2HCl3, % berat SNI 03-6832-2002 SNI 03-4798-1998 SNI 06-2456-1991 SNI 06-2432-1991 RSNI M-04-2004 Maks.3 Min. 65 100-250 Min.40 Min.97 - Min.57 100-250 Min. 40 Min.97,5 - Min.57 40-90 Min. 40 Min.97,5 Hasil Uji campuran semen,% SNI-03-4798-1998 - Maks. 20 - 2) Asbuton Butir a) Jenis Asbuton Butir yang akan digunakan harus kering, homogen, bebas dari bahan organik, lempung dan bahan-bahan lain yang tidak diijinkan. Asbuton Butir yang digunakan dapat dipilih salah satu tipe

Takaran pemakaian Asbuton Butir harus sesuai dengan Formula Campuran Rancangan (DMF). Namun demikian, untuk acuan bahwa penggunaan asbuton butir untuk masing-masing tipe adalah maksimum 5% untuk Asbuton Butir Tipe 5/20, maksimum 7% untuk Asbuton Butir Tipe 15/20, maksimum 8,5% untuk Asbuton Butir Tipe 15/25 dan maksimum 10,5% untuk Asbuton Butir Tipe 20/25. Metoda kerja proses pencampuran serta lama pencampurannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya. Asbuton Butir yang akan digunakan harus dalam kemasan kantong atau kemasan lain yang kedap air serta mudah penanganannya saat dicampur di ruang pencampur (pugmill). Asbuton butir tersebut harus ditempatkan padaBuku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 8 tempat yang kering dan beratap sehingga terlindung dari hujan atau sinar matahari langsung. Tinggi penimbunan Asbuton butir tidak boleh lebih dari 2 meter. Kemasan asbuton harus memiliki label yang jelas dan memuat informasi berikut: · logo pabrik · kode pengenal antara lain tipe, berat, penetrasi bitumen, diameter butir dan kelas kadar bitumen asbuton

 Jenis pengujian dan persyaratan Asbuton Butir Sifat-sifat Asbuton Metoda Pengujian Tipe 5/20 Tipe 15/20 Tipe 15/25 Tipe 20/25 Kadar bitumen asbuton; % SNI 03-3640-1994 18-22 18 - 22 23-27 23 - 27 Ukuran butir - Lolos Ayakan No 4 (4,75 mm); % SNI 03-1968-1990 100 100 100 100 - Lolos Ayakan No 8 (2,36 mm); % SNI 03-1968-1990 100 100 100 Min 95 - Lolos Ayakan No 16 (1,18 mm); % SNI 03-1968-1990 Min 95 Min 95 Min 95 Min 75 Kadar air, % SNI 06-2490-1991 Maks 2 Maks 2 Maks 2 Maks 2 Penetrasi aspal asbuton pada 25 °C, 100 g, 5 detik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 ≤10 10 - 18 10 - 18 19 - 22 Keterangan: 1. Asbuton butir Tipe 5/20 : Kelas penetrasi 5 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20 %. 2. Asbuton butir Tipe 15/20 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 20 %. 3. Asbuton butir Tipe 15/25 : Kelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 25 %. 4. Asbuton butir Tipe 20/25 : Kelas penetrasi 20 (0,1 mm) dan kelas kadar bitumen 25 %. 3) Aspal Cair cutback Untuk bahan lapis ikat dan lapis resap ikat, sealin aspal Emulsi dapat juga menggunkaan aspal cair cutback. Jenis aspal cair cutback untuk lapis ikat adalah aspal cair cutback jenis RC-250 yang dibuat dari aspal keras pen 60 ditambah premium. Sedangkan untuk lapis resap ikat dapat menggunakan aspal cair cutback jenis MC-30 atau MC-70 yang dibuat dari aspal keras pen 60 ditambah kerosin.

