Sejarah
perkembangan filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah
dibangun sejak abad ke-6 SM. Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh
dikatakan mewarnai diskusi-diskusi filsafat sepanjang sejarah perkembangannya,
yaitu Herakleitos (535-475 SM) dan Parmenides (540-475 SM).
Pembagian
secara periodisasi filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan,
zaman modern, dan masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap
pemikiran filsafat adalah Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Fenomenologi, Pragmatisme, dan NeoKantianianisme dan Neo-tomisme. Pembagian
secara periodisasi Filsafat Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman
Neo-Konfusionisme, dan. zaman modern. Tema yang pokok di filsafat Cina adalah
masalah perikemanusiaan. Pembagian secara periodisasi filsafat India adalah
periode Weda, Wiracarita, Sutra-sutra, dan Skolastik. Adapun pada Filsafat
Islam hanya ada dua periode, yaitu periode Muta-kallimin dan periode filsafat
Islam. Untuk sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di sini pembahasan mengacu ke
pemikiran filsafat di Barat.
Periode
filsafat Yunani merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada
waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang
lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat
mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan
pelangi. Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang
sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena
alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam
yang terjadi secara kausalitas.
Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian didekati bahkan
dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi fenomena alam
menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek penelitian
dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim filsafat,
yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu, periode
perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban baru umat
manusia.
Jadi,
perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak
mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap
periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban
Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri
pada zaman kontemporer.
ZAMAN PRA YUNANI KUNO
Pada
masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu,
zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta
tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah
menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas
Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa
atau Tiongkok.
Pada
abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat
itu disebut suatu peristiwa ajaib (the
greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan
mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.
Pada
bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu
mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis
yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk
mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati
manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab
matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari
keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang
berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang
asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite
jenis kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian
dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah
mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh
rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah
tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan
yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan
mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan
dengan mite lain.
Kedua
karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan
Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam
buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah
mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat
untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
Pengaruh
Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu
pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal
dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani
telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka
oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan
mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada
abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang
problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos
(akal budi, rasio) mengganti mythos.
Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Pada
zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman
empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung
hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini
manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses
alam.
ZAMAN YUNANI KUNO
Periode filsafat Yunani merupakan
periode terpenting dalam sejarah peradaban manusia. Hal ini disebabkan karena
pada saat itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris yaitu pola pikir yang
sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam. Pada saat itu, gempa
bumi bukanlah suatu fenomena biasa melainkan suatu fenomena di mana Dewa Bumi
yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Pada periode ini muncul filosof pertama
yang mengkaji tentang asal usul alam yaitu Thales (624-546 SM). Pada masa
itu, Ia mengatakan bahwa asal alam adalah air karena unsur terpenting bagi
setiap makhluk hidup adalah air. Air dapat berubah menjadi gas seperti uap dan
benda padat seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air. Sedangkan
Heraklitos berpendapat bahwa segala yang ada selalu berubah dan sedang menjadi.
Ia mempercayai bahwa arche (asas yang
pertama dari alam semesta) adalah api. Api dianggapnya sebagai lambang
perubahan dan kesatuan. Api mempunyai sifat memusnahkan segala yang ada dan
mengubah sesuatu tersebut menjadi abu atau asap. Sehingga Heraklitos
menyimpulkan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya,
melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi
dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat
melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api
pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.
Selain Heraklitos ada pula Permenides.
Permenides lahir di kota Elea. Ia merupakan ahli filsuf yang pertama kali
memikirkan tentang hakikat tentang ada. Menurut pendapat Permenides apa ang
disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. Yang ada itu ada,
yang ada dapat hilang menjadi ada, yang tidak ada adalah tidak ada sehingga
tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang
tidak ada tidak dapat dipikirkan. Dengan demikian, yang ada itu satu, umum,
tetap, dan tidak dapat di bagi-bagi karena membagi yang ada akan menimbulkan
atau melahirkan banyak yang ada, dan itu tidak mungkin.
Zaman keemasan atau puncak dari filsafat
Yunani Kuno atau Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato
(428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates merupakan anak dari
seorang pemahat Sophroniscos, ibunya bernama Phairmarete yang bekerja sebagai
seorang bidan. Istrinya bernama Xantipe yang terkenal galak dan keras.
Socrates adalah seorang guru. Setiap kali socrates mengajarkan pengetahuannya,
Socrates tidak pernah memungut bayaran kepada murid-muridnya. Oleh karena
itulah, kaum sofis menuduh dirinya memberikan ajaran baru yang merusak moral
dan menentang kepercayaan negara kepada para pemuda. Kemudian ia ditangkap dan
dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun yakni pada tahun 399 SM.
Pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan
menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat
dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nilai yang
dihasilkan.
Plato lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari
Socrates, Pythagoras, Heracleitos, dan Elia. Sebagai titik tolak pemikiran
filsafatnya, ia mencoba menyelesaikan permasalahan lama yakni mana yang
benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenidas). Pengetahuan
yang diperoleh lewat indera disebutnya sebagai pengetahuan indera dan
pengetahuan yang diperoleh lewat akal disebutnya sebagai pengetahuan akal.
Plato menerangkan bahwa manusia itu sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu
dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap dan dunia ide yang bersifat tetap.
Dunia yang sesungguhnya atau dunia realitas adalah dunia ide.
Menurut Plato ada beberapa masalah bagi
manusia yang tidak pantas jika manusia tidak mengetahuinya, masalah tersebut
adalah:
a. Manusia
itu mempunyai Tuhan sebagai penciptanya.
b. Tuhan
itu mengetahui segala sesuatu yang diperbuat manusia.
c. Tuhan
hanya dapat diketahui dengan cara negatif, tidak ada ayat, tidak ada anak dan
lain-laian.
d. Tuhanlah
yang menjadikan alam ini dari tidak mempunyai peraturan menjadi mempunyai
peraturan.
