Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu pendidikan, di artikel kali ini, saya akan membahas
tentang korelasi filsafat dan pendidikan. Apakah ada kaitannya antara filsafat
dengan pendidikan? Sebelum kita mengetahui apa hubungan atau korelasi antara
filsafat dan pendidikan, alangkah baiknya jika kita mengetahui apa arti dari
filsafat itu sendiri.
1. PENGERTIAN
FILSAFAT
A. SECARA
ETIMOLOGIS
Kata filsafat dalam bahasa
Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani
yakni philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk,
dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia
= "kebijaksanaan"). Sehingga arti harfiahnya adalah seorang “pencinta
kebijaksanaan”.
Menurut Wikipedia, Filsafat adalah studi tentang seluruh
fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam
konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan
alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu
dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan
logika berpikir, dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang
sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat
menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan
ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling
dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan
sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Seseorang yang mendalami bidang
falsafah disebut “filsuf”.
B. MENURUT
PARA AHLI
1. Menurut
Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retotika, logika, etika,
ekonomi, politik dan estetika (keindahan).
2. Menurut
Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang merupakan dari dasar semua pengetahuan dalam meliputi isu-isu epistemology
(filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dapat kita
ketahui.
3. Menurut
Al-Farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang
sifat bagaimana sifat sesungguhnya dari kebenaran.
4. Menurut
Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan semua
pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi pokok penyelidikan.
5.
Menurut Plato
Filsafat adalah ilmu yang mencoba
untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
6. Menurut
Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang
masalah final dan menentukan yaitu masalah makna keadaan, Tuhan, kebebasan dan
keabadian.
7.
Menurut Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang meneliti
secara mendalam tentang ketuhanan, manusia dana lam semesta untuk menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai sejauh pikiran manusia dan
bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
8.
Menurut N. Driyarkara
Filsafat adalah refleksi yang
mendalam tentang penyebab “disana dan melakukan”, refleksi dari realitas
(reality) jauh ke dalam “mengapa” penghabisan itu.
9. Menurut
Ir. Proedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha
untuk menemukan penyebabnya deras untuk segala sesuatu dengan pikiran belaka.
10. Menurut
Notonegoro
Filsafat adalah meneliti hal-hal
yang menjadi objek inti dari sudut mutlak, yang tetap dan tidak berubah, yang
juga disebut alami.
11. Menurut
Reksa Adya Pribadi, M.pd. (Dosen mata kuliah Kurikulum dan pembelajaran UNTIRTA)
Filsafat adalah ilmu “Kepo” karena didasari oleh rasa ingin tahu
yang tinggi terhadap segala sesuatu.
Setelah mengetahui pengertian filsafat,
lalu apa hubungan korelasi antara filsafat dan pendidikan? Jika ditelaah lebih
jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Baik
dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat terpahami karena
pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama sekali
filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di dalam
menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna kesamaan di dalam
proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi
satu-satunya primata yang selalu menyerukan kebaikan cinta dan kebenaran.
Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat
membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain
hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup
manusia menjadi suatu hal yang penting untuk membawanya pada hidup yang
bermakna. Dengan pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik
dan benar. Dengan demikian, ia bisa tertawa, menangis, bicara, dan diam
mengambil ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak
terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang paling tertua
dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka menyebut
bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Sementara filsafat mengakui bahwa
menurut substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di tingkat abstrak,
bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan. Sedangkan, menurut
eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret, bersifat
relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi segala sesuatu yang ada di dunia
pengalaman itu berasal dari satu substansi. Persoalan yang muncul adalah
bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan antara
satu dan lainnya? Misalnya, pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia,
binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal dari satu substansi. Apakah
yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling
berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam keteraturan sosial dan
ketertiban dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah
manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat,
dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha
mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada
ini. Darimana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan
akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri dan sesamanya
secara terus menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat
tersebutlah pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba
mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap
eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada
materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi, dan
tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi
landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan
ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat
berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa
pendidikan, filsafar tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah,
seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat
pendidikan. Melalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan
pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistomologi, dan
aksiologi.
Pengertian filsafat pendidikan dan
bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus diketahui oleh
guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap
manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus mempelajari
filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan
dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan.
Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat
lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan, dll.
Dalam pengertian tersebut, filsafat
tidak lain bertujuan memvbawa manusia mengalami hidup yang dimilikinya dengan
pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar.
Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang dimilikinya
dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan filsafat dimulai
dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam filsafat, jauh sebelum
persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih dahulu
mempertahankan sejauh mana relebansi persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia
sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari
segala aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran filsafat adalah
kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang
sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari segi yang dapat
diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya
sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang
di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke
dasar gunung e situ untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan
renungan yang kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah
satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari
induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya,
pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias
mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia
untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan
peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat
dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua, teori umum pendidikan; dan
ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan
pada umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti
ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan
manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat
pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang termasuk insting
manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi
menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal,
yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari
perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan,
social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik bermaksud membuat
manusia menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan
alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah membudayakan manusia. Dalam
pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey, “The
general theory og education dan Philosophy is the general theory of education.”
Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan atau filsafat
pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan
adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat
pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti filsafat pragmatis yang
berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan
progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan
manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang
ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing
cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.
DAFTAR
PUSTAKA
Gandhi
HW, Teguh Wangsa. Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
No comments:
Post a Comment