 Ketiga jenis aspal cair yang akan digunakan sebagai lapis ikat dan lapis resap ikat harus memenuhi persyaratan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Jenis pengujian dan persyaratan Aspal Cair (Cutback) Jenis Pengujian Metode Pengujian MC-30 MC-70 MC-250 MC-800*) RC-250 Kekentalan kinematic pada 60oC,Cst SNI 06-6721-2002 30 – 60 70–140 250–500 800-1600 250-500 Titik nyala (TOC), oC SNI 06-2433-1991 Min.38 Min.38 Min. 66 Min.26 Min.27 Kadar Air, % SNI 06-2490-1991 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Maks. 0,2 Penyulingan, % isi : SNI 06-2488-1991 Sulingan sampai 225 oC Maks.25 0-20 0-10 - Min.35 260 oC 40-70 20-60 15-55 0-35 Min.60 315 oC 75-93 65-90 60-87 45-80 Min.80 sisa pada 360 oC Min.50 Min.55 Min.67 Min.75 Min.67 Pengujian Sisa Penyulingan: -Penetrasi, 0,1 mm SNI 06-2456-1991 - 120 – 250 120 – 250 120-250 80-120 -Kekentalan absolut pada 60oC, Poise 300-1200 300-1200 300-1200 300-1200 600-2400 -Daktilitas, cm SNI 06-2432-1991 Min.100 Min.100 Min.100 Min.100 Min.100 -Kelarutan dalam C2HCl3, % berat SNI 06-2438-1991 Min.99 Min.99 Min.99 Min.99 Min.99 Pelekatan dalam air, % permukaan tertutup SNI 03-2439-1991 Min.80 Min.80 Min.80 Min.80 Min.80 Spot Test AASHTO T 102 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif *) untuk campuran dingin diambil MC-800 dengan viskositas di atas 1500 Cst.Buku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 9 5.2.2. Persyaratan campuran

Gradasi agregat gabungan Gradasi gabungan untuk campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi, ditunjukkan dalam persen berat, harus memenuhi batasbatas yang diberikan dalam Tabel 5.6. Gradasi gabungan merupakan gradasi dari agregat kasar, halus dan mineral asbuton. Tabel 5.6. Gradasi gabungan campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi Persyaratan Gradasi Gabungan Ukuran Saringan Lapis Permukaan Lapis Antara Nominal 12,5 mm Nominal 19 mm 1” (25) 100 ¾ ” (19) 100 90 - 100 ½ ” (12,5) 90 - 100 - 3/8 ” (9,5) 68 -85 60 - 80 No. 4 (4,76) 45 -70 35 – 65 No. 8 (2,36) 25 -55 20 - 50 No. 50 (0,300) 5 - 20 3 - 20 No. 200 (0,075) 2 - 9 2 - 8 b. Komposisi Umum Campuran Campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi terdiri atas agregat, filler dan asbuton butir. Sifat campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi harus memenuhi persyaratan
Persyaratan campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi Sifat campuran Persyaratan Jumlah tumbukan 2 x 50 Rongga di antara mineral agregat (VMA), (%) Min. 16 Rongga dalam campuran (VIM) Marshall, (%) 3 -12 Stabilitas Marshall pada 22 oC, (kg) Min. 450 Stabilitas sisa setelah perendaman 4 x 24 jam (%) Min. 60 Tebal film aspal, mikron Min. 8 Penyelimutan agregat kasar , % Min. 75 5.2.3. Persyaratan hasil pelaksanaan a. Toleransi terhadap formula campuran kerja yang diijinkan Seluruh campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Formula Campuran Kerja, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 5.8.Buku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 10 Tabel 5.8. Toleransi campuran Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat No.200 ± 1 % berat total agregat Kadar aspal Toleransi Kadar aspal ± 0,3 % berat total campuran b. Persyaratan kepadatan 1) Kepadatan semua jenis campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 98%

Kepadatan Standar Kerja (Job Standard Density). 2) Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi dan pemadatan benda uji di laboratorium masingmasing harus sesuai dengan RSNI M-01-2003. 3) Kepadatan campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi dianggap telah memenuhi persyaratan, bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 5.9. Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus diganti dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil. Tabel 5.9. Persyaratan kepadatan Kepadatan yang disyaratkan (% JSD) Jumlah benda uji per pengujian