Sebagai puncak pemikiran filsafatnya
adalah pemikiran tentang negara, yang tertera dalam polites dan Nomoi.
Konsepnya mengenai etika sama seperti Socrates yakni tujuan hidup manusia
adalah hidup yang baik (eudaimonia atau
well being). Menurut Plato di dalam negara yang ideal terdapat tiga
golongan, antara lain:
a. Golongan
yang tertinggi (para penjaga dan para filsuf).
b. Golongan
pembantu (prajurit yang bertugas untuk menjaga keamanan negara).
c. Golongan
rakyat biasa (petani, pedagang, dan tukang).
Plato mengemukakan bahwa tugas seorang
negarawan adalah mencipta keselarasan semua keahlian dalam negara (polis)
sehingga mewujudkan keseluruhan yang harmonis. Apabila suatu negara telah
mempunyai undang-undang dasar maka bentuk pemerintahan yang tepat adalah
monarki. Sementara itu, apabila suatu negara belum mempunyai undang-undang
dasar, bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah demokrasi.
Filsafat Plato dikenal sebagai idealisme
dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/
bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada
nyata adalah “ide” itu sendiri. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan
luas meliputi logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika,
estetika, politik, ontologi dan filsafat alam.
Sedangkan Aristoteles sebagai murid
Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang
diperoleh dari gurunya (Plato). Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara
pada tahun 384 SM. Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi”
sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan
atau benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan
bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan
dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi,
sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka
bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan
kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Karya-karya
Aristoteles meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi, ilmu alam,
Retorica dan poetika, politik dan ekonomi. Pemikiran-pemikirannya yang
sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan.
Berikut ini beberapa pemikiran Aristoteles yang terdiri dari:
a. Ajarannya
tentang logika
Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi dan aksidensia. Dan dari
dua golongan tersebut terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu :
1. Substansi
(manusia, binatang).
2. Kuantitas
(dua, tiga).
3. Kualitas
(merah, baik).
4. Relasi
(rangkap, separuh).
5. Tempat
(di rumah, di pasar).
6. Waktu
(sekarang, besok).
7. Keadaan
(duduk, berjalan).
8. Mempunyai
(berpakaian, bersuami).
9. Berbuat
(memmbaca, menulis).
10. Menderita
(terpotong, tergilas). Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai Bapak
logika tradisional.
b. Ajaranya
tentang sillogisme.
c. Ajarannya
tentang pengelompokkan ilmu pengetahuan. Aritoteles mengelompokkan ilmu
pengetahuan menjadi tiga golongan.
d. Ajarannya
tentang potensia dan dinamika. Hule adalah suatu unsur yang menjadi permacaman.
Sementara itu, morfe adalah unsur yang menjadi dasar kesatuan.
e. Ajarannya
tentang pengenalan.
f. Ajarannya
tentang etika.
g. Ajarannya
tentang negara.
MASA HELINITIS DAN ROMAWI
Pada
zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan
kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa
itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Helinistis,
karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani
tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh
wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap
merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat
intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi
meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan
filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima
warisan kultural Yunani.
Dalam
bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang
sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran
berikut:
1. Sinisme. Menurut paham ini jagat raya
ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala
kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran
Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
2. Stoik. Menyatakan penyangkalannya adanya
“Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak
pandangan Aristoteles dengan Dualismenya.
3. Epikurime. Segala-galanya terdiri atas
atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui
susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus
dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom
Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul.
4. Neo
Platonisme. Paham
yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus.
Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu
berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
ZAMAN ABAD PERTENGAHAN
Abad
Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas
ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada
masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui
bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode
Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen
yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan
besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada
zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang
didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika
keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa
wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh
kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia
Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal.
Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar.
Mengenai
sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua, yaitu: Golongan yang menolak sama
sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang
kafir, karena tidak mengakui wahyu. Dan golongan yang menerima filsafat Yunani
yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia
berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat
mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat
pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen
pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1)
Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai
filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja
dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan
seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma
sebagai suatu keseluruhan. Periode
Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi
tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan
rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat.
Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode
puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad
ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah
nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi
petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang
objektif.
ZAMAN RENAISSANCE
Zaman
Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman
ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai
kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan illahi.
Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
Galileo Galilei.
ZAMAN MODERN
Zaman
modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan
ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya sudah dirintis sejak Zaman
Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650), tokoh yang terkenal sebagai
bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang ahli ilmu pasti. Penemuannya
dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis turus X
dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan temuannya teori gravitasi.
Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life (perjuangan untuk hidup). JJ.
Thompson dengan temuannya elektron.
ZAMAN KONTEMPORER (ARAD KE-20 DAN
SETERUSNYA)
Di
antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati
kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut fisika dipandang sebagai dasar ilmu
pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang
mernbentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara
fisika dengan flsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis
mengenai metode fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional
tentang fisika (misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu).
Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi,
kuasa, ruang, dan waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang
erat antara filsafat dan fisika.
Fisikawan
abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga
besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau
bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi.
Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat kekal, atau dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam. Di samping teori mengenai fisika, teori alam
semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini ditandai dengan penemuan berbagai
teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang
rrrengalami kemaj uan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai
satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami
kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan
kantemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara rnendalam. Ilmnu kedokteran
semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis atau super-spesialis, demikian
pula bidang ilmu lain. Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi,
kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainya,
sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dewasa ini
dikenal dengan teknologi kloning.
Referensi: