Friday, October 14, 2016

Korelasi antara filsafat dan pendidikan




 
  
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ilmu pendidikan, di artikel kali ini, saya akan membahas tentang korelasi filsafat dan pendidikan. Apakah ada kaitannya antara filsafat dengan pendidikan? Sebelum kita mengetahui apa hubungan atau korelasi antara filsafat dan pendidikan, alangkah baiknya jika kita mengetahui apa arti dari filsafat itu sendiri.
1.     PENGERTIAN FILSAFAT
A.    SECARA ETIMOLOGIS
Kata filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab  فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani yakni philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harfiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Menurut Wikipedia, Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
B.     MENURUT PARA AHLI
1.       Menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang berisi ilmu metafisika, retotika, logika, etika, ekonomi, politik dan estetika (keindahan).
2.       Menurut Immanuel Kant
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang merupakan dari dasar semua pengetahuan dalam meliputi isu-isu epistemology (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dapat kita ketahui.
3.       Menurut Al-Farabi
Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang sifat bagaimana sifat sesungguhnya dari kebenaran.
4.       Menurut Rene Descartes
Filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan bahwa Allah, manusia dan alam menjadi pokok penyelidikan.
5.       Menurut Plato
Filsafat adalah ilmu yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang sebenarnya.
6.       Menurut Langeveld
Filsafat adalah berpikir tentang masalah final dan menentukan yaitu masalah makna keadaan, Tuhan, kebebasan dan keabadian.
7.       Menurut Hasbullah Bakry
Filsafat adalah ilmu yang meneliti secara mendalam tentang ketuhanan, manusia dana lam semesta untuk menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana alam dapat dicapai sejauh pikiran manusia dan bagaimana perilaku manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
8.       Menurut N. Driyarkara
Filsafat adalah refleksi yang mendalam tentang penyebab “disana dan melakukan”, refleksi dari realitas (reality) jauh ke dalam “mengapa” penghabisan itu.
9.       Menurut Ir. Proedjawijatna
Filsafat adalah ilmu yang berusaha untuk menemukan penyebabnya deras untuk segala sesuatu dengan pikiran belaka.
10.   Menurut Notonegoro
Filsafat adalah meneliti hal-hal yang menjadi objek inti dari sudut mutlak, yang tetap dan tidak berubah, yang juga disebut alami.
11.   Menurut Reksa Adya Pribadi, M.pd. (Dosen mata kuliah Kurikulum dan pembelajaran UNTIRTA)
Filsafat adalah ilmu “Kepo” karena didasari oleh rasa ingin tahu yang tinggi terhadap segala sesuatu.
Setelah mengetahui pengertian filsafat, lalu apa hubungan korelasi antara filsafat dan pendidikan? Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Baik dilihat dari proses, jalan, serta tujuannya. Hal ini sangat terpahami karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama sekali filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia di dalam menghindari fitrahnya sebagai diri yang selalu mendamba makna kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan ruang pragmatis.
Di satu sisi, manusia selalu menjadi satu-satunya primata yang selalu menyerukan kebaikan cinta dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama sekali, selain hanya sebuah kesenangan.
Dalam ruang inilah pendidikan bagi hidup manusia menjadi suatu hal yang penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar. Dengan demikian, ia bisa tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran yang tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut pakar merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu, mereka menyebut bahwa filsafat adalah induk semua ilmu-ilmu pengetahuan di muka bumi ini.
Sementara filsafat mengakui bahwa menurut substansinya yang ada itu tunggal, dan berada di tingkat abstrak, bersifat mutlak, serta tidak mengalami perubahan. Sedangkan, menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada di tingkat konkret, bersifat relative, dan mengalami perubahan terus-menerus.
Jadi segala sesuatu yang ada di dunia pengalaman itu berasal dari satu substansi. Persoalan yang muncul adalah bagaimana menyikapi segala pluralitas ini agar tidak terjadi benturan antara satu dan lainnya? Misalnya, pluralitas jenis, sifat, dan bentuk manusia, binatang, tumbuhan, dan badan-badan benda berasal dari satu substansi. Apakah yang seharusnya dilakukan agar antara manusia satu dan lainnya tidak saling berbenturan kepentingan sehingga dapat mengancam keteraturan sosial dan ketertiban dunia?
Jawaban terhadap persoalan di atas adalah manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap diri sendiri, masyarakat, dan terhadap alam. Agar dapat berbuat demikian, manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini. Darimana asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan akhir keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri dan sesamanya secara terus menerus.
Bertolak dari pemikiran filsafat tersebutlah pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap eksistensi kehidupan ini. Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang berisi pengetahuan umum berupa wawasan asal mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan. Kesadaran terhadap asal mula dan tujuan kehidupan menjadi landasan bagi perilaku sehari-hari sehingga semua kegiatan eksistensi kehidupan ini selalu bergerak teratur menuju satu titik tujuan akhir.
Tanpa filsafat, pendidikan tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya, tanpa pendidikan, filsafar tetap berada di dalam dunia utopianya. Oleh karena itulah, seorang guru harus memahami dan mendalami filsafat, khususnya filsafat pendidikan. Melalui filsafat pendidikan, guru memahami hakikat pendidikan dan pendidikan dapat dikembangkan melalui falsafah ontology, epistomologi, dan aksiologi.
Pengertian filsafat pendidikan dan bagaimana penerapannya serta apa dampak dari pendidikan harus diketahui oleh guru karena pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi setiap manusia, termasuk guru di dalamnya. Jadi, seorang guru harus mempelajari filsafat pendidikan karena dengan memahami dan memaknai filsafat itu, akan dapat memberikan wawasan dan pemikiran yang luas terhadap makna pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan filsafat lainnya, misalnya filsafat hukum, filsafat agama, filsafat kebudayaan, dll.
Dalam pengertian tersebut, filsafat tidak lain bertujuan memvbawa manusia mengalami hidup yang dimilikinya dengan pandangan, pengalaman, pengetahuan, serta penghayatan yang baik dan benar. Dengan pemahaman tersebut, manusia mampu menyadari hidup yang dimilikinya dengan benar tanpa adanya.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu, sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Oleh karena itu, dalam filsafat, jauh sebelum persoalan-persoalan mesti dicari jawabannya, filsafat selalu terlebih dahulu mempertahankan sejauh mana relebansi persoalan-persoalan tersebut. Adakah ia sungguh-sunggu memang sebuah problem atau justru hanya diproblematikakan saja?
Di sini, filsafat membahas sesuat dari segala aspeknya yang mendalam. Maka, dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaan menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relative karena kebenaran ilmu yang ditinjau dari segi yang dapat diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya, isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat ang di atas permukaan laut saja. Sementara, filsafat mencoba menyelami sampai ke dasar gunung e situ untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan, pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya, yaitu filsafat. Sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya, pendidikan berada bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak pernah bias mebebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan ruhani kea rah kedewasaan. Secara garis besar, pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, pendidikan; kedua, teori umum pendidikan; dan ketiga, ilmu pendidikan.
Dalam pengertian pertama, pendidikan pada umumnya mendidik yang dilakukan oleh masyarakat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada sejak manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi kelangsungan hidup keturunannya. Tindakan yang termasuk insting manusia antara lain sikap melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kemampuan menyusu air susu ibu, dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan mendidik mencakup banyak hal, yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, social, sampai kepada perkembangan iman. Kegiatan mendidik bermaksud membuat manusia menjadi sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya. Kegiatan mendidik adalah membudayakan manusia. Dalam pengertian kedua, pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey, “The general theory og education dan Philosophy is the general theory of education.” Dia tidak membedakan filsafat pendidikan dengan teori pendidikan atau filsafat pendidikan sama dengan teori pendidikan. Sebab itu, ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif. Inti filsafat pragmatis yang berguna bagi manusia itulah yang benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia. Dalam pengertian ketiga, ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah teori.




DAFTAR PUSTAKA
Gandhi HW, Teguh Wangsa. Filsafat Pendidikan: Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat

No comments:

Post a Comment