Kepadatan Minimum Rata-rata (% JSD) Nilai minimum setiap pengujian tunggal (% JSD) 3 - 4 98,1 95 5 98,3 94,9 98 6 98,5 94,8 c. Persyaratan ketebalan dan kerataan hamparan 1) Bilamana campuran beraspal dingin dengan asbuton butir dan peremaja aspal emulsi yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal lapisan beraspal tidak boleh lebih dari toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 5.10. Tabel 5.10. Persyaratan/toleransi tebal Jenis Campuran Beraspal Dingin Simbol Tebal Nominal Minimum (mm) Toleransi Tebal (mm) Lapis Permukaan (Lapis Aus) WC 40 ± 4 Lapis Permukaan Antara BC 50 ± 5Buku 5: Pedoman Pemanfaatan Asbuton 11 2) Toleransi kerataan harus memenuhi ketentuan berikut ini : a) Kerataan Melintang Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tegak lurus sumbu jalan tidak boleh melampaui 4 mm untuk lapis aus dan 6 mm untuk lapis permukaan antara. b) Kerataan Memanjang Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan mistar lurus atau mistar lurus berjalan (rolling) sepanjang 3 m yang diletakkan sejajar dengan sumbu jalan tidak boleh melampaui 5 mm. 3) Perbedaan setiap dua titik pada setiap penampang melintang untuk lapis aus tidak boleh melampaui 5 mm, lapis permukaan antara tidak boleh melampaui 8 mm dan untuk lapis pondasi tidak boleh melampaui 10 mm dari elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;







J.      Destilasi Kadar Aspal Cair

Bitumen adalah zat perekat (cementitious) berwarna hitam atau gelap, yang dapat diperoleh di alam atau hasil produksi. Bitumen terutama mengandung senyawa   hidrokarbon seperti aspal, ter, pitch.

Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsure utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun merupakan residu dari pengilang minyak bumi. Ter adalah material berwarna coklat atau hitam berbentuk cair atau semi padat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil kondensat dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi atau material organik lainnya.

Pitch didefinisikan sebagai sebagai material perekat (cementitious) padat, berwarna hitam atau coklat tua, yang berbentuk cair jika dipanaskan. Pitch diperoleh sebagai residu dari destilasi fraksional ter. Ter dan pitch tidak diperoleh di alam, tetapi merupakan produk kimiawi. Dari ketiga material pengikat tersebut, aspal merupakan material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal.

Aspal adalah material yang pada temperature ruang berbentuk padat sampai agak padat dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan sampai temperatur tertentu dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campurarn perkerasan jalan. Banyaknya aspal dalam campuran perkerasan berkisar antara 4 – 10% berdasarkan berat campuran, atau 10 -15% berdasarkan volume campuran.

Jenis aspal
Berdasarkan tempat diperolehnya, aspal dibedakan atas aspal alam dan aspal minyak. Aspal alam yaitu aspal yang didapat di suatu tempat di alam dan dapat digunakan sebagaimana diperolehnya atau dengan sedikit pengolahan. Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu pengilangan minyak bumi.

Aspal alam
Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang brtupa aspal gunung, terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Batu Buton). Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal, deposi asbuton membentang dari Kecamatan Lawele sampai Sampolawa. Cadangan deposit berkisar 200 juta ton dengan kadar aspal bervariasi antara 10 – 35% aspal. Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional.
Asbuton merupakan campuran antara bitumen dengan bahan miberal lainnya dalam bentuk batuan. Karena asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka asbuton mulai diproduksi dalam berbagai bentuk di pabrik pengolahan asbuton. Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a.Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar, asbuton halus, asbuton mikro dan butonite mastic asphalt.

b.      Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekatrasi atau proses kimiawi.

