Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.
Menurut Wikipedia, harapan adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan terwujud atau suatu
kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya, harapan
berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, di batin
dijadikan sugesti agar terwujud. Namun adakalanya harapan bertumpu pada
seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya, banyak orang yang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Harapan juga
diartikan sebagai semangat baru untuk menjalani hidup setelah mengalami banyak
kekecewaan, ketidakpuasan, ketidak-nyamanan, sedih, putus asa seolah tak ada
jalan lagi. Harapan itu menjadi penting dalam hidup kita karena keputusasaan
serta kesedihan yang terlalu mendalam tanpa adanya semangat harapan membuat
kita tidak memiliki gairah hidup.
Harapan
tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan
masing-masing. Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak
mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang
berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti
peribahasa "Si pungguk merindukan bulan". Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan
sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan
sarana terkabulnya harapan.
Lalu,
apa persamaan harapan dengan cita-cita? Antara harapan dan cita-cita sebenarnya
terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum
terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal
yang lebih baik atau meningkat.
Harapan
berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada
usaha orang yang mempunyai harapan tersebut.
Cita-cita
merupakan impian yang dimiliki seseorang sejak kecil atau sekarang dan dibatasi
oleh batas waktu. Seorang yang memiliki cita-cita jika impiannya tersebut ingin
tercapai, seseorang tersebut harus mempunyai usaha untuk menggapai cita-citanya
tersebut agar impiannya dapat terealisasikan. Dan didalam menggapai sebuah
cita-cita janganlah terlalu ambisius karena itu akan berdampak yang buruk bagi
diri sendiri.
Cita-cita
yang baik adalah cita-cita yang ingin dicapai dengan usaha yang keras, inovasi,
pantang menyerah dan mandiri, walaupun orang tersebut telah jatuh dalam
menggapai cita-citanya tetapi jika orang tersebut memiliki tekat atau pantang
menyerah maka orang tersebut akan terus berusaha dalam menggapai cita-cita atau
impiannya tersebut.
Pada
hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sesuai dengan kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manusia itu adalah :
1.
Kelangsungan
hidup
Untuk melangsungkan
hidupnya manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan (tempat tinggal).
Kebutuhan kelangsungan hidup ini terlihat sejak bayi lahir. Setiap bayi begitu
lahir di bumi menangis. Saat itu, ia telah mengharapkan diberi makan/ minum.
Kebutuhan akan makan/minum ini terus berkembang sesuai dengan perkembangan hidup
manusia.
Sandang, semula
hanya berupa perlindungan/kemanan, untuk melindungi dirinya dan cuaca. Tetapi
dalam perkembangan hidupnya, sandang tidak hanya sebagai perlindungan keamanan,
tetapi lebih cenderung kepada kebutuhan lain.
Papan yang dimaksud
adalah tempat tinggal atau rumah. Rumah kebutuhan primer manusia, karena rumah
itu sebagai tempat berlindung dari panas, hujan, dan sebagainya.
Untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, dan papan itu, maka manusia sejak kecil telah mulai
belajar. Dengan pengetahuan yang tinggi harapan memperoleh pangan, sandang, dan
papan yang layak akan terpenuhi. Atau tiap manusia perlu kerja keras dengan,
harapan apa yang diinginkan : pangan, sandang dan papan yang layak terpenuhi.
2.
Keamanan
Setiap orang
membutuhkan keamanan. Sejak seorang anak lahir ia telah membutuhkan keamanan.
Begitu lahir, dengan suara tangis, itu pertanda minta perlindungan. Setelah
agak besar, setiap anak menangis dia akan diam setelah dipeluk oleh ibunya.
Setelah bertambah besar ia ingin dilindungi. Rasa aman tidak harus diwujudkan
dengan perlindungan yang nampak, secara moral pun orang lain dapat memberi rasa
aman. Dalam hal ini agama sering merupakan cara memperoleh kemanan moril bagi
pemiliknya. Walaupun secara fisik keadaannya dalam bahaya, keyakinan bahwa
Tuhan memberikan perlindungan berarti sudah memberikan keamanan yang
diharapkan.
3.
Hak dan
kewajiban mencintai dan dicintai
Tiap orang mempunyai
hak dan kewajiban. Dengan pertumbuhan manusia maka tumbuh pula kesadaran akan
hak dan kewajiban. Karena itu tidak jarang anak-anak remaja mengatakan kepada
ayah atau ibu. "Ibu ini kok menganggap saya masih kecil saja, semua
diatur!" Itu suatu pertanda bahwa anak itu telah tambah kesadaran akan hak
dan kewajibannya.
Bila seorang telah
menginjak dewasa, maka ia merasa sudah dewasa, sehingga sudah saatnya mempunyai
harapan untuk dicintai dan mencintai. Pada saat seperti ini remaja banyak
mengkhayal. Ia telah sadar akan keberadaannya. Pada usia itu, biasanya terjadi
konflik batin pada dirinya dengan pihak orang tua. Sebab umumnya remaja mulai
menentang sifat-sifat orang tua yang dianggap tidak sesuai dengan alamnya.
4.
Diakui
lingkungan
Setiap manusia
membutuhkan status. Siapa, untuk apa, mengapa manusia hidup. Dalam lagu
"untuk apa" ada lirik yang berbunyi "aku ini anak siapa, mengapa
aku ini dilahirkan". Dan bagian lirik itu kita dapat mengambil kesimpulan,
bahwa setiap manusia yang lahir di bumi ini tentu akan bertanya tentang
statusnya. Status keberadaannya. Status dalam keluarga, status dalam
masyarakat, dan status dalam negara. Status itu penting, karena dengan status,
orang bisa tahu siapa dia. Harga diri orang antara lain melekat pada status
orang itu. Misalnya ada anak haram, biarpun anak haram itu tingkah lakunya baik
dan tidak berdosa sebab yang berdosa orang tuanya, namun masyarakat tetap
memberikan cap yang negatif. Bahkan ada orang yang berpendapat jangan memberi
makan/pertolongan kepada anak jadah (haram). Alangkah kejamnya manusia itu
dengan adanya harapan untuk memperoleh status ini berarti orang menguasai hak
milik nama baik, ingin berprestasi, ingin mengingkatkan harga diri, dan sebagainya.
5.
Perwujudan
cita-cita
Selanjutnya manusia
berharap diakui keberadaannya sesuai dengan keahliannya atau kepangakatannya
atau profesinya. Pada saar itu manusia mengembangkan bakat atau kepandaiannya
agar ia diterima atau diakui kehebatannya.
6.
Penyebab manusia
mempunyai harapan adalah dorongan kodrat manusia sebagai makhluk sosial
Menurut kodratnya
manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut
dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota
masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup.
Ditengah - tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik
fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang
hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan
hidup dan untuk memenuhinya manusia harus bekerja sama dengan orang lain.
7.
Orang yang sudah
meninggal-pun memiliki harapan
Tidak hanya orang
yang masih hidup saja yang mempunyai harapan. Orang yang sudah meninggal pun
mempunyai harapan. Biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli waris nya.Tentang
besar kecilnya harapan seseorang dapat di tentukan oleh kepribadian orang itu
sendiri.Untuk itu dengan memiliki kepribadian yang kuat kita akan dapat
mengontrol harapan se-efektif dan se-efisien mungkin sehingga hasilnya tidak
merugikan dirinya sendiri dan orang lain untuk masa kini dan masa yang akan
datang.
Sumber:
No comments:
Post a Comment