Aspal minyak
Aspal minyak adalah aspal yang merupakan residu destilasi minyak bumi. Setiap minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang banyak mengandung aspal, parafin base crude oil yang banyak mengandung parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis asphaltic base crude oil.

Aspal padat
adalah aspal yang berbentuk padat atau semi padat pada suhu ruang dan menjadi cair jika dipanaskan. Aspal padat dikenal dengan nama semen aspal (asphalt cement). Oleh karena itu, semen aspal harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai bahan pengikat agregat.

Aspal cair (cutback asphalt) yaitu aspal yang berbentuk cair pada suhu ruang. Aspal cair merupakan semen aspal yang dicairkan dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi seperti minyak tanah, bensin atau solar. Bahan pencair membedakan aspal cair menjadi :
a.       Rapid curing cut back asphalt (RC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair bensin. RC merupakan aspal cair yang paling cepat menguap
b.      Medium curing cut back asphalt (MC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair minyak tanah (kerosene)
c.       Slow curing cut asphalt (SC), yaitu aspal cair dengan bahan pencair
solar (minyak disel). SC merupakan aspal cair yang paling lambat
menguap.

Aspal emulsi (emulsified asphalt) adalah suatu campuran aspal dengan air dan bahan pengemulsi, yang dilakukan di pabrik pencampur. Aspal emulsi ini lebih cair daripada aspal cair. Di dalam aspal emulsi, butir-butir aspal larut dalam air. Untuk menghindari butiran aspal saling menarik membentuk butir-butir yang lebih besar, maka butiran tersebut diberi muatan listrik. Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a.       Aspal kationik disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang butiran aspalnya bermuatan arus listrik positif.
b.      Aspal anionik disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif.
c.       Nonionik merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, yang berarti tidak mengantarkan listrik

Berdasarkan kecepatan mengerasnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
a.       Rapid Setting (RS), aspal yang mengandun sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan yang terjadi cepat dan aspal cepat menjadi padat atau keras kembali.
b.      Medium Setting (MS)
c.       Slow Setting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat mengeras.

Dari ketiga bentuk aspal tersebut, semen aspal adalah bentuk yang paling banyak digunakan.

Sifat Kimiawi Aspal
Aspal terdiri dari senyawa hidrokarbon, nitrogen dan logam lain, sesuai jenis minyak bumi dan proses pengolahannya. Mutu kimiawi aspal ditentukan dari komponen pembentuk aspal. Saat ini telah banyak metode yang digunakan untuk meneliti komponen-komponen pembentuk aspal. Komponen fraksional pembentuk aspal dikelompokkan berdasarkan karakteristik reaksi yang sama.
Secara garis besar komposisi kimiawi aspal terdiri dari asphaltenes, resins dan oils. Asphaltenes terutama terdiri dari senyawa hidrokarbon, merupakan material berwarna hitam atau coklat tua yang tidak larut dalam n-heptaneAsphaltenes menyebar di dalam larutan yang disebut maltenesMaltenes larut dalam heptane, merupakan cairan kental yang terdiri dari resins dan oilsResins adalah cairan berwarna kuning atau coklat tua yang memberikan adhesi dan aspal, merupakan bagian yang mudah hilang atau berkurang selama masa pelayanan jalan, sedangkan oils yang berwarna lebih muda merupakan media dari asphaltenes dan resin.

Pengerasan aspal dapat terjadi karena proses oksidasi, penguapan dan perubahan kimiawi lainnya. Reaksi kimiawi dapat mengubah resins menjadi asphaltenes, dan oils  menjadi  resins yang secara keseluruhan akan meningkatkan viskositas asapal
Fungsi aspal sebagai material perkerasan jalan
Aspal yang digunakan sebagai material perkerasan jalan berfungsi sebagai :
a.       Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal  dan agregat dan antara sesama aspal.
b.      Bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam butir agregat itu sendiri.

Untuk dapat memenuhi kedua fungsi aspal itu dengan baik, maka aspal harus memiliki sifat adhesi dan kohesi yang baik, serta pada saat dilaksanakan mempunyai tingkat kekentalan tertentu. Penggunaan aspal pada kekerasan jalan dapat melalui pencampuran pada agregat  sebelum dihamparkan (prahampar), seperti lapisan beton aspal atau disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan dan ditutupi oleh agregat-agregat yang lebih halus (pascahampar), seperti perkerasan penetrasi makadam atau pelaburan.

Fungsi utama aspal untuk kedua jenis proses pembentukan perkerasan yaitu proses pencampuran prahampar dan pascahampar itu berbeda. Pada proses prahampar aspal yang dicampurkan dengan agregat akan membungkus atau menyelimuti butir-butir agregat mengisi pori antar butir dan meresap ke dalam pori masing-masing butir.

Pada proses pascahampar, aspal disiramkan pada lapisan agregat yang telah dipadatkan, lalu diatasnya ditaburi butiran agregat halus. Pada proses ini aspal akan meresap ke dalam pori-pori antar butir agregat di bawahnya. Fungsi utamanya adalah menghasilkan lapisan perkerasan bagian atas yang kedap air dan tidak mengikat agregat sampai ke bagian bawah.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEid6iRujLhhKD2ynrDJ1plWT47HO5_WV8442psZBpnXcVP1sTpu44xn1qIH4tXLhpuefStlc5GdW97xIOLxfoXF_8CyrYH4JDSdzXQdJlWz2B-F2Yds5p7YmNlDBozPHvhFgWSsqJefnw0/s320/tumblr_l93i1bswVF1qdifjro1_1280.jpg

Pada sistem perkerasan lentur (flexible pavement) dipakai material aspal sebagai bahan pengikat agregat. Material aspal memiliki sifat kohesif, adesif, dan termoplastis. Kohesif berarti sifat mengikat sesama komponen aspal, yang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan daktilitas. Adesif adalah sifat mengikat material lain, yaitu agregat pada campuran asphalt concrete (AC). Sifat adesif dapat dievaluasi melalui pemeriksaan stabilitas Marshall (Thanaya, 2008). Sifat termoplastis adalah sifat aspal yang dipengaruhi oleh oleh perubahan temperatur (temperatur suceptibility). Aspal akan mencair bila dipanaskan, dan akan mengeras kembali bila didinginkan (Santosa, 1997).
Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap kinerja campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal yang rendah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami retak-retak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan mengalami bleeding. Oleh sebab itu, kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan yang lainnya juga dipenuhi, seperti nilai VIM, Flow dan sebagainya, hingga pada akhirnya memberi umur pelayanan jalan yang lebih lama.

Kadar aspal pada suatu campuran AC mempengaruhi nilai Specific Gravity (SG), Voids in Mix (VIM), Voids in Material Agregates (VMA), Voids Filled with Bitumen (VFB),StabilityFlow, dan Marshall QoutientSpecific Gravity akan bertambah dengan bertambahnya kadar aslap sampai pada batas maksimum kemudian nilainya menurun. Voids in Mix menurun secara konsisten dengan bertambahnya ladar aspal. Voids in Material Agregates umumnya menurun sampai pada batas tertentu, kemudian naik dengan bertambahnya kadar aspal. Voids Filled with Bitumen secara konsisten bertambah dengan bertambahnya kadar aspal. Stability naik dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian turun. Flow secara konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal. Marshall Qoutient bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian menurun (Wirahaji, 2010).

Kadar aspal yang terpakai dalam campuran yang kemudian dihampar di lapangan adalah kadar aspal optimum. Kadar aspal optimum menjadi persyaratan mutlak dalam setiap campuran lapis perkerasan beraspal. Besaran kadar aspal optimum berbeda-beda, tergantung dari propertis aspal, agregat, gradasi agregat dan jenis campuran itu sendiri. Lapis perkerasan yang di atas selalu lebih besar kadar aspalnya. Lapisan atas yang kedap air seperti AC-WC memiliki kadar aspal yang paling tinggi daripada lapis perkerasan di bawahnya. Hal ini disebabkan, karena aspal mampu mengisi rongga-rongga dalam campuran. Pengisian rongga-rongga ini dengan sendirinya akan memperkecil volume rongga, sehingga air tidak bisa masuk meresap ke lapisan aspal di bawahnya. Dengan kemiringan melintang badan jalan 2 – 4% air hujan akan mengalir keluar badan jalan.

Pada Proyek Paket pemeliharaan Berkala Ruas Jalan Simpang Sakah – Simpang Blahbatuh tahun anggaran 2011, dengan Nomor Kontrak: KU.08.08/742/SKPD-PEMEL/V/2011, tanggal 3 Mei 2011, juga dilakukan tahapan-tahapan dalam menentukan kadar aspal optimum yang akan dipakai dalam campuran lapis perkerasan Laston Lapis Aus atau Asphalt Concrete – Wearing Course (AC-WC). Perusahaan Jasa Konstruksi (PJK) yang melaksanakan pekerjaan paket proyek ini adalah CV. Sekar Alit Wiraguna. Sedangkan konsultan supervisinya adalah PT. Wiranta Bhuana Raya. Lokasi Asphalt Mixing Plant (AMP) berada di Base Camp PJK di dusun Badeg, desa Subudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem. Lokasi penghamparan pada ruas jalan simpang Sakah – simpang Blahbatuh.

Kegiatan mencari kadar aspal optimum dilakukan di laboratorium Base Camp perusahaan jasa konstruksi (PJK) bersama petugas laboratorium dari kontraktor, laboratorium teknisi danquality enginner dari konsultan supervisi, serta pengawas mutu dari Satker Dinas PU SKPD-TP. Ketiga pihak secara bersama-sama melakukan sejumlah pemeriksaan/pungujian gradasi dan kadar aspal dengan seksama.

AC-WC adalah lapisan aus yang merupakan lapisan perkerasan yang ditempatkan paling atas, sebagai lapis permukaan (surface). Persyaratan lapisan ini (surface) adalah kedap air, yaitu lapisan ini harus dapat mengalirkan air ke tepi badan jalan. Sifat kedap air ini untuk melindungi lapis perkerasan di bawahnya agar tidak kemasukan air. Bila air dapat meresap ke dalam lapisan bawahnya, maka jalan akan segera rusak, tidak akan bertahan sesuai dengan umur rencana, yang biasanya direncanakan selama 10 tahun.

Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;
              
                

                   











K.    Kekentalan Aspal

Tingkat material bitumen dan suhu yang digunakan tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap suhu dan tingkatakan padat, encer sampai cair. Hubungan antara kekuatan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan penggunaan material bitumen kekuatan akan berkurang ( dalam hal ini aspal menjadi lebih encer). Ketika suhu meningkat.
Kekuatan absolute atau dinamik dinyatakan dalam satuam pada detik atau poise (1 poise = 0,1 Pa detik) viskositas kinematika dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan stoket  atau centitokes ( 1 stokes = 100 centistokes. 1 cm2/detik) karena kekentalan kinematik sama dengan kekentalan absolute dibagi dengan berat  jenis ( kira-kira 1 cm2/detik untuk bitumen)
Kekentalan kinematik absolute dan kekentalan kionematik mempunyai harga yang relative sama apabila kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam stokes.
Pada pratikum kekentalan kedua-duanya dinyatakan oleh waktu menetes ( dalam detik /menit) dan pada suhu berapa dilakukan pengujian. Waktu yang didapat harus dirobah dalam bentuk c(cst)
C(cst) = Waktu yang dicatat x 2,18

            C(cst) berguna untuk pembuatan dan memasukan nilai pada grafik natinya pada pratikum pengujian viskositas diperlukan 60 ml sampel untuk melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi. Diukur dibawah kondisi tertentu dan selanjutnya dilaporkan sebagai nilai viskositas dari sampel tersebut pada suhu tertentu, sedangkan viskositas kinematik dinyatakan dengan waktu Yang dibutuhkan  oleh bitumen cair dengan suhu 60o C untuk mengisi penuh wadah gelas (viskositas)
            Penentuan  kekentalan dengan menggunakan alat saybolt ini sebenarnya kurang praktis karena hasilnya didapat dari hasil percobaan tidak bisa digunakan langsung tetapi harus dihitung dulu dengan menggunakan factor koreksi.
            Tetapi dengan mengabaikan ketidak  praktisan diatas, sifat kekentalan material bitumen merupakan salah satu factor penting dalam pelaksanaan perencanaan campuran maupun dilapangan disini hubungan antara  kekentalan dan suhu mencapai peranan sifat campuran tertentu . Apabila vikositas yang terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam pelaksanaanya campuran sebaiknya apabila suhu viskositas terlalu rendah maka bitumen tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan  perekat pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran.
Pada percobaan kali ini alat alat yang digunakan seperti yang telah dituliskan diatas mempunyai gambar seperti dibawah ini;





L.     Kehilangan Berat Aspal

Cahaya diketahui memiliki efek yang merusak pada aspal. Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar mata hari , yang akna merusak aspal, dengan di bantu oleh

Factor air dan cairan pelarut lainnya.

            Kerusakan molekul dengan cara ini disebut factor oksidasi, untungnya sinar yang merusak ini hanya dapat mempengaruhi beberapa lapisan molekul lapisan atas aspal. Oleh karena itu , foto oksidasi dianggap kecil pengaruhnya  apabila dilihat dari table aspal keseluruhan. Namun proses di atas tidak dapat di abaikan dalam konstribusinya terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada pad alapisan permukaan tipis aspal.
           
            Karakteristik campuran aspal khususnya mengenai durabilitas sangat tergantung
Pada karakteristik yang tersedia pada lapisan tipis aspal. Untuk mengevaluasi durabitas material aspal tersedia prosedur yang disebut Thin film Oven Test (TFOTdengan melakukan pembatasan evaluasinya hanya pada karakteristik aspal, seperti kehilangan berat.

Padapengujian ini kita menggnakan metoda TFOT , dimana suatu sampel tipis di panaskan dalam oven selama periode tertentu, dan karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti indikasi adanya proses pengerasan dari material aspal.

       Pengujian TOFT bertujuan mengetahui kehilangan minyak pada aspal akibat pemanasan berulang, pengujian ini mengukur perubahan kenerja aspal akibat kehilangan berat. Cahaya diketahui mempunyai efek yang merusak pada aspal karena kerusakan yang ditimbulkan sering berasal dari matahari dan dibantu oleh aspek air dan cairan pelarut lainnya.
     
      Kerusakan molekul aspal ini dinamakan oksidasi. Ini dianggap kecil pengaruhnya apabila dari tebak aspal keseluruhannya, namun proses diatas akibat cuaca pada lapisan permukaan agregat.

      Kharakteristik campuran khususnya durabilitas aspal sangat tergantung pada karakteristik lapis tipis aspal. Pada Pengujian ini, suatu sampel tipis dipanaskan. Kemudian diperiksa untuk meneliti adanya proses pengerasan atau proses pelapukan atau proses pelapukan material aspal.

      Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan evaluasi karhakteristik sebelum dan sesudah kehilangan berat yang dilihat adalah nilai penetrasi titik lembek dan daktalitas. Untuk itu sangat dianjurkan saat penyiapan sampel dibuat 2 buah sampel.

Untuk mendapatkan material aspal yang akan dipakai untuk campuran, diharapkan pengujian TFOT dan penurunan berat ini tidak terlalu besar, besarnya nilai penurunan berat ini tidak terlalu besar , selisih dari nilai penetrasi sebelum dan sesudah menunjukkan bahwa aspal tersebut peka terhadap cuaca dan suhu.

No comments:

Post a Comment